BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan di dunia tidak terlepas dari
organisme yang mikro yaitu mikroba. Mikroba terdiri dari berbagai jenis
diantaranya adalah bakteri, virus, dan jamur (fungi). Mikroba memiliki ukuran
mulai dari µm hingga cm mulai dari berukuran mikro hingga berukuran makro.
Mikroba juga memiliki berbagai bentuk yang bermacam-macam. Yang akan dibahas
pada makalah ini meliputi struktur morfologi, klasifikasi, serta peranan
morfologi mikroba.
Virus merupakan organisme parasit obligat yang
tidak dapat hidup diluar tubuh inang. Ukuran
virus bervariasi mulai dari yang paling kecil yaitu poliovirus: 30nm sampai
yang cukup besar yaitu vaccinia virus : 400nm, hampir seukuran dengan bakteri.
Bentuk virus sendiri juga beranekaragam mulai dari yang sederhana sampai yang
kompleks seperti bakteriofag (Hermiyanti,
tanpa tahun).
Nama bakteri itu berasal dari kata “Bakterion”
(bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai
untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil
(meskipun ada kecualinya), berbiak dengan pembelahan diri, serta demikian
kecilnya sehingga hanya nampak dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 1990).
Fungi
merupakan organisme eukariot yang memiliki dinding sel dan pada umumnya tidak
motil. Karakteristik ini menyerupai tumbuhan karakteristik tumbuhan. Namun,
secara fundamental fungi dapat dibedakan
dari tumbuhan karena fungi tidak memiliki klorofil. Dengan demikian
mereka tidak mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan
organic dari karbondioksida dan air, sehingga disebut organisme heterotrof.
Sifat heterotrof ini menyerupai sifat hewan (Kusnadi, 2003).
B. Tujuan
1.
Mengetahui klasifikasi mikroba (virus, bakteri, jamur)
2.
Mengetahui struktur morfologi (virus, bakteri, jamur)
3.
Mengetahui peranan struktur mikroba (virus, bakteri, jamur)
C. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana mengetahui
klasifikasi mikroba (virus, bakteri, jamur)?
2.
Bagaimana mengetahui struktur morfologi (virus, bakteri, jamur)?
3.
Bagaimana mengetahui peranan mikroba (virus, bakteri, jamur)?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Virus
a. Morfologi dan Struktur Virus
Bentuk virus dan ukuran virus
beranekaragam. Menurut
Dwidjoseputro (1984), bentuk virus seperti bentuk hablur, ada yang serupa kotak
berbidang banyak (poliherdron), ada yang seupa bola dan ada pula yang seupa
batang jarum.
Gambar: macam-macam bentuk virus. A. Virus TMV yang berbentuk helikal. B.
Adenovirus yang berbentuk polihedral. C. Virus influenza berbentuk sferik. D.
Bakteriofag (sumber: mrbscience.wikispaces.com)
Ukuran virus bervariasi dari
mulai yang paling kecil yaitu poliovirus: 30nm sampai yang cukup besar yaitu
vaccinia virus : 400nm, hampir seukuran dengan bakteri (Hermiyanti, tanpa
tahun).
Berikut ini merupakan contoh
virus dengan bentuk dan ukurannya dan asam nukleatnya.
Virus
|
Ukuran
|
bentuk
|
Asam-nukleat
|
Mosaik tembakau
|
180 x 300
|
Jarum
|
ARN
|
Kerdil tomat
|
300
|
Bola
|
ARN
|
Poliomyelitis
|
270
|
Bola
|
ARN
|
Influenza
|
800
|
Bola
|
ARN
|
Cacar
|
280 x 220 x 220
|
Kotak
|
ADN
|
Tabel : virus
dengan bentuk dan ukuran (Sistrom dalam Dwidjoseputro, 1984)
Virus yang paling sederhana
terdiri dari dua komponen dasar, yaitu asam nukleat (single- atau double-strand
DNA atau single- atau double-strand RNA) dan selubung
protein, yaitu kapsid, yang berfungsi untuk melindungi genome virus dari
nuklease-nuklease selama terjadinya proses infeksi ke sel inang (Gelderblom,
1996). Asam nukleat yang dibungkus oleh kapsid disebut nukleokapsid. Kapsid
yang lengkap terdiri atas satuan-satuan morfologi yang berulang-ulang yang
disebut kapsomer. Kapsomer dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop sebagai
struktur protein kecil (Volk dan Wheeler, 1988).
Beberapa jenis virus memiliki penutup tambahan yang
disebut envelope (pembungkus). Pembungkus tambahan ini diperoleh pada
saat akhir replikasi sewaktu virion menonjol keluar melewati daerah khusus
membran sel inang. Pada daerah khusus ini protein sel inang digantikan oleh
polipeptida dan glikoprotein yang dikode virus. Glikoprotein biasanya terjadi
sebagai duri yang berada di luar pemungkus dan berfungsi untuk menempel pada
reseptor sel inang untuk memulai masuknya virion ke dalam sel inang (Volk dan Wheeler, 1988).
Gambar: struktur
virus (sumber: Mims dkk dalam Hermiyanti, tanpa tahun).
b. Dasar Pengklasifikasian Virus (Morfologi Sitoplasma) dan
Contoh Klasifikasi
Berdasarkan
bentuk morfologinya, virus dibedakan menjadi:
a.
Bentuk heliks
Virus yang berbentuk helik menyerupai batang panjang yang
mungkin kaku/fleksibel, asam nukleat virus ditemukan dalam lubang/rongga.
Kapsid virus helik biasanya silindris. Contoh, virus helikal yang berbentuk
batang kaku adalah virus mozaik tembakau (Gelderblom, 1996).
Gambar: skema
virus berbentuk heliks (Gelderblom, 1996).
b.
Poliherdral
Virus ini mempunyai beberapa sisi. Kebanyakan kapsidnya
berbentuk ikosahedron, yaitu polihedral yang teratur mempunyai 20 permukaan
segitiga sama sisi (trianguler) dan 12 sudut. Setiap permukaan kapsomer
membentuk segitiga sama sisi. Contoh virus poliheral yang berbentuk ikosahedron
yaitu Adenovirus (Genus Mastadenovirus), virus ikosahedron
lainnya adalah Poliovirus (Gelderblom, 1996).
Gambar: skema ikosahedral (Gelderblom, 1996).
c.
Virus Bersampul
Seperti yang telah diuraikan di atas, kapsid beberapa virus
diselimuti lagi oleh sampul/selubung. Sampul virus berbentuk sperikal kasar.
Apabila virus helikal atau polihedral diselimuti oleh sampul, virus tersebut
disebut virus helik bersampul. Contohnya, virus influenza (Genus Influenza
virus). Contoh virus polihedral bersampul (ikosahedron) adalah virus herpes
simplek (Genus Simplex virus).
Gambar: herpes simplex virus yang berbentuk polihedral
bersampul (sumber: img.webmd.com)
d.
Virus Komplek
Beberapa virus, sebagian virus bakteri, berstruktur
sangat komplek dan disebut virus komplek. Salah satu contoh virus ini adalah bakteriophage.
Bakteriophage tertentu seringkali mempunyai kapsid sebagai struktur
tambahan yang berbentuk polihedral dan mempunyai lempengan ekor yang berbentuk
helik. Kepala mengandung asam nukleat. Contoh lain virus komplek adalah Poxvirus
yang tidak berkapsid sebagai pengenal yang jelas, tetapi mempunyai beberapa
selubung (coat) disekitar asam nukleat.
Gambar: skema Poxvirus
(sumber: www.mcb.uct.ac.za)
Berdasarkan komposisi dan struktur kimianya, virus diklasifikasikan
menjadi:
a.
Virus RNA
Virus yang
termasuk Virus RNA adalah 70%, dan strukturnya sangat bervariasi. RNA dapat
beruntai tunggal (ss) atau ganda (ds). Untai RNA beruntai tungal dapat berupa plus
strand atau negative strand (Gelderblom, 1996).
b.
Virus DNA
Kebanyakan
virus DNA memiliki satu genom beupa dsDNA linear (Gelderblom, 1996).
Gambar: macam-macam bentuk virus DNA atau virus RNA
(Sumber: Gelderblom, 1996)
Klasifikasi virus berdasarkan inang yang diinfeksi adalah
sebagai berikut.
a.
Virus bakteri
(bakteriofage)
Virus ini
biasanya menginfeksi bakteri seperti Escherichia coli dan Salmonella
thphii. Hanya sedikit dari virus bakteri yang memiliki membran. Kebanyakan
virus bakteri memiliki struktur yang kompleks dengan struktur kepala dan ekor
yang kompleks. Fungsi dari ekor pada virus ini adalah memasukkan asam nukleat
ke dalam sel inang (Kusnadi, dkk, 2003).
b.
Virus hewan
Virus ini
dapat berupa virus DNA atau RNA. Kebanyakn virus ini memiliki membran. Membran
virus ini berasal dari membran sel yang diinfeksi oleh virus tersebut.
Retrovirus merupakan kelompok unik dari virus hewan karena memiliki cara
reoroduksi yang tidak biasa dan dapat menyebabkan penyakit serius seperti AIDS
(Acquire Immune Deficiency Syndrome) (Kusnadi, dkk, 2003).
c.
Virus Tanaman
Beberapa
penyakit tanaman disebabkan oleh viroid, potongan RNA telanjang yang hanya
terdiri dari 300—400 nukleotida tanpa mantel protein. Nukleotida-nukleotida
tersebut berpasangan di dalam sel tanaman sehingga struktur molekulnya
tertutup, melipat-lipat, dan membentuk struktur tiga dimensi. Dengan struktur
demikian, viroid sukar untuk dikenali sehingga tidak dapat dihancurkan oleh
enzim selular. RNA tidak mengkode protein. Infeksi viroid pernah terjadi pada
tanaman kentang di USA dan menyebabkan kerugian jutaan dolar (Kusnadi, dkk,
2003).
Tabel: Virus yang
menyebabkan penyakit pada manusia dengan sifat fisik dan morfologinya (Sumber:
Gelderblom, 1996).
B. Bakteri
a.
Struktur
dan Morfologi Seluler Bakteri
Menurut
Pelczar (1986), Satuan ukuran yang digunakan dalam mengukur bakteri adalah µm
yang setara dengan 1/1000 mm. ukuran rata-rata bakteri adalah sekitar 0,5 - 1,0
× 2,0 – 5,0 µm.
Sel-sel
individu bakteri dapat berbentuk seperti elips, bola, silindris atau spiral.
Sel bakteri yang berbentuk seperti bola atau elips disebut kokus. Sel bakteri
yang berbentuk batang dinamakan basilus (Pelczar, 1986). Bentuk sel kokus
terdapat sebagai sel bulat tunggal, berpasangan (diplokokkus), berantai
(streptokokkus), atau tergantung bidang pembelahan, dalam empat atau dalam
kelompok seperti buah anggur (stafilokokkus). Bentuk sel serupa batang biasanya
bervariasi, memiliki panjang mulai dari batang pendek sampai batang panjang
yang melebihi beberapa kali diameternya. Ujung sel bakteri serupa batang dapat
berupa lingkaran halus, seperti pada bakteri enterik Salmonella typhosa,
atau berbentuk kotak seperti pada Bacillus anthracis.
Menurut
Kusnadi, dkk (2003), Bentuk batang serupa benang panjang yang tidak dapat
dipisahkan menjadi sel tunggal disebut sebagai filamen. Bentuk batang fusiform,
meruncing pada kedua ujungnya ditemukan pada beberapa bakteri rongga mulut dan
lambung. Bakteri batang melengkung bervariasi mulai dari yang kecil, bentuk koma,
atau sedikit uliran dengan suatu lengkungan tunggal, seperti Vibrio cholerae,
sampai bentuk spiroket panjang, seperti Borrelia, Treponema dan Leptospira,
yang memiliki banyak uliran.
b.
Struktur Sel Bakteri
Kusnadi,
dkk (2003) menyatkan, sebagian besar sel bakteri memiliki lapisan pembungkus
sel, berupa membran plasma, dinding sel yang mengandung protein dan
polisakarida. Sejumlah bakteri dapat membentuk kapsul dan lendir, juga flagela
dan pili. Dinding selnya merupakan struktur yang kaku berfungsi membungkus dan
melindungi protoplasma dari kerusakan akibat faktor fisik dan menjada pengaruh
lingkungan luar seperti kondisi tekanan osmotik yang rendah. Protoplasma
terdiri dari membran sitoplasma beserta komponen-komponen seluler yang ada di
dalamnya. Beberapa jenis bakteri dapat membentuk endospore sebagai pertahanan
dikala lingkungan tidak sesuai untuk pertumbuhannya.
1. Flagela dan Filamen Axial
Flagela merupakan filamen
protein uliran (helical) dengan panjang dan diameter yang sama, dimiliki oleh
beberapa bakteri patogen untuk bergerak bebas dan cepat (pergerakan berenang).
Flagela disusun oleh tiga bagian: filamen, hook (sudut), dan basal body (bagian
dasar). Berdsarkan jumlah dan lokasi pelekatan flagela, tipe flagela pada sel
bakteri menampakkan bentuk yang khas (Kusnadi, dkk, 2003).
Jumlah flagela setiap jenis
bakteri berbeda mulai dari sejumlah kecil pada Escherichia coli sampai
beberapa ratus per sel, seperti pada Proteus. Fungsi utama flagela pada
bakteri adalah sebagai alat untuk pergerakan. Flagela bukan merupakan alat
untuk pertahanan hidup. Pada beberapa kelompok bakteri spiroket seperti Treponema,
Leptospira, dan Borrelia, bergerak dengan suatu gelombang uliran
berjalan, suatu tipe gerakan sel untuk menembus medium kental. Bakteri tersebut
memiliki filamen axial yang serupa flagela yang melilit mengelilingi sel.
Filamen tersebut terdapat dalam daerah periplasma di antara membran luar dan
membran dalam sel. Treponema microdentium membentuk dua filamen dalam
setaip selnya, T. reiteri membentuk enam sampai delapan, dan beberapa
spesies membentuk lebih banyak filament (Kusnadi, dkk, 2003).
2. Mikrofibril: Fimbria dan Pili Seks
Fimbria, disebut jua pili
dapat diamati dengan mikroskop elektron pada permukaan beberapa jenis sel
bakteri. Fimbria merupakan mikrofibril serupa rambut berukuran 0,004 – 0,008 mm. Fimbria lebih lurus, lebih
tipis dan lebih pendek dibandingkan dengan flagela. Struktur fimbria serupa
dengan flagela, disusun oleh gabungan monomer, membentuk rantai yang berasal
dari membran plasma. Sel berfimbria melekat kepada ruang antar sel, permukaan
hidrofobik, dan reseptor spesifik (Kusnadi, dkk, 2003).
Fungsi fimbria dianggap
membantu bakteri untuk bertahan hidup dan berinteraksi dengan inang. Fungsi
fimbria, di antara komponen permukaan sel bakteri yang lainnya, dapat dianggap
memiliki aktivitas fungsional seperti adhesin, lektin, evasin, agresin, dan
pili seks. Pada bakteri patogen yang menyebabkan infeksi, fimbria dan komponen
permukaan lainnya dapat berperan sebagai factor pelekat spesifik, yang disebut
adhesion (Kusnadi, dkk, 2003).
3. Selubung Sel
Selubung sel bakteri terdiri
dari membran plasma, dinding sel serta protein khusus atau polisakarida dan
beberapa bahan pelekat luar. Komponen selubung sel sebagai lapisan pelindung
yang tersusun atas beberapa lapis sel yang umum terdapat pada sel bakteri,
tersusun dari 20% atau lebih dari berat kering sel. Selubung sel bakteri
mengandung daerah transpor untuk nutrisi dan daerah reseptor untuk virus
bakteri dan bakteriosin, mempermudah interaksi inang-parasit, disamping itu
sebagai tempat reaksi komplemen dan antibodi, dan sering mengandung komponen
toksik untuk inang (Kusnadi, dkk, 2003).
4.
Kapsul
Virulensi patogen sering
berhubungan dengan produksi kapsul. Strain virulen Pneumococcus menghasilkan
polimer kapsuler yang melindungi bakteri dari fagositosis. Hilangnya kemampuan
untuk membentuk kapsul melalui mutasi berhubungan dengan kehilangan virulensi
dan kerusakan oleh fagosit tapi tidak mempengaruhi kelangsungan hidup bakteri.
Bentuk kapsul yang kental yang cenderung melekat kepada sel, sedangkan lendir
dan polimer ekstraseluler lebih mudah tercuci. Kapsul lebih mudah dilihat
dengan pewarnaan negatif. Di bawah mikroskop, dalam campuran tinta India kapsul
kelihatan lebih terang mengelilingi sel. Kapsul juga dapat diwarnai secara
khusus. Sel bakteri yang tidak membentuk kapsul dan secara serologi dapat
bereaksi dengan serum antikapsul, dikatakan menghasilkan mikrokapsul (Kusnadi,
dkk, 2003).
5.
Dinding
Sel
Dinding sel, ditemukan pada
semua bakteri hidup bebas kecuali pada Mycoplasma. Dinding sel berfungsi
melindungi kerusakan sel dari lingkungan bertekanan osmotik rendah dan
memelihara bentuk sel. Komponen kaku dinding sel eubakteria patogen adalah
suatu makromolekul raksasa berbentuk kantung tunggal atau sakulus, disusun oleh
jaringan hubunganlintas peptidoglikan (murein) (Kusnadi, dkk, 2003).
6. Protoplas dan Sferoplas
Bakteri biasanya lisis dalam
air atau serum, ketika lapisan peptidoglikan dinding sel yang kaku dilarutkan
oleh lisozim atau zat lain. Walaupun demikian, jika distabilkan oleh larutan
sukrosa atau garam hipertonik (0,2 – 0,5 M, tergantung pada organisme), akan
dilepaskan suatu bagian yang berbentuk bola dan sensitif secara osmotik, yang
disebut protoplas. Komponen pembungkus yang tetap ada pada bagian yang sensitif
tersebut, dinamakan sferoplas. Pada saat komponen membran luar terbentuk ,
bakteri gram-positif umumnya membentuk protoplas, sedangkan bakteri
gram-negatif menghasilkan sferoplas. Sferoplas juga dihasilkan dalam
pertumbuhan pada lingkungan hipertonik dengan adanya penghambat sintesis
dinding sel, seperti penisilin (Kusnadi, dkk, 2003).
7. Periplasma
Periplasma, merupakan
komponen yang terdapat di antara membran dalam dan membran luar dari membran
sel bakteri. Periplasma dapat diamati pada bakteri Gram-negatif, tapi pada
bakteri Gram-positif tidak semua atau hanya sedikit/sulit diamati. Daerah
periplasma bakteri Gram-negatif bervariasi karena kondisi pertumbuhan di antara
masing-masing individu bakteri. Gel yang sangat kental dan jumlahnya dapat
sangat besar dalam struktur. Gel mengelilingi dan diselingi dengan
peptidoglikan berpori. Gel periplasma mengandung oligosakarida yang dihasilkan
oleh membran yang terdapat dalam ukuran kebalikan dari osmolaritas medium
pertumbuhan, berbagai enzim hidrolitik seperti fosfatase, nuklease, ( b-laktamase yang dikendalikan
plasmid (penisilinase), dan protein yang secara spesifik mengikat gula,
bahan-bahan transpor, asam amino, dan ion anorganik. Substansi tersebut dapat
dilepaskan dari sel melalui “shock” osmotik, sebagai contoh, dengan pengenceran
secara cepat suspensi sel hipertonik (0,5 M sukrosa), sesudah pemberian EDTA
(Kusnadi, dkk, 2003).
8. Membran Plasma
Membran plasma merupakan
pembungkus sel yang terletak di bagian dalam dari lapisan dinding sel yang kaku
dan berhubungan dekat dengan membrane sitoplasma yang lembut, bersifat sangat
penting untuk sel (Kusnadi, dkk, 2003).
Komponen membran plasma teridiri dari sekitar
30% atau lebih dari berat sel. Membran mengandung 60-70% protein, 30-40% lipid,
dan sejumlah kecil karbohidrat. Fosfatidiletanolamin (75%), fosfatidilgleserol
(20%), dan glikolipid sebagai unsur utama. Umumnya tidak terdapat kolin,
sfingolipid, asam lemak poliunsaturated (tak-jenuh), inositida, dan steroid.
Glikolipid termasuk diglikosildigliserida terutama ditemukan pada membran
bakteri garam-positif, yang juga mengandung asam lipoteikoat (Kusnadi, dkk,
2003).
Aktivitas berbagai enzim
dihubungkan dengan protein membran. Termasuk sitokrom bakteri penghasil-energi
dan sistem fosforilasi oksidatif, sistem permeabilitas membran, dan berbagai
sistem pensintesis-polimer. Suatu ATPase sudah diisolasi dari struktur membran
mirip-tombol serupa dengan yang ditemukan dalam mitokondria eukariot (Kusnadi,
dkk, 2003).
Lebih dari 90% ribosom dapat
diisolasi sebagai suatu kumpulan DNA-poliribosom-membran. Pada bakteri
Gram-positif terdapat struktur pelipatan membran plasma ke bagian dalam yang
disebut mesosom. Mesosom biasanya terlihat sebagai kantung sitoplasma
penghubung-membran yang terdiri dari lamela (lembaran), tubuler (bentuk tabung)
atau struktur vesikuler (kantung); semuanya sering dihubungkan dengan septa
pembelahan sel. Penempelan mesosom kepada kromatin DNA dan membran, dapat
dilihat pada irisan tipis di bawah mikroskop electron (Kusnadi, dkk, 2003).
Dasar-dasar Klasifikasi Bakteri
Menurut Kusnadi, dkk (2003), berdasarkan
struktur dinding sel, bakteri dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Bakteri
Gram positif, yaitu bakteri yang
b. Bakteri
Gram negative, yaitu bakteri yang
Kusnadi,
dkk (2003) menyatakan bahwa berdasarkan dinding selnya, bakteri dikelompokkan
menjadi:
1. Eubakteria Gram-negatif Yang Memiliki Dinding
Sel
Kelompok ini merupakan
prokariot yang memiliki suatu profil dinding sel kompleks yang terdiri dari
satu membran luar dan satu membrane dalam, lapisan peptidoglikan yang tipis
(yang mengandung asam muramat yang terdapat pada semua peptidoglikan tapi
sejumlah organisme tidak memiliki bagian ini pada dinding selnya). Kelompok ini
biasanya bersifat Gram-negatif.
2. Eubakteria
Gram-positif yang Memiliki Dinding Sel
Kelompok ini merupakan
prokariot dengan profil dinding sel tipe Grampositif (lapisan peptidoglikan
yang tebal) ; umumnya berreaksi terhadap pewarnaan Gram, tetapi tidak selalu
positif. Sel berbentuk bola, batang, atau filamen; batang dan filamen mungkin
tidak bercabang, tetapi beberapa memperlihatkan adanya percabangan.
Kelompok ini umumnya tidak
berfotosintesis, melakukan kemosisntesis, heterotrof dan termasuk aerobik,
anaerobik, fakultatif anaerobik, dan spesies mikroaerofilik.
3. Eubakteria
Tanpa Dinding Sel
Kelompok ini merupakan
prokariot yang tidak memiliki dinding sel (biasa disebut Mycoplasma dan
termasuk kelas Mollicutes) dan tidak mensintesis bahan baku (prekursor)
peptidoglikan. Sel dilindungi oleh suatu unit membran, membrane plasma. Sel
bakteri ini bersifat pleomorfik. Bentuk filamen biasa ditemukan dengan
penonjolan-penonjolan percabangan. Berdasarkan letak dan jumlah flagella,
bakteri dibedakan menjadi:
a) Bakteri
tipe monotrik: yaitu bakteri yang memiliki satu flagela pada bagian
salah satu ujung sel.
b) Bakteri
tipe lofotrik, yaitu bakteri yang tersusun atas banyak flagela yang letaknya
pada satu ujung sel.
c) Bakteri
tipe amfitrik, yaitu apabila letak flagella pada kedua ujung sel dinamakan tipe
amfitrik.
d) Bakteri
tipe peritrik, yaitu bakteri yang memiliki flagela yang tersebar pada
seluruh permukaan sel, yang disebut peritrik (Kusnadi, 2003).
c.
Archaebakteria
Archaebakteria merupakan
mikroba utama dalam lingkungan terrestrial dan akuatik, hidup dalam lingkungan
anaerobik, dalam kadar garam tinggi, atau air panas, dan dalam lingkungan yang
terkena panas bumi; serta beberapa terdapat sebagai simbion saluran pencernaan
hewan. Kelompok yang termasuk aerob, anaerob, dan fakultatif aerob yang tumbuh
secara kemolitoautotrofik, organotrofik. Archaebakteria dapat bersifat mesofil
atau termofil, bahkan beberapa spesies dapat tumbuh pada suhu di atas 100
derajat.
C. Jamur (Fungi)
a.
Karakteristik
Umum Fungi
Fungi
merupakan organisme eukariot yang memiliki dinding sel dan pada umumnya tidak
motil. Karakteristik ini menyerupai tumbuhan karakteristik tumbuhan. Namun,
secara fundamental fungi dapat dibedakan
dari tumbuhan karena fungi tidak memiliki klorofil. Dengan demikian
mereka tidak mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan
organic dari karbondioksida dan air, sehingga disebut organisme heterotrof.
Sifat heterotrof ini menyerupai sifat hewan (Kusnadi, 2003).
Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, fungi merupakan organisme heterotrof
sehinggga memerlukan bahan organic dari luar untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Sebagai organisme saprofit fungi
hidup dari benda-benda atau bahan-bahan organic mati. Saprofit menghancurkan
sisa-sisa bahan tumbuhan dan hewan yang kompleks menjadi bahan yang lebih
sederhana. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa organisme saprofit (fungi)
dapat mempertahankan berlangsungnya siklus materi terutama siklus karbon, yang
berperan bagi kelangsungan hidup seluruh organisme (Kusnadi, 2003).
Fungi
saprofit juga penting dalam industri fermentasi misalnya dalam pembuatan bir,
anggur, sider, produksi antibiotic, peragian roti, keju, maupun makanan
fermentasi lainnya. Jadi sebagai saprofit, merekan dapat sangat menguntungkan
dan merugikan jika fungi melapukkan kayu, tekstil, makanan dan bahan-bahan lain
yang berguna (Kusnadi, 2003).
Fungi
parasit menyerap bahan organic dari organisme yang masih hidup yang disebut
inang. Fungi ini dapat bersifat parasit obligat maupun parasit fakultatif.
Selanjutnya hidup pada inang yang mati sebagai saprofit. Fungi parasit dapat
menyerang tumbuhan, hewan, maupun manusia. Banyak fungi parasit bersifat
patogen dan juga dapat bersifat saprofit. Fungi seperti ini menunjukkan
dimorfisme atau mempunyai dua bentuk/dua sifat hidup (Kusnadi, 2003).
Fungi
saprofit maupun fungi parasit dapat bertahan hidup dengan mensekresikan enzim
dari dalam tubuhnya untuk menguraikan/mendegradasi berbagai macam materi
organic dari substratnya menjadi nutrisi sederhana yang terlarut. Nutrisi yang
telah terlarut akan diserap oleh selnya baik secara pasif maupun dengan
transport aktif. Selain bersifat saprofit dan parasit, fungi juga dapat
bersifat sebagai simbion. Yaitu bersimbiosis dengan organisme lain (Kusnadi,
2003).
Tempat
hidup atau habitat dari fungi sangat beragam. Fungi dapat hidup di perairan
terutama perairan tawar dan sebagian kecil di laut. Tetapi, sebagian besar
fungi hidup pada habitat terrestrial baik pada tanah maupun pada materi organic
yang telah mati. Fungi ini berperan sangat penting dalam proses mineralisasi
karbon organic di alam untuk kepentingan semua organisme (Kusnadi, 2003).
b.
Morfologi
Fungi
Fungi
merupakan organisme eukariot, memiliki satu nucleus atau satu inti dengan
membrane intinya, retikulum endoplasma, dan mitikondria. Hampir semua sel fungi
mempunyai dinding sel kaku yang mengandung kitin dan selulosa. Pada beberapa
spesies mempunyai flagella sehingga dapat bersifat motil. Tubuh fungi dapat
uniseluler atau multiseluler. Kebanyakan selnya memiliki inti lebih dari satu
atau multinukleat. Tubuh fungi disebut thalus (Kusnadi, 2003).
1.
Bentuk pertumbuhan
Berdasarkan
bentuk pertumbuhannya, secara sederhana fungi dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok besar yaitu fungi uniseluler yang disebut ragi/khamir/”yeast” dan
fungi multiseluler yaitu kapang atau “moulds”. Tetapi para ahli lain sering
juga mengelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu kelompok ragi, kapang, dan
cendawan atau “mushroom”.
a)
Khamir (yeast)
Khamir merupakan fungi
uniseluler dan kebanyakan dari khamir termasuk dalam divisio Ascomycotina. Sel
khamir dapat berbentuk bola, oval atau silindris dengan ukuran diameter
bervariasi antara 3-5 µm. sel khamir sangat bervariasi baik dalam hal bentuk
dan ukuran. Hal ini tergantung dari umur dan lingkungannya. Khamir tidak
dilengkapi flagel atau organ-organ penggerak lainnya. Sel khamir jauh lebih
besar dari bakteri dan dapat dibedakan dari sel bakteri selain karena perbedaan
ukuran juga dari keberadaan struktur-struktur internalnya. Contoh khamir yang
paling popular adalah dari genus Saccharomyces.
b) Kapang
(moulds)
Kapang atau moulds merupakan fungi multiseluler
berbentuk koloni dari filament atau benang. Koloni tersebut dibangun oleh suatu
struktur dasar berupa tubulus berbentuk silinder yang bercabang-cabang dengan
diameter bervariasi antara 2-10 µm dan disebut hifa.
2.
Struktur subseluler
Secara umum sel fungi terdiri dari dinding
sel, membrane sel dan sitoplasma yang mengandung retikulum endoplasma, nucleus,
nucleolus, vakuola penyimpan, mitokondria, dan organel-organel lain.
c.
Klasifikasi
Fungi
Taksonomi
fungi merupakan bidang kajian yang dinamis dan terus menerus mengalami revisi.
Seringkali para ahli mempunyai perbedaan dalam mengelompokkan fungi dan
menentukan takson dari suatu kelompok fungi. Misalnya dalam suatu buku
disebutkan bahwa Ascomycotina merupakan suatu division ternyata dalam buku lain
termasuk dalam takson subdivision. Meskipun demikian pada umunya klasifikasi
fungi didasarkan pada ciri-ciri seksual yang dihasilkan dan adanya macam-macam
tubuh buah yang dihasilkan selama tahap-tahap seksual dalam daur hidupnya
(Kusnadi, 2003).
Fungi
yang telah diketahui tingkat reproduksi seksualnya disebut fungi sempurna atau
perfek sedangkan fungi yang belum diketahui tingkat reproduksi seksualnya
disebut fungi imperfek. Karena belum diketahui tingkat reproduksi seksualnya,
maka perlu digunakan ciri-ciri lain diluar tingkat seksual untuk
mengklasifikasikannya. Ciri yang dapat digunakan mencakup morfologi spora
aseksual dan miseliumnya (Kusnadi, 2003).
Selama
belum diketahui tingkat seksualnya, fungi dikelompokkan dalam suatu kelompok
khusus yaitu divisio Deuteromycotina atau fungi imperfekti. Setelah diketahui
tingkat seksualnya, mereka dapat dimasukkan dalam divisio tertentu sesuai
dengan spora yang dihasilkannya. 4 divisi fungi perfek yaitu Oomycotina,
Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina serta divisi Deuteromycotina atau
fungi imperfektii (Kusnadi, 2003).
d.
Peran
Menguntungkan dan Merugikan dari Fungi
1.
Peran
Menguntungkan
Fungi
sebagai saprofit bersama-sama dengan bakteri saprofit berperan dalam siklus
materi terutama siklus karbon yang berperan bagi kelangsungan hidup seluruh
organisme. Disamping itu sebagai dekomposer, menguraikan sisa-sisa tumbuhan,
bangkai hewan, dan bahan-bahan organic lainnya kemudian hasil penguraiannya
dikembalikan ke tanah sehingga dapat menyuburkan tanah.
Industri tertua adalah industri bir. Dalam
industri ini fungi yang berperan adalah Saccharomyces
cerevisae atau Sacchraromyces
carlsbergenesis. Industri fermentasi lainnya adalah industri minuman
anggur, yaitu hasil fermentasi anggur oleh ragi dan minuman lain seperti sider
(dibuat dari apel dan buah-buah lainnya) dan minuman khas jepang “sake” yang
dibuat dari fermentasi beras.
Alkohol
juga dapat dihasilkan dari fermentasi molase oleh ragi. Industri fermentasi
penting adalah industri roti. Dalam industri ini ragi Saccharomyces cerevisae juga digunakan sebagai organisme
fermentator. Dalam proses pembuatan rot, ragi menghasilkan karbondioksida yang
merupakan agen pengembang roti. Bersamaan dengan dihasilkannya karbondioksida,
dihasilkan pula alkohol yang akan menguap selama proses pembakaran.
Industri
pengolahan keju juga biasanya mengandalkan kombinasi aktivitas bakteri dan
fungi. Beberapa keju terkenal dibuat dengan menggunakan spesies fungi
penicillium. Misalnya: keju requefort dibuat dari hasil fermentasi fungi P. roquefortii dan keju camembert dibuat
dari hasil fermentasi P. camemberti.
Fungi
juga berperan dalam industri antibiotik, antibiotik pertama ditemukan oleh
Alexander Fleming tahun 1929 yaitu penisilin. Antibiotik ini dihasilkan oleh
fungi Penicillium notatum. Kemudian
ditemukan spesies yang ternyata lebih aktif dalam menghasilkan penisilin yaitu P. chrysogenum. Griseovulvin adalah
antibiotik lain yang dihasilkan dari genus Penicillium
yaitu P. griseofulvum. Senyawa ini
merupakan suatu antifungi dan khususnya efektif untuk melawan penyakit kaki
atlit. Antibiotik lain yang dihasilkan fungi adalah fumagilin yaitu suatu tipe
antibiotik yang dihasilkan dari fungi Asergillus
fumigates. Antibiotik ini sering digunakan untuk melawan penyakit yang
disebabkan amoeba.
Protein
Sel Tunggal (PST) akhir-akhir ini mulai dapat diproduksi dari mikroorganisme.
Salah satu mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan protein
sel tunggal yaitu fungi. Sebagai contoh kultur Candida ada hidrokarbon dari minyak bumi yang dihasilkan oleh
perusahaan minyak British petroleum di Grangenmouth Scotlandia tahun 1971,
telah dapat menghasilkan 4000 ton konsentrat protein per tahun. Sumber protein
ini digunakan sebagai makanan ternak.
2.
Peran
Merugikan
Kerugian
yang diakibatkan oleh fungi diantaranya fungi dapat menurunkan kualitas maupun
kuantitas makanan maupun bahan-bahan lain yang penting bagi manusia. Sifat
fungi sebagai saprofit (mampu mendekomposisi materi organik) fungi sering
menimbulkan masalah bagi manusia. Makanan seperti biji-bijian dan dan
buah-buahan sering diserang oleh pertumbuhan fungi yang tidak dikehendaki yang
mengakibatkan pembusukan maupun kerusakan lain, sehingga menurunkan kualitas
maupun kuantitas dari bahan-bahan tersebut. Disarmping itu fungi juga menyerang
bahan-bahan lain yang bernilai ekonomi seperti kulit, kayu, tekstil, dan
bahan-bahan baku pabrik lainnya.
Fungi
juga dapat berperan sebagai agen penyebab penyakit. Fungi pada umunya lebih
sering menyebabkan penyakit pada tumbuhan daripada hewan atau manusia. Penyakit
yang ditimbulkan fungi pada tumbuhan seringkali secara langsung sangat
merugikan manusia karena menyerang tumbuh-tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi seperti kentang, lada, coklat, cengkeh, tembakau, dll.
Sebagai
agen penyebab penyakit pada hewan dan manusia, fungi dapat menyebabkan penyakit
mulai dari penyakit ringan seperti panu sampai penyakit berat yang menyebabkan
kematian. Disamping itu, racun yang dihasilkan beberapa fungi seperti Amanita phalloides, A. muscaria maupun Aspergillus flavus (menghasilkan
aflatoksin), dapat sangat berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan
penyakit kanker dan bahkan kematian.
BAB III
PENUTUP
Bentuk
virus dan ukuran virus beranekaragam. Bentuk virus seperti bentuk hablur, ada yang serupa kotak
berbidang banyak (poliherdron), ada yang seupa bola dan ada pula yang seupa
batang jarum. Virus yang paling sederhana terdiri dari dua komponen dasar,
yaitu asam nukleat (single- atau double-strand DNA atau single-
atau double-strand RNA) dan selubung protein, yaitu kapsid, yang
berfungsi untuk melindungi genome virus dari nuklease-nuklease selama
terjadinya proses infeksi ke sel inang.
Fungi
merupakan organisme eukariot yang memiliki dinding sel dan pada umumnya tidak
motil. Setelah diketahui tingkat seksualnya, mereka dapat dimasukkan dalam
divisio tertentu sesuai dengan spora yang dihasilkannya. 4 divisi fungi perfek
yaitu Oomycotina, Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina serta divisi
Deuteromycotina atau fungi imperfektii. Fungi memiliki peran menguntungkan dan
peran merugikan bagi tumbuhan, hewan, dan manusia.
DAFTAR RUJUKAN
Dwidjoseputro. 1984. Dasar-dasar
Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Dwidjoseputro. 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Gelderborm, Hans R.
1996. Medical
Microbiology, 4th edition (Samuel Baron, Ed.). Texas: University
of Texas Medical Branch Galveston.
Kusnadi.,
Peristiwati., Syulasmi, Ami., Purwianingsi, Widi., Rochitaniawati, Diana. 2003.
Mikrobiologi. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia.
Pelczar, Michael J., E.C.S Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.
Volk, Wesley
A., dan Wheeler, Margaret F. 1988. Mikrobiologi Dasar (Alih Bahasa
Markham). Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar