BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua makhluk hidup memerlukan bahan makanan untuk keperluan hidupnya.
Bahan makanan ini diperlukan
untuk sintesis bahan
sel dan untuk mendapatkan energi. Demikian juga dengan mikroorganisme, untuk
kehidupannya membutuhkan bahan-bahan organik dan anorganik dari lingkungan,
bahan-bahan tersebut disebut dengan nutrien (zat gizi) (Wauyo,2007).
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan
pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bionergenetik (reaksi
yang menghasilkan energi). Nutrien merupakan sumber materi dan energi untuk
membentuk komponen sel dan melakukan segala kegiatan hidup dalam sel. Setiap
unsur nutrien mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel (Ristiati, 2000). Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Mikroorgonasme menggunakan
sumber-sumber nutrien dapat dalam bentuk padat dan ada juga yang menggunakan
sumber nutrien dalam bentuk cair (larutan). Dalam makalah ini kan dijelaskan
lebih lanjut mengenai peran nutrisi, macam-macam nutrisi, sumber energi
mikrobia dan dampak pengambilan nutrisi oleh mikrobia pada lingkungan dan
makhluk hidup.
1.2 Tujuan
1.
Mengetahui peran nutrisi pada mikrobia.
2.
Mengetahui macam-macam nutrisi
yang diperlukan mikrobia.
3.
Mengetahui sumber energi
mikrobia.
4.
Mengetahui dampak pengambilan
nutrisi oleh mikroba pada lingkungan dan mahkluk hidup.
BAB II
ISI
2.1
Peran
Nutrisi pada Mikrobia
Tiap makhluk hidup itu mengadakan
pertukaran zat atau metabolisme,
yaitu mengambil atau mengasimilasikan zat makanan dan membuang sisa-sisa
(sampah) yang tidak diperlukan lagi. Dalam metabolisme ini diperlukan zat
makanan sebagai pemicu metabolisme dalam makhluk hidup, dalam lingkup yang kita
bicarakan saat ini adalah mikrobia.
Zat
makanan inilah nutrisi bagi makhluk hidup, termasuk mikrobia. Tidak semua
bakteri membutuhkan zat makanan yang sama. Ada bakteri yang bisa hidup hanya
dengan zat-zat anorganik, tapi ada juga yang hanya bisa hidup di zat organik,
misalnya basil tbc. Bahkan ada juga yang tidak dapat hidup di luar tuan-rumah
(hospes), misalnya Treponema pallidum
yang merupakan patogen dari penyakit sipilis
(raja singa) (Dwidjoseputo, 2005).
Nutrisi
yang didapatkan dari lingkungan ini, baik organik maupun anorganik, kemudian
akan diasimilasikan dalam tubuh mikrobia tersebut dan kemudian dikonversi
menjadi penyusun-penyusun sel mikrobia tersebut. Hal ini dilakukan untuk
mempertahankan hidup mikrobia tersebut. Namun untuk melakukan asimilasi maupun
konversi zat makanan ini diperlukan energi yang cukup. Energi ini pun diperoleh
dari nutrisi itu, sehingga hasil asimilasi dan konversi bukan hanya untuk
menyusun sel mikrobia saja tapi juga sebagian dirombak untuk menghasilkan energi
yang akan digunakan untuk asimilasi dan konversi selanjutnya.
2.2 Macam Nutrisi Mikrobia
Kita
biasa mendengar istilah nutrisi dan nutrien, namun kedua kata ini sebenarnya
memiliki arti yang cukup berbeda. Nutrien merupakan substansi yang diperlukan
mikrobia untuk mensintesis komponen sel sehingga dapat memperoleh energi untuk
pertumbuhan mikrobia tersebut. Sedangkan nutrisi adalah nutrien di lingkungan
yang akan diubah atau ditransformasi menjadi senyawa yang lebih mudah terlarut
sehingga mudah masuk ke dalam sel (Darkuni, tanpa tahun).
Menurut
sifat nutrisi yang diperlukan bakteri terutama mengenai sumber karbon dan
nitrogen serta cara mendapatkan nutrisinya, maka mikrobia dapat dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu autotrof dan heterotrof (autos = sendiri, heteros =
lain, trophein = memiara). Mikrobia autotrof ini dapat hidup di tempat
berisikan zat-zat anorganik. Kebutuhan akan zat karbon dapat diperoleh dari CO2
atau karbonat (-CO3), sedangkan nitrogen dari ion-ion NH4+,
NO3-, atau N2 bebas. Jika energi yang dibutuhkan itu
diperoleh dengan mengoksidasikan hidrogen, karbon monoksida, besi, belerang,
amoniak, atau nitrit, maka bakteri ini disebut bakteri kemosintetik. Sebaliknya, jika bakteri mempunyai kemampuan untuk
memperoleh energi dengan bantuan sinar, maka disebut bakteri fotosintetik (Dwidjoseputo, 2005).
Mikrobia
heterotrof membutuhkan suatu zat organik untuk kehidupannya. Mungkin sekali
selain zat anorganik, suatu mikroba tertentu membutuhkan vitamin dari
B-kompleks atau zat organik lain. Mikrobia heterotrof saprobakteri (sapros = sampah)
hidup dari zat-zat organik yang telah berupa sisa-sisa atau sampah,
sedangkan mikrobia parasit hidup dari zat-zat organik yang masih di dalam
makhluk hidup (Dwidjoseputo, 2005).
Pada
kenyataannya, nutrien harus larut dalam air agar dapat memasuki sel bakteri.
Sumber karbon untuk mikroba ini bisa dari mana saja, baik sintetik maupun
senyawa organik, yang digunakan oleh beberapa mikroba sebagai sumber karbon
untuk sintesis protoplasmanya. Akan tetapi kebanyakan organisme penyebab
penyakit memperoleh persediaan karbon dengan memetabolisme karbohidrat dan
protein yang sederhana (Volk, dan Wheeler, 1984).
Karena
semua protein dan asam nukleat mengandung nitrogen, jelas sejumlah nitrogen
dibutuhkan untuk pertumbuhan. Beberapa organisme memperoleh nitrogen dari udara
(penambatan nitrogen); yang lain dapat menggunakan sumber nitrogen anorganik
seperti garam amonium atau beberapa mungkin memerlukan nitrogen yang terikat
secara organik seperti glutamin, asparagin, atau cernaan peptida (Volk, dan
Wheeler, 1984).
Kebanyakan
mikrobia membutuhkan zat-zat anorganik seperti garam-garam yang mengandung Na,
K, Ca, Mg, Fe, Cl, S, dan P, sedangkan spesies tertentu masih membutuhkan
tambahan mineral seperti Mn dan Mo. Selain yang sudah disebutkan, bakteri juga
memerlukan sumber-sumber makanan yang mengandung C, H, O, dan N yang berguna
untuk menyusun protoplasma. Unsur-unsur ini dapat diambil dalam bentuk elemen
oleh beberapa spesies, akan tetapi bebrapa spesies yang lain hanya dapat mengambil
unsur-unsur tersebut dalam bentuk senyawa organik seperti karbohidrat, protein,
lemak, dan lain sebagainya (Dwidjoseputo, 2005).
Nutrien
ini sendiri dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu makronutrien dan
mikronutrien. Makronutrien yang dimaksud disini adalah nutrisi yang dibutuhkan
dalam jumlah yang cukup besar, seperti C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg, dan Fe.
Sedangkan mikronutrien merupakan nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah yang
cukup sedikit, misalnya Mn, Mo, Zn, Cu, Ni, Bo, Cl, Na, Si, dan masih banyak
lagi (Darkuni, tanpa tahun).
Banyak
bakteri yang masih memerlukan zat-zat tambahan seperti vitamin-vitamin dari
B-kompleks, beberapa macam asam amino, asam lemak, hematin, sel-sel darah
merah, purin, pirimidin, nukleotida, dan kadang-kadang asam cuka. Kebutuhan
bakteri akan zat-zat tersebut dapat digunakan untuk menyelidiki macam-macam zat
yang terkandung dalam buah-buahan, sayuran, daging, dan zat-zat lain yang
berasal dari tumbuhan-tumbuhan maupun hewan. Jika suatu spesies yang memerlukan
vitamin B ditanam di dalam medium pokok yang tidak mengandung vitamin B,
pastinya bakteri tersebut tidak dapat hidup. Akan tetapi kalau medium
ditambahkan bahan dari buah-buahan atau bahan makanan lain dan bakteri tersebut
hidup, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam bahan makanan tersebut
terdapat vitamin B. Kesuburan pertumbuhan koloni bakteri selama 24 jam sampai
48 jam mencerminkan banyak sedikitnya (kuantitas) vitamin B yang terkandung di
dalam bahan makanan tersebut (Dwidjoseputo, 2005).
2.3 Sumber Energi Mikrobia
Semua bentuk kehidupan mulai dari mikroba sampai kepada manusia mempunyai
persamaan dalam hal persyaratan nutrisi tertentu dalam bentuk zat-zat kimiawi
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan fungsinya yang normal. Nutrien merupakan
sumber materi dan energi untuk membentuk komponen sel dan melakukan segala
kegiatan hidup di dalam sel (Ristiati, 2000). Nutrien adalah substansi
anorganik dan organik yang melintasi membran, nutrisi diperoleh dengan mengubah
molekul-molekul protein, karbohidrat dan lipida yang kompleks dan esar menjadi
molekul yang sederhana yang larut sehingga dapat memasuki sel (Volks dan
Wheeler, 1988). Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan
pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi
yang menghasilkan energi). Mikroba memerlukan nutrien sebagai sumber matei dan
energi untuk memnyusun komponen sel seperti senom, membran plasma dan dinding
sel. Bahan makanan yang digunakan oleh mikroba dapat berfungsi
sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor
elektron. Secara garis besar nutrien bagi mikroba dibagi menjadi tujuh golongan
yaitu air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber
mineral, faktor tumbuh, dan sumber nitrogen (Sumarsih, 2003).
1.
Air
Air pada organisme berfungsi
untuk membantu fungsi-fungsi metabolik dan pertumbuhannya. Air merupakan
komponen utama sel mikroba dan medium. Fungsi air adalah sebagai sumber oksigen
untuk bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air berfungsi sebagai
pelarut dan alat pengangkut dalam metabolisme. Pada mikroorganisme semua
nutrien harus dalam bentuk larutan sebelum dapat memasuki selnya (Waluyo, 2007).
2.
Sumber Energi
Ada beberapa sumber energi
untuk mikroba yaitu senyawa organik atau anorganik yang dapat dioksidasi dan
cahaya terutama cahaya matahari. Berdasarkan atas sumber energi organisme
dibedakan menjadi organisme fototrof, jika menggunakan energi cahaya; dan
khemotrof, jika menggunakan energi dari reaksi kimia. Jika didasarkan atas
sumber energi dan karbonnya, maka dikenal organisme fotoototrof,
fotoheterotrof, khemoototrof dan khemoheterotrof (Sumarsih, 2003).
Tipe
|
Sumber karbon
|
Sumber energi
|
Fotoototrof
|
Zat anorganik
|
Cahaya matahari
|
Fotoheterotrof
|
Zat organik
|
Cahaya matahari
|
Khemotrof
|
Zat anorganik
|
Oksidasi zat anorganik
|
khemoheterotrof
|
Zat organik
|
Oksidasi zat
organik
|
3.
Sumber karbon
Sejumlah organisme membutuhkan
sejumlah karbon dalam bentuk senyawa karbondioksida, tetapi kebanyakan
diantaranya juga membutuhkan beberapa senyawa organik, seperti gula dan
karbohidrat (Waluyo,2007). Sumber karbon untuk mikroba dapat berbentuk senyawa
organik maupun anorganik. Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak, protein,
asam amino, asam organik, garam asam organik, polialkohol, dan sebagainya.
Senyawa anorganik misalnya karbonat dan gas CO2 yang merupakan sumber karbon
utama terutama untuk tumbuhan tingkat tinggi.
4.
Sumber aseptor
elektron
Proses oksidasi biologi
merupakan proses pengambilan dan pemindahan elektron dari substrat. Karena
elektron dalam sel tidak berada dalam bentuk bebas, maka harus ada suatu zat
yang dapat menangkap elektron tersebut. Penangkap elektron ini disebut aseptor
elektron. Aseptor elektron ialah agensia pengoksidasi. Pada mikrobia yang dapat
berfungsi sebagai aseptor elektron ialah O2, senyawa organik, NO3-,
NO2-, N2O, SO4, CO2, dan
Fe3+ (Sumarsih, 2003).
5.
Sumber mineral
Mineral merupakan bagian dari
sel. Unsur penyusun utama sel ialah C, O, N, H, dan P. unsur mineral lainnya
yang diperlukan sel ialah K, Ca, Mg, Na, S, Cl. Unsur mineral yang digunakan
dalam jumlah sangat sedikit ialah Fe, Mn, Co, Cu, Bo, Zn, Mo, Al, Ni, Va, Sc,
Si, Tu, dan sebagainya yang tidak diperlukan jasad. Unsur yang digunakan dalam
jumlah besar disebut unsur makro, dalam jumlah sedang unsur oligo, dan dalam
jumlah sangat sedikit unsur mikro. Unsur mikro sering terdapat sebagai ikutan
(impurities) pada garam unsur makro, dan dapat masuk ke dalam medium lewat
kontaminasi gelas tempatnya atau lewat partikel debu. Selain berfungsi sebagai
penyusun sel, unsur mineral juga berfungsi untuk mengatur tekanan osmose, kadar
ion H+ (kemasaman, pH), dan potensial oksidasireduksi (redox potential) medium
(Sumarsih, 2003).
6.
Faktor tumbuh
Faktor tumbuh ialah senyawa
organik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan (sebagai prekursor, atau
penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis dari sumber karbon
yang sederhana. Faktor tumbuh sering juga disebut zat tumbuh dan hanya
diperlukan dalam jumlah sangat sedikit. Berdasarkan struktur dan fungsinya
dalam metabolisme, faktor tumbuh digolongkan menjadi asam amino, sebagai
penyusun protein; base purin dan pirimidin, sebagai penyusun asam nukleat; dan
vitamin sebagai gugus prostetis atau bagian aktif dari enzim (Sumarsih, 2003).
7.
Sumber nitrogen
Mikroba dapat menggunakan
nitrogen dalam bentuk amonium, nitrat, asam amino, protein, dan sebagainya.
Jenis senyawa nitrogen yang digunakan tergantung pada jenis jasadnya. Beberapa
mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk gas N2 (zat lemas)
udara. Mikroba ini disebut mikrobia penambat nitrogen (Sumarsih, 2003).
2.4 Pengambilan Nutrisi
oleh Mikrobia pada Lingkungan dan Makhluk Hidup
Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat
morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa kelompok mikroba sangat resisten
terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebut dapat dengan cepat
menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut. Faktor lingkungan meliputi
faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik (Sumarsih, 2003).
Untuk
dapat bertahan di alam maka mikroba harus mampu tumbuh dan berkembang biak
dengan cepat. Hal ini
hanya mungkin dicapai jika mikroba dapat melakukan pengambilan nutrien secara
efisien sebab di alam terjadi persaingan memperebutkan nutrien yang jumlahnya
terbatas. Oleh
karena itu,
mikroba harus beradaptasi terhadap kompetensi nutrisi ini,
misalnya Pseudomonas cepacia mampu
menggunakan 105 macam sumber karbon dan energi. Mikroba harus ditumbuhkan dalam biakan murni
karena itu haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang disyaratkan oleh
mikroba dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi
pertumbuhannya. Beberapa bakteri mempunyai persyaratan nutrien yang sederhana sedangkan
yang lain mempunyai persyaratan yang rumit. Beberapa spesies tumbuh pada suhu
rendah 0 derajat celcius, sedangkan yang lain tumbuh pada suhu sampai 75
derajat celcius. Beberapa membutuhkan oksigen bebas sedangkan yang lain
dihambat oleh oksigen. Karena alasan ini maka kondisi harus disesuaikan sehingga menguntungkan
bagi mikroba tertentu dalam pertumbuhannya (Ristiati, 2000).
Berdasarkan
cara-cara pengambilan nutrien, mikroba dapat dibagi menjadi jasad osmotrof dan
jasad fagotrof. Jasad osmotrof mengambil nutrien dalam bentuk larutan, misalnya
pada bekteri dan fungi. Sedangkan jasad fagotrof mengambil nutrien secara
fagositosis lalu dicerna di dalam vakuola makanan (Ristianti,2000).
Berdasarkan
proses nutrisi donor hidrogen dan sumber karbon mikroba dibagi menjadi dua
jenis, yaitu:
-
Mikroorganisme autotrof: Suatu mikroorganisme dikatakan autotrof apabila
mikroorganisme tersebut mampu memperoleh sebagian besar dari jumlah karbon sel
dengan cara fiksasi CO2. Jasad autotrof dapat mensintesis sendiri kebutuhan
hidup dari senyawa-senyawa anorganik dan ini merupakan karakteristik bagi
tumbuhan yang mempunyai klorofil.
-
Mikroorganisme heterotrof: Suatu mikroorganisme dikatakan heterotrof
apabila mikroorganisme tersebut mampu memperoleh sebagian besar dari jumlah
karbon selnya dari senyawa-senyawa organik. Jasad yang heterotrof tidak mampu
mensintesis makanannya sendiri sehingga hidupnya dapat sebagai saprofit atau
parasit (Tarigan, 1998).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Peran
nutrisi pada mikroba sebagai penghasil energi dalam tubuh untuk mempertahankan
hidup mikroba tersebut.
2. Nutrisi
yang dibutuhkan mikroba tergantung dari sifat nutrisi, cara mendapatkan, dan
banyak sedikitnya nutrisi yang dibutuhkan dalam metabolisme mikroba ini.
3. Nutrien bagi mikroba dibagi menjadi tujuh golongan yaitu
air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral,
faktor tumbuh, dan sumber nitrogen.
4. Berdasarkan cara-cara pengambilan nutrien,
mikroba dapat dibagi menjadi jasad osmotrof dan jasad fagotrof. Berdasarkan proses nutrisi donor hidrogen dan
sumber karbon mikroba dibagi menjadi dua jenis mikroorganisme autotrof dan mikroorganisme heterotrof
DAFTAR RUJUKAN
Darkuni, M. Noviar. Tanpa tahun. Satuan Acara Perkuliahan dan Materi Pokok
Mikrobiologi. Malang.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Djambatan
Hastuti, Utami Sri. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang:
UMM Press
Lud, Waluyo. 2012. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
Ristiati, Ni Putu. 2000. Pengantar Mikrobiologi Umum. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sumarsih, Sri. 2003. Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: Fakultas
Pertanian UPN Veteran.
Tarigan, Jeneng. 1998. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta:
DEPDIKBUD Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Penggembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan.
Volk, Wesley A. dan Wheeler, Margaret F.
1984. Mikrobiologi Dasar. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
We just wanted to say Property Hunter shifted this service to a level much higher than the broker concept.
BalasHapusyou can see more details like this article Properties For Sale in Qatar