Rabu, 11 Maret 2015

KOMPETISI GULMA DAN TANAMAN BUDIDAYA



KOMPETISI GULMA DAN TANAMAN BUDIDAYA





MAKALAH
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Ekologi Gulma
yang dibina oleh Dr. Fatchur Rochman, M.Si





Oleh
Kelompok 3/Offering GE-HE
Rahmah Sari Nastiti Ratman
120342422484
Tiara Dwi Nurmalita  
120342400172
Dina Ayu Valentiningrum
120342422478


                       







Description: logo um 1









UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2015
DAFTAR ISI

BAB I  PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang……………………………………………………………
1.2  Rumusan Masalah………………………………………………………...
1.3  Tujuan……………………………………………………………………..
BAB II  ISI
2.1
2.2
2.3
BAB III  PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….
3.2
Daftar Rujukan……………………………………………………………….


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Telah diketahui bahwa gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya dapat menimbulkan gangguan terhadap tanaman budidaya. Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya untuk memperoleh cahaya, air, dan nutrisi (Moenandir dalam Hasanuddin et al., 2012). Derajat persaingan antara gulma dan tanaman tergantung pada densitas gulma jenis gulma, varietas tanaman dan tingkat pemupukan. Spesies yang berbeda mempunyai kemampuan bersaing berbeda karena memiliki karakteristik morfologi dan fisiologi yang berbeda sedangkan densitas gulma berpengaruh pada penurunan hasil tanaman, yaitu semakin tinggi densitas maka hasil tanaman semakin menurun (Tjitrosoedirdo et al. dalam Hasanuddin et al., 2012).
Gulma mampu bersaing efektif selama jangka waktu kira-kira 1/4 - 1/3 dari umur tanaman semusim (annual crops) sejak awal pertumbuhannya. Pada lahan kering gulma tumbuh lebih awal dan populasinya lebih padat dan menang bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan, sehingga gulma seringkali menjadi masalah utama setelah faktor air dalam sistem produksi tanaman di lahan kering, terutama tanaman semusim (pangan dan sayuran). Pada budidaya tanaman di lahan kering beberapa spesies gulma seperti Imperata cylindrica (alang-alang), Cynodon dactylon (grinting), Borreria alata, Ageratum conyzoides (babandotan), Synedrella nodiflora (jontang kuda), Cyperus rotundus (teki berumbi) mempunyai sifat pertumbuhan yang cepat, berkembang biak dengan biji maupun stolon/rimpang, toleran terhadap kekeringan dan mampu menghambat perkecambahan biji maupun pertumbuhan awal tanaman yang dibudidayakan (Tjokrowardojo dan Djauhariya, tanpa tahun).
Oleh karena itu, dalam memahami mengenai kerugian yang timbulkan oleh gulma terhadap tanaman budidaya, perlu dilakukan kajian yang berkaitan dengan kompetisi antara gulma dengan tanaman budidaya. Sehingga, setelah diperoleh pengetahuan mengenai kompetisi tersebut, dapat dilakukan usaha untuk mengurangi terjadinya kerugian produksi tanaman budidaya yang disebabkan oleh gulma.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dibuat, adapun rumusan masalahnya sebagai berikut.
1.2.1        Apa sajakah kerugian langsung dan tidak langsung kompetisi gulma?
1.2.2        Bagaimanakah panen campuran dalam komunitas?
1.2.3        Apa sajakah Jenis-jenis Kompetisi?
1.2.4        Bagaimanakah  interaksi faktor-faktor pertumbuhan dalam kompetisi?

1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dibuat, adapun tujuan penulisan makalah sebagai berikut.
1.3.1        Mengetahui kerugian langsung dan tidak langsung kompetisi gulma.
1.3.2        Mengetahui panen campuran dalam komunitas.
1.3.3        Mengetahui Jenis-jenis Kompetisi.
1.3.4        Mengetahui interaksi faktor-faktor pertumbuhan dalam kompetisi.



BAB II
ISI

2.1 Kerugian Langsung dan Tidak Langsung Kompetisi Gulma
2.1.1 Penurunan Hasil Panen
Kerugian langsung yang ditimbulkan akibat adanya gulma yang paling mendapat perhatian para peneliti ialah yang berkaitan dengan penurunan hasil panen. Gulma dapat menurunkan hasil panenan dalam dua cara yaitu :
2.1.1.1  dengan mengurangi jumlah hasil yang dapat dipanen (biji-bijian,rumput,buah-buahan, dan sebagainya)
2.1.1.2  dengan mengurangi jumlah individu tanaman yang dipanen.
Penurunan dalam hasil yang dapat dipanen. Besarnya penurunan dalam hasil panen yang disebabkan oleh gulma sagatlah bervariasi bergantung jenis tanaman pokoknya, jenis gulma dan factor petrtumbuhan yang mempengaruhinya. Adanya gulma dalam jumlah yang cukup banyak dan rapat selama musim pertumbuhan akan menyebabkan kehilangan hasil secara total (Sastroutomo, 1990).
Penurunan kualitas hasil panen. Gulma dapat menyebabkan penurunan hasil sebagai akibat :
1.        tercampurnya hasil panenan dengan biji-bijan gulma yang sulit untuk dipisahkan dan dimurnikan. Contohnya pada tanaman kapas jenis gulma yang biasanya menyerang yaitu jenis kekangkungan (Ipomeas sp.) dimana gulma tersebut menyebabkan peningkatan kotoran 2 kali lipat pada hasil kapasnya.
2.        adanya gulma dapat mempengaruhi pemanennan khususnya dengan mesin misalnya pada jenis-jenis gulma merambat atau gulma berkayu. Oleh karena itu akibat adanya pencampuran oleh gulma menyebabkan keuntungan menjadi menurun. Jumlah umbi bawang liar yang bercampur dengan 100 gr biji gandum adalah 2 atau lebih akan menyebabkan penurunan harga menjadi separuh lebih rendah dibandingkan dengan gandum yang tidak tercampur dengan umbi  (Sastroutomo, 1990).
2.2  Panen Campuran dalam Komunitas
Adanya campuran gulma pada tanaman komunitas yang ditanam akan mempengaruhi hasil panen total dari tanaman pangnnya dan gulma. Jika hasil total komunitas khususnya tanaman pangannya melebihi dari hasil panen tanaman pangan yang tidak ada gulmanya, maka dalam keadaan ini pengendalian gulma tidak perlu dilakukan. Namun jika hasil total komunitas khususnya tanaman pangannya tidak melebihi atau malah kurang dari hasil panen tanaman pangan yang tidak ada gulmanya, maka dalam keadaan ini pengendalian gulma perlu dilakukan  (Sastroutomo, 1990).
2.3.1 Penyerapan Beberapa Faktor Pertumbuhan oleh Jenis Gulma.
Pada kenyataanya, penurunan hasil oleh adanya gulma merupakan akibat dari adanya penyerapan sumber daya yang tidak seimbang dan lebih besar di serap oleh gulma dari pada tanaman budidayanya  (Sastroutomo, 1990).
Description: Description: F:\DCIM\Camera\IMG20150216193334.jpg
Gambar 2.1. Menunjukan hubungan antara biomassa dan penyerapan faktor hara Q yang diperebutkan.
2.3.2 Kehilangan Hasil Panen
Besarnya kehilangan hasil panen tanaman pangan akibat kompetensi sangat erat kaitannya dengan jumlah individu gulma yang turut berperan dalam kopetensi dan beratnya. Terdapat suatu batasan akan seberapa besar jumlah individu gulma atau beratnya dimana keadaan yang lebih besar dari jumlah/berat ini akan menimbulkan penurunan hasil sedangkan jika lebih kecil maka tidak akan menimbulkan penurunan. Hal ini disebut jumlah.berat kritis yang akan mempengaruhi hasil panen. Selain itu faktor siklus hidup dari gulma juga mempengaruhi derajat kompetensi. Namun walaupun demikian jumlah individu dan berat gulma merupakan faktor utama dalam kompetensi dan di dukung juga oleh lamanya gulma yang tumbuh bersama bersama tanaman budidaya  (Sastroutomo, 1990).
2.3.3 Pengaruh Jumlah Gulma
Pengaruh jumlah gulma yang paling penting diketahui bahwa gulma dalam jumlah yang sedikit dapat menurunkan hasil panen, contoh gulma kochia dengan jumlah individu hanya 1 per 3 meter larikan dapat menurunkan produksi gula bit sebanyak 26 % dan 1 individu jajagoan per 0,1 m2 dapat menurunkan hasil panen sebesar 57 % . Hubungan antara tingkat kepadatan dan hasil panen secara umum dapat digambarkan sebagai garis yang tidak terputus-putus (Sastroutomo, 1990).
Description: Description: F:\DCIM\Camera\IMG20150216213129_2.jpg
Gambar 2.2. Hubungan ini merupakan sigmoid dan bukan garis lurus, dan ini berarti bahwa satu individu gulma dalam tingkat kepadatan yang rendah akan mempunyai yang lebih besar jika dibandingkan dengan pengaruh memasing individu gulma pada kepadatan yang tinggi.
Pengaruh yang dijelaskan ini disebabkan oleh adanya plastisitasi bentuk morfologi tumbuhan baik pada gulma maupun tanaman budidayanya. Dengan semakin meningkatnya jumlah gulma per satuan luas maka semkin menurun ukuran memasing individu, yang dapat dinyatakan dengan berkurangnya jumlah anakan, percabangan , jumlah daun dan ukuran dan system perakaran. Dengan kata lain terdapat hubungan mengenai indiviu gulma yang dapat ditolerir oleh tanaman budidayanya. Jumlah individu gulma maximum yang dapat ditolerir oleh tanaman pangan tanpa menyebabkan penurunan hasil disebut nilai ambang kompetensi  (Sastroutomo, 1990).
Oleh karena itu para petani perlu kapan waktu untuk menegtahui kapan waktu yang paling tepat untuk mengendalikan gulma ayai mencegah hasil penurunan hasil panen yang akan diperoleh  (Sastroutomo, 1990).
2.3.4 Pengaruh Berat Gulma
Gulma meskipun ringan dapat juga menurunkan hasil panen. Sebagai contoh :
Description: Description: F:\DCIM\Camera\IMG20150216211700.jpg
Gambar tabel 2.1. Penurunan hail panen kedelai akibat pengaruh 3 jenis gulma dengan berat yang berbeda
Berat gulma ternyata merupakan yang lebih baik sebab lebih tepat didalam menggambarkan jumlah sumber daya yang akan diserap oleh gulma. Sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi oleh tanaman pangannya. Grafik berat gulma dapat ditunjukkan sebagai garis putus-putus pada gambar 2. Di alam, garis putus-putus ini tidak lurus sekali karena jumlah biomassa yng dihasilkan oleh setiap unit berbesa-beda yang paling besar pengaruhnya yaitu kadar airnya. Perbedaan ini mampu mempengaruhi derajat kompetisi  (Sastroutomo, 1990).
2.3.5 Pengaruh periode adanya gulma
Periode bebas gulma:di dalam pertumbuhan awal tanaman pangan adanya gulma dalam jumlah sedikit tidak akan dapat menurunkan hasil panenan. Waktu yang sangat singkat saat tanaman pangan mempunyai toleransi ini dapat digunakan untuk mengendalikan gulma sehingga kompetisi tidak akan terjadi sampai masa panen dating. Tanaman budidayasangat bervariasi dalam ketahanannya tumbuh bersama-sama gulma, mulai dari 3 sampai 22 minggu. Juga untuk setiap jenis tanaman, periode ketahanannya sangat tergantung pada jenis-jenis gulmanya. Secara umumpada semua jenis tanaman, periode ketahanan akan lebih besar pada masa awal pertumbuhan  (Sastroutomo, 1990).
Masa bebas gulma yang diperlukan: masa bebas gulma yang dibutuhkan relative sangat singkat, dan pada kebanyakan tanaman pangan hanya beberapa minggu setelah perkecambahanya. Masa bebas gulma sangat bervariasi diantara jenis-jenis tanaman budidaya maupun sesama jenisnya  (Sastroutomo, 1990).
Periode bebas gulma merupakan ukuran daya kompetisi relatif tanaman budidaya, sedangkan periode yang tidak bebas gulma merupakan ukuran daya kompetisi relatif gulma terhadap tanaman budidaya. Pada umumnya sebagian besar gulma semusim mempunyai daya kompetisi yang rendah dibandingkan dengan tanaman panganya. Perbedaan lama antara kedua periode yaitu periode bebas gulma dan periode toleransi terhadap gulma punya implikasi yang sangat penting dalam memilih cara-cara pengendlian gulmanya  (Sastroutomo, 1990).
2.3.6 Pengaruh Perbedaan Siklus Hidup
Siklus hidup yang relatif singkat pada kebanyakan gulma semusim merupakan salah satu faktor dalam daya kompetisinya terhadap tanaman budidaya (Sastroutomo, 1990).
Hal tersebut dapat dijelaskan dengan gambar 2.3.
Gambar 2.3: Pertumbuhan yang cepat dari kebanyakan gulma semusim dibandingkan dengan tanaman pokoknya yang menunjukkan daya kompetisi yang tinggi (Oliver dalam Sastroutomo, 1990).
Pada gambar 2.3 tersebut berisi tentang perbandingan waktu yang dibutuhkan untuk  pertumbuhan luas daun yang maksimum pada kedelai dan gulmanya, Abutilon theoprasti. Jika kedelainya ditanam lebih awal, kedelai akan terus tumbuh dan meningkatkan indeks luas daunnya (LAI) hingga umur 12 minggu, sedangkan A. theoprasti mencapai maksimumnya pada saat ini. Pada penanaman yang lambat, A. theoprasti mencapai maksimumnya pada minggu ke-8, sedangkan kedelainya pada minggu yang ke-10 (Sastroutomo, 1990).
Kompetisi cahaya akan terus berlangsung meskipun pertumbuhan gulmanya terhenti, karena daun gulma menutupi daun tanaman budidaya. Seperti yang telah diketahui, kualitas cahaya akan berubah setelah melalui hijau daun, demikian pula dengan kuantitasnya. Siklus hidup yang pendek pada kebanyakan gulma mempunyai peranan yang penting dalam pengolahan gulma (Sastroutomo, 1990).
2.3.7 Gulma Rerumputan Dibandingkan dengan yang Berdaun Lebar
Gulma berdaun lebar cenderung untuk dapat menurunkan hasil panen yang lebih besar dibandingkan dengan gulma rerumputan atau sejenisnya. Staniford dalam Satroutomo (1990) mengungkapkan bahwa penurunan hasil panen yang sama diperoleh dari perbandingan 2:1 berdasarkan berat gulmanya. Hasil panenan kedelai berkurang 0,47 kg per hektar untuk setiap kilogram kering A. theoprasti dan 0,22 kg per hektar untuk setiap Setaria.
Description: http://www.missouribotanicalgarden.org/Portals/0/Gardening/Gardening%20Help/images/Pests/Annual_Weeds961.jpgDescription: http://www.missouriplants.com/Yellowalt/Abutilon_theophrasti_plant.jpg




                                                                                                          



Gambar 2.5: Setaria sp.
 
 
Gambar 2.4: A. theoprasti
2.3.8 Menduga Kehilangan Hasil
Pemahaman cara untuk menduga besarnya kehilangan hasil panenan akibat adanya investasi gulma akan membantu para petani di dalam memastikan keberhasilan pengendalian yang telah dilakukan. Dew dalam Sastroutomo (1990) mengembangkan suatu indeks kompetisi  yang dapat digunakan untuk menduga kehilangan hasil panen pada barli, gandum, dan flaks dalam tingkat kepadatan Avena yang tertentu. Persamaan ini dibuat berdasarkan beberapan pendugaan yang telah ditetapkan batas-batasnya. Salah satu diantaranya adalah bahwa gulma muncul bersamaan waktunya dengan tanaman budidayanya. Pendugaan yang kedua ialah  bahwa tanaman budidaya dan gulma mempunyai peluang yang sama dalam memperoleh sumber daya, seperti air, hara, dan cahaya.
Hubungan secara garis lurus antara berat dan hasil panen menunjukkan bahwa berat mempunyai nilai yang lebih penting dibandingkan dalam menduga penurunan hail akibat gulma jika dibandingkan dengan jumlah individu. Perubahan satu unit dlaam berat merupakan perubahan satu unit dalam hasil selama perubahan berat itu terjadi. Perubahan seunit dalam jumlah (individu) sebaliknya merupakan hasil dari perubahan lebih atau kurang seunit dalam hasil, bergantung pada tingkat kepadatan sebenarnya yang digunakan. Hubungan tersebut dapat digambarkan dalam suatu grafik (Sastroutomo, 1990).




Description: DSC_2996.jpg












Gambar 2.4: grafik yang menunjukkan perbandingan antara kepadatan dan berat gulma sebagai penduga kehilangan hasil panen (Schweizer dalam Sastroutomo, 1990). Bagian a merupakan respon hasil panen yang diakibatkan oleh tingkat kepadatan gulma dan bukan beratnya (66% : 40%).


2.4 Jenis-jenis Kompetisi
2.4.1 Parameter Kompetisi
Kompetisi dapat terjadi jika salah satu dari dua atau lebih organisme yang hidup bersama-sama membutuhkan faktor lingkungan yang sangat terbatas ketersediaannya dan tidak mencukupi bagi kebutuhan  bersama. Dalam kegiatan tersebut, kedua organisme akan saling berinteraksi. Dengan membatasi definisi hanya terhadap persaingan akan beberapa faktor lingkungan yang berada dalam keadaan terbatas jumlahnya, maka kompetisi dapat dibedakan dengan gangguan yang termasuk di dalamnya alelopati kecuali pada beberapa keadaan seperti yang dijumpai pada jenis umbian, komposisi ruang yang sebenarnya tidak ditemui melainkan kompetisi akan sesuatu yang terdapat di dalam ruang, seperti hara, air, cahaya, CO2, dan O2 (Sastrouomo, 1990).
Segala jenis tumbuhan yang membutuhkan faktor pertumbuhan seperti hara, cahaya, air, CO2, dan O2 untuk pertumbuhannya. Jika dilihat hidup sejenis tumbbhan secara keseluruhan mulai dari perkecambahan hingga ke pembungaan dan pembuahan, akan ditemui bahwa hampir tidak pernah dijumpai tumbuhan-tumbuhan tersebut berkompetisi untuk satu faktor pertumbuhan saja. Sangat mungkin terjadi kompetisi faktor pertumbuhan A di alam dan pada saat yang lainnya juga terhadap pertumbuhan B atau C. Hal tersebut disebabkan hubungan antara jenis tumbuhan yang satu dengan yang lainnya bersifat dinamis. Gulma dikenal memegang peran aktif dalam mengubah sifat ekologis lingkungan (Sastrouomo, 1990).
Dinamika kompetisi dan kemajemukannya yang terjadi antara gulma dan tanaman budidaya dapat dilihat pada gambar berikut.
 








Gambar 2.5: faktor yang mempengaruhi derajat kompetisi antara gulma dan tanaman budidaya
Karakteristik yang dimiliki oleh gulma maupun tanaman budidaya akan sangat mempengaruhi derajat kompetisi dan hal tersebut akan dimodifikasi oleh adanya faktor lingkungan seperti iklim, perlakuan tanah, serta hama. Meskipun kompetisi sangat kompleks, pengamatan pengaruhnya terhadap penyerapan faktor pertumbuhan dapat digunakan sebagai dasar dalam pengelolaan gulma (Sastroutomo, 1990).
2.4.2 Kompetisi di Atas Permukaan Tanah
2.4.2.1 Kompetisi Cahaya
Kemampuan penyerapan cahaya akan berbeda untuk setiap jenis tumbuhan dan hal tersebut juga dipengaruhi oleh besarnya cahaya yang diterima. Variasi cahaya mempengaruhi kompetisi, namun pengaruhnya tidak berarti jika dibandingkan dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh perbedaan morfologis dari tumbuhan tersebut  (Sastroutomo, 1990).
Pengaruh luas daun. Luas daun yang dimiliki oleh tumbuhan sangat mempengaruhi kemampuannya untuk menyerap cahaya sekaligus kemampuannya berkompetisi akan cahaya. Pendugaan luas daun per satuan luas lahan diperlukan dalam mengevaluasi kompetisi cahaya.  Indeks luas daun (LAI) menunjukkan potensi penyerapan cahaya dan jumlah cahaya yang tersedia bagi tumbuhan lain yang berada di bawah naungannya  (Sastroutomo, 1990).
Pengaruh kemiringan daun dan susunannya. Jenis gulma yang mempunyai daun dengan poisi mendatar sejajar dengan permukaan tanah lebih kompetitif dibandingakn dengan jenis gulma yang daunnya tegak lurus seperti Setaria. Demikian pula, letak daun yang oposit kurang kompetitif dibandingkan dengan yang berseling  (Sastroutomo, 1990).
Pengaruh tajuk daun. Cahaya yang sampai pada bagian bawah tajuk daun tidak saja menurun intensitasnya, karena kualitasnya menurun setelah digunakan dalam proses fotosintesis. Sehingga, tanaman budidaya yang lebih tinggi lebih kompetitif dibandingkan gulmanya  (Sastroutomo, 1990).
Pengaruh terdap seluruh bagian tumbuhan. Meskipun daun merupakan bagian yang berkompetisi, namun pengaruhnya terhadap tumbuhan secara keseluruhan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan gulma. Pengurangan produksi hasil fotosintesis pada seluruh bagian daun tanaman merupakan ukuran besarnya kehilangan yang terjadi akibat kompetisi cahaya  (Sastroutomo, 1990).
Pengaruh terhadap komunitas gulma-tanaman budidaya. Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan suatu jenis individu dapat dijadikan dasar akan pengaruhnya terhadap komunitas gulma-tanaman budidaya di lapangan. Misalnya kedelai yang ditanam dengan jarak larikan 50 cm akan menghasilkan biomassa yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang memiliki jarak larikan 100 cm  (Sastroutomo, 1990).
2.4.2.2 Kompetisi CO2
Kompetisi akan CO2 dapat terjadi meskipun pada umumnya di alam kompetisi ini jarang sekali terjadi. Daun tumbuhan dengan cara fiksasi  C3 akan menjadi cepat jenuh pada intensitas cahaya yang relative lebih rendah dibandingkan dengan  jenis C4. Tanaman jenis C4 akan menggunakan air yang lebih efisien dibandingakan dengan jenis C3 dan hal tersebut membutnya lebih kompetitif dibandingkan dengan tanaman C3  (Sastroutomo, 1990).



2.4.3 Kompetisi di Bawah Tanah
Kompetisi di bawah tanah yang sebenarnya baru terjadi jika system perakaran dari dua jenis tumbuhan saling tumpang tindih sehingga beberapa faktor pertumbuhan di dalam tanah persediaannya menjadi sangat berkurang  (Sastroutomo, 1990).
2.4.3.1 Kompetisi Air
Air bergerak dari tanah kemudian ke tumbuhan yang 1—3% darinya digunakan dalam proses fotosintesis.
Kemampuan menggunakan air. Tumbuhan yang mempunyai kebutuhan air yang rendah merupakan tumbuhan yang mampu memanfaatkan air secara efisien (g CO2 ­yang diikat /g air yang sisanya sebesar 97—99% yang masuk ke dalam tumbuhan akan hilang melalui penguapan). Waktu dan jarak perakaran, keduanya merupakan faktor terpenting dalam kompetisi air. Sifat tumbuhan yang mempengaruhi kemampuan penyerapannya akan air adalah panjang akar dan luas enyebaranakar, daya toleransi terhadap kekurangan air dan kemampuannya untuk mengawal air melalui transpirasi  (Sastroutomo, 1990).
Volume akar. Derajat kompetisi antara ulma dengan tanaman budidaya akan air sangat bergantung pada volume relatif perakaran masing-masing jenis yang berkompetisi. ekstraksi profil perakaran merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan volume air yang diserap  (Sastroutomo, 1990).
Kemampuan relative berkompetisi. setiap jenis tumbuhan mempunyai respons yang berbeda terhadap kompetisi air. Tumbuhan yang mempunyai kemampuan yang tinggi diduga akan lebih berhasil pada kondisi yang terbatas  (Sastroutomo, 1990).
2.4.3.2 Kompetisi Hara
Hara merupakan faktor yang paling penting dalam persaingan antara gulma dan tanaman budidaya. Sejauh mana persaingan atau kompetisi berlaku adalah sagat bergantung pada banyaknya unsure hara yang tersedia di dalam tanah dan jumlah tumbuha yang terlibat. Unsure hara yang diperlukan dalam dalam jumlah yang bayak adalah karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, sulfur, kalsium, dan magnesium. Unsure-unsur ini menjadi bahan dasar pembentuk protoplasma, selaput, dan dinding sel. Ketiadaaan salah satu unsur dapat menghambat pertumbuhan tanaman  (Sastroutomo, 1990).
Setiap lahan berkapasitas tertentu didalam mendukung pertumbuhan berbagai pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik  yang dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda; oleh karena itu jika gulma tidak diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu berupa gulma. Hal ini berarti walaupun pemupukan dapat menaikkan daya dukung lahan, tetapi tidak dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau dengan kata lain gangguan gulma tetap ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk  (Sastroutomo, 1990).
Pengaruh persaingan gulma terhadap kandungan hara dapat dilihat dari komposisi unsur-unsur tersebut di dalam gulma maupun di tanaman budidaya. Ini dapat dilakukan dengan menanam gulma dan tanaman budidaya secara bersamaan atau bersaingan. Vengris dalam Satroutomo ( 1990) melakukan percobaan dengan menggunakan jagung dan beberapa gulma. Analisis hara di dalam tumbuhan dilakukan dua kali sebulan mulai setelah penanaman sampai masa pemasakan. Hasil menunjukkan bahwa kandungan nitrogen jagung berkurang akibat kompetisinya dengan gulma. Sebaliknya, kandungan hara dari setiap jenis gulma tidak dipengaruhi meskipun tumbuh brsama-sama jagung.
2.4.3.3 Kompetisi Oksigen
Ada beberapa keadaan dimana kekurangan suplai oksigen dapat menghambat pertumbuhan. Contohnya, oksigen dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan pada daerah-daerah dengan tanah yang sangat basah dan sering tergenang. Tetapi tidak ada satupun penelitian yang menunjukkan bahwa kompetisi antartumbuhan dapat terjadi pada keadaan seperti ini. Pada segala keadaan umum di dalam tanah, kandungan oksigen yang tersedia bagi perakaran adalah senantiasa mencukupi untuk terjadinya respirasi.
Sifat-sifat yang mempengaruhi kompetisi bawah tanah
Beberapa sifat tumbuhan yang dapat mempengaruhi derajat kompetisis terhadap faktor-faktor pertumbuhan yang ada di dalam tanah telah diidentifikasi yaitu:
1. kemampuan penetrasi akar ke dalam tanah yang awal dan cepat
2. tingkat kepadatan akar yang tinggi
3. perbandingan akar dan batang/rumpun yang tinggi
4. ppanjang dan berat akar yang besar
5. mempunyai proporsi akar yang masih hidup dan aktif yang tinggi
6. mempunyai bulu-bulu akar yang panjang
7 mempunyai potesi penyerapan hara yang tinggi.

2.5 Interaksi Faktor-faktor Pertumbuhan dalam Kompetisi
Kompetisi akan suatu faktor pertumbuhan aka mempengaruhi kompetisisi akan faktor pertumbuhan yang lainnya. Misalnya, jika faktor-faktor pertumbuhan yang ada di dalam tanah berada dalam jumlah yang sangat terbatas dalam suatu komunitas campuran antara gulma tanaman pangan, maka jenis yang kalah akan mulai mngurangi pertumbuhan batang atau rumpunnya serta mulai berkompetisi akan cahaya. Jika kompetisi cahaya terjadi, yang kalah akan mulai berkompetisi akan unsure-unsur yang ada di dalam tanah. Kompetisi akan cahaya akan datag lebih dahulu jika kondisi tanah mencukupi, tetapi kompetisi akan faktor-faktor tanah yang pertama jika faktor ini berada dalam jumlah yang sangat terbatas dan menyebabkan pertumbuhan indeks luas daun menurun serta kekuatan cahaya yang tinggi  (Sastroutomo, 1990).
2.5.1        Interaksi Cahaya dan Nitrogen
Kompetisi cahaya menyebabkan penurunan jumlah dan berat akar yang lebih besar daripada daun. gulma semusim sudah beradaptasi pada keadaan dengan N yang kurang, maka pertumbuhannya relative lebih baik dibandingkan dengan tanaman pangannya dalam keadaan dengan N yang terbatas. Sebaliknya, tanaman pangan akan lebih agresif di dalam memanfaatka N jika berlebihan. Keadaan terakhir ini jarang terjadi. Gulma akan kelihatan lebih efektif dalam kecepatan maupun jumlah penyerapan haranya dalam keadaan dengan N yang berlebihan. Hal ini terjadi karena perbandingan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan siklus hidupnya. Sebagian besar gulma semusim pada umumnya mempunyai siklus hidup yang lebih pendek jika dibandingkan dengan tanaman budidaya. Sebagai akibatnya, jenis-jeis ini mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat. Setiap jenis tumbuhan mempunyai kecepatan perpanjangan akar yang berbeda-beda. Bebayaman, Xanthium, jajagoan, dan Digitaria mempunyai sistem perakaran yang lebih panjang setelah 15 hari dibandingkan dengan yang dimiliki sorghum (mencapai panjang yang sama setelah 20 hari) (Sastroutomo, 1990).
Kehadiran  gulma  pada  pertanaman  kacang  tanah  merupakan  salah  satu  penyebab rendahnya  hasil  kacang  tanah.  Pengaruh  gulma  terhadap  tanaman  dapat  terjadi  secara langsung  yaitu  dalam  hal  bersaing  untuk  mendapatkan  unsur  hara,  air,  cahaya  dan  ruang  tumbuh.  Secara  tidak  langsung  sejumlah  gulma merupakan  inang  dari  hama  dan  penyakit. Gulma  yang  dibiarkan  tumbuh  pada  tanaman kacang  tanah  dapat menurunkan hasil  sampai dengan  47%  (Moenandir  dalam Murrine, Tanpa Tahun).
Faktor  utama  yang  menyebabkan turunnya hasil adalah daun yang saling menutup. Cahaya matahari merupakan faktor penting dalam proses  fotosintesis dan penentu  laju pertumbuhan  tanaman  (LPT) sehingga  intensitas, lama penyinaran dan kualitasnya sangat berpengaruh  terhadap proses  fotosintesis. Bila daun saling  menutupi  maka  cahaya  tidak  dapat  diteruskan  pada  daun  bagian  bawah  sehingga fotosintesis tidak optimal, menyebabkan penurunan hasil (Murrine, Tanpa Tahun).
2.5.2        Interaksi Hormon dan Faktor Pertumbuhan
Gangguan yang ditimbulkan oleh gulma terhadap cahaya dapat mempengaruhi produksi, penyebaran, dan kesan yang ditimbulkan oleh satu atau lebih lebih hormon tumbuh yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil panenan. Gangguan ini dapat memberikan pengaruh yang lama pada tumbuh-tumbuhan dan secara makro peranannya cukup penting dan setaraf dengan kompetisi akan air, hara, dan cahaya.








BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Berdasarkan isi makalah, dapat disimpulkan bahwa:
3.1.1        kerugian langsung dan tidak langsung kompetisi gulma berhubungan dengan penurunan hasil panen. Penurunan hasil panen dapat berupa penurunan dalam hasil yang dapat dipanen dan penurunan kualitas hasil panen
3.1.2        panen campuran dalam komunitas meliputi penyerapan beberapa faktor pertumbuhan oleh jenis gulma, kehilangan hasil panen, pengaruh jumlah gulma, pengaruh berat gulma, pengaruh periode adanya gulma, pengaruh perbedaan siklus hidup, gulma rerumputan dibandingkan dengan yang berdaun lebar, dan menduga kehilangan hasil.
3.1.3        jenis-jenis kompetisi. Parameter kompetisi meliputi sesuatu yang terdapat di dalam ruang, seperti hara, air, cahaya, CO2, dan O2. Kompetisi di atas permukaan tanah meliputi kompetisi cahaya dan kompetisi CO2. Sedangkan kompetisi di bawah tanah meliputi kompetisi air, kompetisi zat hara, dan kompetisi oksigen.
3.1.4        interaksi faktor-faktor pertumbuhan dalam kompetisi meliputi interaksi cahaya dan nitrogen, dan interaksi hormon dan faktor pertumbuhan


DAFTAR RUJUKAN

Hasanuddin, Erida, Gina., dan Safmaneli. 2012. Pengaruh Persaingan Gulma Synedrella nodiflora L. Gaertn pada Berbagai Densitas terhadap Pertumbuhan Hasil Kedelai. Agrista, 16 (3) : 146—152.
Murrinie, Endang Dewi. Tanpa Tahun. Analisis Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah dan Pergeseran Komposisi Gulma pada Frekuensi Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda. (Online) (http://eprints.umk.ac.id/118/1/ANALISIS_PERTUMBUHAN_TANAMAN_KACANG_TANAH.pdf), diakses 16 Februari 2015.
Sastroutomo, Soetikno S. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tjokrowardojo, Agus Sudiman dan Djauhariya, Endjo. Tanpa tahun. Gulma dan Pengendaliannya pada Budidaya Tanaman Nilam. (Online), (http://balittro.litbang.pertanian.go.id/ind/images/publikasi/monograph/nilam/GULMA%20DAN%20PENGENDALIANNYA%20PADA%20BUDIDAYA.pdf), diakses pada 16 Februari 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar