PATOGENESIS
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Matakuliah Mikrobiologi
Yang Dibina oleh Bapak H.
M. Noviar Dakurni, M.Kes
Oleh kelompok
8/offering G
Amelia Tridiptasari
|
120342422499
|
Pramseti Dwi Rhumana
|
1203424224
|
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN
BIOLOGI
Oktober
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri merupakan salah satu makhluk
hidup yang jumlahnya banyak disekitar kita. Bakteri pun berada di mana-mana. Di
tempat yang paling dekat dengan kita pun juga terdapat bakteri contohnya saja
tas, buku, pakaian, dan banyak hal lainnya. Maka dari itu bakteri merupakan
penyebab penyakit yang cukup sering terjadi. Karena banyaknya manusia yang
mengabaikan penyakit tersebut karena terkadang gejala awal yang diberikan ada
gelaja awal yang biasa saja. Maka dari itu alangkah baiknya jika kita
masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara bakteri itu menginfeksi dan
gejala-gejala apa yang akan dberikannya.
Banyaknya manusia yang mulai tidak
begitu peduli dengan gejala awal terjangkitnya bakteri salah satunya adalah
pada saluran pencernaan. Saluran pencernaan adalah saluran yang sangat berperan
dalam tubuh. Jika saluran pencernaan terganggu akan cukup mengganggu aktivitas
tubuh saat itu. Tapi banyak masyarakat yang tidak peduli dengan penyakit yang
ditimbulkan. Misalnya saja penyakit yang dapat ditimbulkan oleh bakteri ada
diare, gejala awalnya ada kondisi perut yang tidak enak gejala awalnya cukup
biasa tetapi jika terlalu didiamkan akan membuat kondisi itu menjadi akut dan
fatal. Maka dari itu, bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup banyak
pada saat ini.
Pada dasarnya dari seluruh
mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian kecil saja yang merupakan
patogen. Patogen adalah organism atau mikroorganisme yang menyebabkan penyakit
pada organism lain. Kemampuan pathogen untuk menyebabkan penyakit disebut
dengan patogenisitas. Dan patogenesis disini adalah mekanisme infeksi dan
mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba yang
memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan
penyakit. Sebagaimana kita ketahui sebelumnya mikroorganisme adalah organisme
hidup yang berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat yang memungkinkan
terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia. Mereka ada di dalam
tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer ( udara ) serta makanan, dan karena
beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh
manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal
sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi
tertentu dapat juga menimbulkan penyakit
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian pathogenesis
2. Mengetahui virus pathogen atau virulen
3. Mengetahui pertahanan yang terdapat
pada permukaan sel inang
4. Mengetahui
pertahanan yang terdapat pada bagian dalam sel inang.
BAB II
ISI
Pengertian pathogenesis
Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang
ada di alam, hanya sebagian kecil saja yang merupakan patogen. Patogen adalah
organisme atau mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada organism lain.
Kemampuan pathogen untuk menyebabkan penyakit disebut dengan patogenisitas. Dan
patogenesis disini adalah mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan
penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan
berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan penyakit.
Menurut Kusnadi (2003), suatu mikroorganisme yang membuat kerusakan atau
kerugian terhadap tubuh inang disebut pathogen sedangkan kemampuan
mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit disebut pathogenesis. Menurut
Uderwood (1999), patogenesis adalah suatu ekanisme bagaimana suatu
penyebab penyakit bekerja sehingga menghasilkan tanda dan gejala klinis. Patogen
adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Sebutan lain dari
patogen adalah mikroorganisme parasit. Umumnya istilah ini diberikan untuk agen
yang mengacaukan fisiologi normal hewan atau tumbuhan multiseluler (Warren,
2008). Patogenesitas adalah kemampuan pathogen menyebabkan penyakit (Agrios,
1996).
Kapasitas bakteri
menyebabkan penyakit tergantung pada patogenitasnya. Dengan kriteria ini
bakteri dikelompokkan menjadi tiga, yaitu agen penyebab bakteri, pathogen
oportunistik, dan non pathogen. Agen penyebab penyakit adalah bakteri pathogen
yang menyebabkan suatu penyakit ( Salmonella
sp. ). Pathogen oportunistik adalah
bakteri yang berkemampuan sebagai pathogen ketika mekanisme pertahanan inang
diperlemah ( contohE. coli )
menginfeksi saluran urin ketika sistem pertahanan inang dikompromikan (
diperlemah ). Non pathogen adalah bakteri yang tidak pernah menjadi pathogen.
Namun bakteri non pathogen dapat menjadi pathogen karena kemampuan adaptasi
terhadap efek mematikan terapi modern seperti kemoterapi, imunoterapi, dan
mekanisme resistensi. Bakteri tanah Serratia
marcescens yang
semula non pathogen, berubah menjadi pathogen yang menyebabkan pneumonia,
infeksi saluran urin, dan bakteremia pada inang terkompromi. Pathogen
oportunistik biasanya adalah flora normal ( manusia ) dan menyebabkan penyakit
bila menyerang bagian yang tidak terlindungi, biasanya terjadi pada orang yang
kondisinya tidak sehat. Pathogen virulen ( lebih berbahaya ), dapat menimbulkan
penyakit pada tubuh kondisi sehat ataupun normal.
Sebagaimana kita ketahui
sebelumnya mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis
sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan
disemua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan, disegala lingkungan
hidup manusia. Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer (
udara ) serta makanan, dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat
masuk secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia
atau hanya bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan
inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit.
VIRULENSI
MIKROORGANISME
Mikroorganisme pathogen
memiliki faktor virulensi yang dapat meningkatkan patogenisitasnya dan
memungkinkannya berkolonisasi atau menginvasi jaringan inang dan merusak fungsi
normal tubuh. Virulensi menggambarkan kemampuan untuk menimbulkan penyakit.
Virulensi merupakan ukuran patogenitas organisme. Tingkat virulensi berbanding
lurus dengan kemampuan organisme menyebabkan penyakit. Tingkat virulensi
dipengaruhi oleh jumlah bakteri, jalur masuk ketubuh inang, mekanisme
pertahanan inang, dan factor virulensi bakteri. Secara eksperimental virulensi
diukur dengan menentukan jumlah bakteri yang menyebabkan kematian, sakit atau
lesi dalam waktu yang ditentukan setelah introduksi. Virulensi mikroorganisme
atau potensi toksin mikroorganisme sering diekspresikan sebagai LD50 (Lethal
dose50), yaitu dosis letal untuk 50% inang, dimana jumlah mikroorganisme
pada suatu dosis dapat membunuh 50% hewan uji disebut ID50 ( Infectious dose 50
), yaitu dosis infeksius bagi 50% inang.
Keberadaan
mikroorganisme pathogen dalam tubuh adalah akibat dari berfungsinya faktor
virulensi mikroorganisme, dosis ( jumlah ) mikroorganisme, dan faktor
resistensi tubuh inang. Mikroorganisme pathogen memperoleh akses memasuki tubuh
inang melalui perlekatan pada permukaan mukosa inang. Perlekatan ini terjadi antara
molekul permukaan pathogen yang disebut adhesion atau ligan yang terikat secara
spesifik pada permukaan reseptor komplementer pada sel inang. Adhesion
berlokasi pada glikogaliks mikroorganisme atau pada struktur permukaan
mikroorganisme yang lain seperti pada fimbria. Bahan glikogaliks yang membentuk
kapsul mengelilingi dinding sel bakteri merupakan properti yang meningkatkan
virulensi bakteri. Kandungan kimiawi pada kapsul mencegah proses fogositosis
oleh sel inang. Virulensi mikroorganisme juga disebabkan oleh produksi enzim
ekstraseluler (eksoenzim ).
JALAN MASUK
MIKROORGANISME KE TUBUH INANG
Mikroorganisme patogen
dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai macam jalan, misalnya melalui
membran mukosa, kulit ataupun rute parental. Banyak bakteri dan virus memiliki
akses memasuki tubuh inang melalui membran mukosa saluran pernapasan,
gastrointestinal, saluran genitourinari, konjungtiva, serta membran penting
yang menutupi bola mata dan kelopak mata.
Saluran
pernapasan
Saluran pernapasan
merupakan jalan termudah bagi mikroorganisme infeksius. Mikroorganisme terhirup
melalui hidung atau mulut dalam bentuk partikel debu. Penyakit yang muncul
umumnya adalah pneumonia, campak, tuberculosis, dan cacar air.
Saluran
pencernaan
Mikroorganisme dapat memasuki saluran pencernaan
melalui bahan makanan atau minuman dan melalui jari – jari tangan yang
terkontaminasi mikroorganisme pathogen. Mayoritas mikroorganisme tersebut akan
dihancurkan oleh asam klorida ( HCL )
dan enzim – enzim di lambung, atau oleh empedu dan enzim di usus halus.
Mikroorganisme yang bertahan dapat menimbukan penyakit. Misalnya, demam tifoid,
disentri amoeba, hepatitis A, dan kolera. Patogen ini selanjutnya dikeluarkan
malalui feses dan dapat ditransmisikan ke inang lainnya melalui air, makanan,
atau jari – jari tangan yang terkontaminasi.
Kulit
Kulit sangat penting sebagai pertahanan terhadap
penyakit. Kulit yang tidak mengalami perlukaan tidak dapat dipenetrasi oleh
mayoritas mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme memasuki tubuh melalui daerah
terbuka pada kulit, folikel rambut, maupun kantung kelenjar keringat.
Mikroorganisme lain memasuki tubuh inang pada saat berada di jaringan bawah
kulit atau melalui penetrasi atau perlukaan membran mukosa. Rute ini disebut rute
parenteral. Suntikan, gigitan, potongan, luka, atau pembedahan dapat membuka
rute infeksi parenteral.
.
MEKANISME
PATOGENISITAS
Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada
permukaan tubuh bersifat komensal. Permukaan pada bagian tubuh tertentu
bergantung pada factor – factor biologis seperti suhu, kelembaban dan tidak
adanya nutrisi tertentu serta zat-zat penghambat. Bakteri yang hidup di bagian
tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran penting dalam mempertahankan
kesehatan dan hidup secara normal. Beberapa anggota bakteri tetap di saluran
pencernaan mensintesis vitamin K dan penyerapan berbagai zat makanan.
Bakteri yang menetap di
selaput lendir ( mukosa ) dan kulit dapat mencegah kolonialisasi oleh bakteri
pathogen dan mencegah penyakit akibat gangguan bakteri. Mekanisme gangguan ini
tidak jelas. Mungkin melalui kompetisi pada reseptor atau temoat pengikatan
pada sel penjamu, kompetisi untuk zat makanan, penghambat oleh produk metabolic
atau racun, penghambat oleh zat antibiotik atau bakteriosin ( bacteriocins ).
Supresi bakteri normal
akan menimbulkan tempat kosong yang cenderung akan di tempati oleh
mikroorganisme dari lingkungan atau tempat lain pada tubuh. Beberapa bakteri
bersifat oportunis dan bisa menjadi patogen. Selain itu, diperkirakan bahwa
stimulasi antigenic dilepaskan oleh bakteri adalah penting untuk perkembangan
system kekebalan tubuh normal (Waluyo, 2005)
Sebaliknya, bakteri
normal juga dapat menimbulkan penyakit pada kondisi tertentu. Berbagai
organisme ini tidak bisa tembus ( non – invansive ) karena hambatan-hambatan
yang diperankan oleh lingkungan. Jika hambatan dari lingkungan dihilangkan dan
masuk kedalam aliran darah atau jaringan, organisme ini mungkin menjadi
pathogen. Streptococcus
viridians, bakteri yang tersering ditemukan di saluran nafas atas, bila
masuk ke aliran darah setelah ekstraksi gigi atau tonsilektomi dapat sampai ke
katup jantung yang abnormal dan mengakibatkan subacut
bacterial endocarditis. Bacteroides yang normal terdapat di
kolon dapat menyebabkan peritonitis mengikuti suatu trauma spesies
bacteroides merupakan bakteri tetap yang paling sering dijumpai di usus
besar dan tidak membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk kerongga
peritonium atau jaringan panggul bersama dengan bakteri lain akibat trauma,
mereka menyebabkan supurasi dan bakterimia. Terdapat banyak contoh tetapi yang
penting adalah bakteri normal tidak berbahaya dan dapat bermanfaat bagi tubuh
inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang menyertainnya.
Mereka dapat menimbulkan penyakit jika barada pada lokasi yang asing dalam
jumlah banyak dan jika terdapat factor-faktor predisposisi atau mudah
terjangkit penyakit.
Pertahanan
inang
Bakteri
dapat merusak sistem pertahanan inang dimulai dari permukaan kulit, saluran
pencernaan, saluran respirasi dan saluran urogenitalia. Infeksi merupakan
invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan
inang. Kapasitas bakteri menyebabkan penyakit tergantung pada patogenitasnya.
Dengan kriteria ini, bakteri dikelompokan menjadi 3, yaitu agen penyebab
penyakit, patogen oportunistik, nonpatogen. Agen penyebab penyakit adalah
bakteri patogen yang menyebabkan suatu penyakit (Salmonella spp.).
Patogen oportunistik adalah bakteri yang berkemampuan sebagai patogen ketika
mekanisme pertahanan inang diperlemah (contoh E. coli menginfeksi saluran urin
ketika sistem pertahanan inang dikompromikan (diperlemah). Nonpatogen adalah
bakteri yang tidak pernah menjadi patogen. Namun bakteri nonpatogen dapat
menjadi patogen karena kemampuan adaptasi terhadap efek mematikan terapi modern
seperti kemoterapi, imunoterapi, dan mekanisme resistensi. Contohnya, bakteri tanah
Serratia marcescens yang semula nonpatogen, berubah menjadi patogen yang
menyebabkan pneumonia, infeksi saluran urin, dan bakteremia pada inang.
Meskipun
mudah rusak, kulit merupakan pembatas penting antara tubuh dengan dunia luar.
Untungnya, kebanyakan bakteri di lingkungan luar dapat diatasi dengan sistem
imun normal. Namun pasien dengan sistem imun rendah seperti pasien kemoterapi
kanker atau penderita AIDS terancam infeksi mikroba patogen oportunistik.
Bagian terluar kulit dan permukaan mukosa adalah lapisan sel-sel epitel. Sel
epitel pipih berlapis kulit sangat sulit ditembus oleh mikroba. Pada permukaan
kulit berkembang bakteri flora normal dan dapat berkompetisi dengan mikroba
patogen. Sel epitel mukosa berkembang dan membelah dengan cepat. Hanya dalam
waktu 36—48 jam sel epitel baru dapat bekerja efektif mengantikan sel epitel
lama. Pada lapisan mukosa juga dijumpai substansi pelindung (lisosim,
laktoferin, dan laktoperoksidase) terhadap invasi bakteri. Sel plasma lapisan
submukosa mampu menyekresi mukus yang berisi imunoglobulin (didominasi sIgA).
Mekanisme
resistensi inang lainnya adalah kompetisi konsumsi besi. Besi bebas dalam darah
dan jaringan sangat dibutuhkan oleh bakteri meskipun dalam jumlah sedikit.
Transferin dan hemoglobin yang dengan cepat mengkonsumsi besi bebas, sehingga
tidak memungkinkan tersedianya besi bebas di jaringan inang. Sel fagositosis
berpatroli di seluruh peredaran darah dan jaringan dan menghancurkan benda
asing. Sel fagositosis didominasi oleh neutrofil, tetapi monosit, makrofag, dan
eosinofil turut serta. Aktivitas fagositosis terhambat jika jumlah bakteri
sangat banyak dan memiliki faktor virulensi, sehingga mampu bertahan terhadap
aktivitas lisosim dan pH asam. Aktivitas fagositosis gagal biasanya ditandai
dengan peradangan di lapisan submukosa dan bakteri hidup di makrofag. Ketika
peradangan terjadi, maka sel fagositosis bersama limfosit memulai sistem imun
terhadap infeksi bakteri. Selama interaksi sel bakteri dengan makrofag, sel T
dan sel B atau antibodi dengan sel termediasi imun berkembang untuk mencegah
reinfeksi.
Patogenesis
Termediasi Respons Inang
Patogenesis
pada kebanyakan infeksi bakteri tidak dapat dipisahkan dari respons imun inang.
Kebanyakan kerusakan jaringan akibat respons inang daripada faktor bakteri.
Patogenesis termediasi respons inang dapat dilihat pada penyakit tuberkulosis,
dan leprosi tuberkuloid. Jaringan rusak pada infeksi-infeksi tersebut
disebabkan oleh faktor toksis yang dilepaskan oleh limfosit, makrofag, dan
neutrofil pada lokasi infeksi. kebanyakan respons inang sangat kuat, sehingga
jaringan inang rusak dan memungkinkan bakteri resisten memperbanyak diri.
Gambar
Mekanisme patogenesis termediasi respons
inang
Semua
sel yang terlibat dalam sistem kekebalan berasal dari sumsum tulang. Sel punca
progenitor mieloid berkembang menjadi eritrosit, keping darah, neutrofil,
monosit. Sementara sel punca yang lain progenitor limfoid merupakan prekursor
dari sel T, sel B.
Sistem Pertahanan Dalam Tubuh Inang
Respons inflamasi tubuh merupakan
salah satu sel tubuh yang timbul sebagai akibat invasi mikroba pada jaringan.
Respons ini terdiri dari aktivitas sel-sel inflamasi, antara lain sel leukosit
(polimorfonuklear, limfosit, monosit), sel makrofag, sel mast, sel natural
killer, serta suatu sistem mediator kimia yang kompleks baik yang
dihasilkan oleh sel (sitokin) maupun yang terdapat dalam plasma. Sel fagosit,
mononuklear maupun polimorfonuklear (lihat bab tentang fagosit) berfungsi pada
proses awal untuk membunuh mikroba, dan mediator kimia dapat meningkatkan fungsi
ini. Mediator kimia ini akan berinteraksi satu dengan lainnya, juga dengan sel
radang seperti komponen sistem imun serta fagosit, baik mononuklear maupun
polimorfonuklear untuk memfagosit dan melisis mikroba. Mediator tersebut antara
lain adalah histamin, kinin/bradikinin, komplemen, prostaglandin, leukotrien
dan limfokin. Respons inflamasi ini bertujuan untuk mengeliminasi dan
menghambat penyebaran mikroba.
Produk aktivasi komplemen yang pada
mulanya melalui jalur alternatif dapat meningkatkan aliran darah, permeabilitas
pembuluh darah, keinotaksis dan fagositosis, serta hasil akhir aktivasi
komplemen adalah lisis mikroba. Prostaglandin, leukotrien dan fosfolipid
lainnya yaitu mediator yang merupakan hasil metabolit asam arakidonat dapat
menstimulasi motilitas leukosit yang dibutuhkan untuk memfagosit mikroba dan
merangsang agregasi trombosit untuk memperbaiki kerusakan pembuluh darah yang
ada. Prostaglandin juga dapat bekerja sebagai pirogen melalui pusat
termoregulator di hipotalamus. Dikatakan bahwa panas juga merupakan mekanisme
sel tubuh, tetapi sukar dibuktikan. Mikroba tertentu memang tidak dapat hidup
pada suhu panas tetapi suhu tubuh yang tinggi akan memberikan dampak yang buruk
pada pejamu.
Protein fase akut seperti C-reactive
protein (CRP), protein yang mengikat lipopolisakarida, protein amiloid A,
transferin dan α1-antitripsin akan dilepaskan oleh hati sebagai respons
terhadap inflamasi. Peranannya dapat sebagai stimulator atau inhibisi. Protein
α1-antitripsin misalnya akan menghambat protease yang merangsang produksi
kinin. Transferin yang mempunyai daya ikat terhadap besi, akan menghambat
proliferasi dan pertumbuhan mikroba. Protein yang mengikat lipopolisakarida
akan menginaktifkan endotoksin bakteri Gram negatif.
Limfokin, yaitu sitokin yang
dihasilkan limfosit, merupakan mediator yang kuat dalam respons inflamasi.
Limfokin ini dan sebagian diantaranya juga disekresi oleh makrofag akan
meningkatkan permeabilitas vaskular dan koagulasi, merangsang produksi
prostaglandin dan faktor kemotaksis, merangsang diferensiasi sel induk
hematopoietik dan meningkatkan pertumbuhan serta diferensiasi sel
hematopoietik, serta mengaktivasi neutrofil dan sel endotel. Sel radang yang
ada akan memfagosit mikroba, sedangkan monosit dan makrofag juga akan memfagosit
debris pejamu dan patogen yang tinggal sebagai hasil penyerangan enzim
neutrofil dan enzim lainnya. Fungsi makrofag akan ditingkatkan oleh faktor
aktivasi makrofag seperti komponen C3b, interferon γ dan faktor aktivasi
makrofag yang disekresi limfosit.
Jika mikroba berhasil melampaui
mekanisme sel nonspesifik, terjadi tahapan kedua berupa pertahanan spesifik
yang dirangsang oleh antigen mikroba itu sendiri, atau oleh antigen yang
dipresentasikan makrofag. Tahapan ini terdiri atas imunitas humoral dan
imunitas selular. Imunitas humoral yang diperankan oleh antibodi yang
dihasilkan oleh sel plasma sebagai hasil aktivasi antigen mikroba terhadap
limfosit B, akan menetralkan toksin yang dilepaskan mikroba sehingga tidak
menjadi toksis lagi. Antibodi juga akan menetralkan mikroba sehingga tidak
infeksius lagi. Antibodi juga bersifat sebagai opsonin, sehingga memudahkan
proses fagositosis mikroba (lihat bab tentang imunitas humoral). Antibodi juga
berperan dalam proses ADCC (Antibody Dependent Cell Cytotoxicity) baik
oleh sel Tc maupun sel NK sehingga terjadi lisis sel yang telah dihuni mikroba.
Antibodi juga dapat mengaktifkan komplemen untuk melisis mikroba. Imunitas
selular yang diperankan oleh limfosit T melalui limfokin yang dilepas sel T
akan meningkatkan produksi antibodi oleh sel plasma, fungsi sel fagosit untuk
memfagosit mikroba; dan sel NK untuk melisis sel yang dihuni virus (lihat Bab
3). Limfokin juga meningkatkan proliferasi dan diferensiasi sel prekursor Tc
serta fungsi sel Tc untuk melisis sel yang dihuni mikroba. Inteleukin (IL)- 2,
IL-12 dan IFN-γ meningkatkan imunitas selular. Imunitas selular adalah
mekanisme utama tubuh untuk terminasi infeksi mikroba intraselular seperti
infeksi virus, parasit dan bakteri intraselular.
Tahapan terakhir ini terdiri
atas peningkatan respons imun baik melalui aktivasi komplemen jalur klasik
maupun peningkatan kemotaksis, opsonisasi dan fagositosis. Sel makrofag dan
limfosit T terus memproduksi faktor yang selanjutnya akan meningkatkan lagi
respons inflamasi melalui ekspresi molekul adesi pada endotel serta merangsang
kemotaksis, pemrosesan antigen, pemusnahan intraselular, fagositosis dan lisis,
sehingga infeksi dapat teratasi. Respons imun yang terkoordinasi yang
melibatkan sel T, antibodi, sel makrofag, sel PMN, komplemen dan pertahanan
nonspesifik lainnya akan terjadi pada kebanyakan infeksi.
Sistem
Pertahanan
|
Lokasi
|
Fungsi
|
Transferin
|
Darah,
Jaringan
|
Membatasi
ketersediaan besi
|
PMN
|
Darah,
Jaringan
|
Memakan
patogen
|
Neutrofil
|
Darah
|
Fagosit
lemah, memproduksi sitosin
|
Makrofag
|
Jaringan
|
Fagosit
aktif, memproduksi sitosin, membawa antigen ke Sel T
|
Komplemen
|
Darah,
Jaringan
|
Mengaktivasi
dan menarik fagosit, membunuh bakteri gram negatif
|
Protein
Pengikat manosa
|
Hati
|
Mengikat
permukaan bakteri, mengaktivasi komplemen
|
Sel T
|
Darah
|
Menstimuli
sel B, membunuh sel inang yang terinfeksi, memproduksi sitosin
|
Sel B
|
Darah
|
Memproduksi
antibodi
|
Antibodi
|
Darah
|
Menetralisir
toksin, mengaktivasi komplemen (lgM)
|
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
- Suatu mikroorganisme yang membuat kerusakan atau kerugian terhadap tubuh inang disebut pathogen sedangkan kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit disebut pathogenesis
- Mikroorganisme pathogen memiliki faktor virulensi yang dapat meningkatkan patogenisitasnya dan memungkinkannya berkolonisasi atau menginvasi jaringan inang dan merusak fungsi normal tubuh
- Di bagian permukaan tubuh inang di lindungi oleh kulit (jaringan epitel) dan mukosa yang mengandung immunoglobulin A, sedangkan di bagian dalam tubuh inang dilindungi oleh banyak sistem pertahanan seperti transferin, PMN, neutrofil, makrofag, komplemen, sel T, Sel B dan masih banyak lagi.
Daftar Rujukan
Agrios, G. N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.s
Warren, Levinson. 2008. Review of Medical Microbiology &
Immunology Tenth Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. New York
Uderwood J.C.E .1999.Karakteristik, Klasifikasi dan insiden Penyakit
, patologi umum dan sistemik, edisi 2. buku kedokteran: Jakarta
Waluyo, Lud, 2005. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus