MIKROBIOLOGI PANGAN
MAKALAH
Disusun untuk
memenuhi tugas Matakuliah Mikrobiologi
yang dibina oleh
Drs. H. M. Noviar Darkuni, M.Kes.
Oleh:
Kelompok 11/
Offering G
Anisa Fitria (110342422031)
Lutfiyah Walida (120342422480)
Kharirrotun
Nafiah (120342422503)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan
pangan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Bahan
makanan ini juga merupakan medium yang baik bagi pertumbuhan mikroba. Dalam bidang pangan banyak mikroorganisme yang
mempunyai peranan, baik peranan positif (memberikan keuntungan) atau peranan negatif
(menimbulkan kerugian). Beberapa mikroba dapat menyebabkan kerusakan pangan, menimbulkan
penyakit dan menghasilkan racun, namun ada juga mikroorganisme yang bermanfaat
dalam pembuatan beberapa jenis makanan dan minuman misalnya fermentasi seperti
tempe, kecap, tauco, sosis, keju, bier, anggur dan sebagainya. Makanan dan
minuman tersebut diolah secara fermentasi dengan menggunakan kemampuan mikroba.
Menurut Waluyo (2012) beberapa alasan penting mengenai
keberadaan mikroba penting dalam bahan makanan yaitu adanya mikroba terutama
jumlah dan macamnya dapat menentukan tingkat mutu bahan pangan, beberapa
mikroba dapat digunakan untuk membuat produk-produk pangan khusus, mikroba
dapat digunakan sebagai makanan atau makanan tambahan bagi manusia dan hewan,
serta dalam jangka waktu tertentu mikroba juga dapat merusakkan bahan makanan.
1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui syarat penggunaan mikroba untuk pengolahan makanan.
- Untuk mengetahui cara pengendalian mikroba dalam pangan.
- Untuk mengetahui beberapa mikroba yang digunakan dalam pengolahan makanan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dasar Pemanfaatan Mikroba dalam
Bahan Makanan
Peranan
mikroba dalam beberapa aspek, diantaranya,
bagi lingkungan (tinjaun ekologis) yaitu mikroba bertanggung jawab atas berlangsungnya
siklus materi dan energi (siklus biogeokimia), seperti siklus karbon, siklus
nitrogen, siklus fosfor yang menjadi bagian penting dari komponen sel setiap
organisme limbah yang toksik. Produk makanan yaitu hampir setiap hari kita
mengkonsumsi berbagai produk makanan dan minuman hasil fermentasi yang dilkukan
oleh mikorba, seperti yoghurt, tempe, oncom, “nata de coco”, anggur, tape,
kecap dan lain-lain.
Di
Jepang dan Indonesia sudah sejak zaman dahulu kacang kedelai diolah dengan
menggunakan bantuan fungi, ragi, dan bakteri asam laktat. Bahkan sudah sejak
zaman perang dunia pertama fermentasi terarah dengan ragi digunakan untuk
membuat gliserin. Asam laktat dan asam sitrat dalam jumlah besar yang
diperlukan oleh industri makanan, masing-masing dibuat dengan pertolongan
bakteri asam laktat dan cendawan Aspergillus niger.
Fermentasi
klasik telah diganti dengan cara baru untuk produksi dan konversi menggunakan
mikroba. Senyawa karotenoid dan steroid diperoleh dari fungi. Sejak ditemukan
bahwa Corynebacterium glutamicum memproduksi glutamat dengan rendemen
tinggi dari gula dan garam amonium, maka telah diisolasi berbagai mutan dan
dikembangkan proses baru yang memungkinkan pembuatan banyak jenis asam amino,
nukleotida, dan senyawa biokimia lain dalam jumlah besar. Mikroorganisme juga
diikutsertakan oleh para ahli kimia pada katalisis sebagian proses dalam
rangkaian sintesis yang panjang; biokonversi oleh mikroba lebih spesifik dengan
rendemen lebih tinggi, mengungguli konversi secara kimia, amilase untuk
hidrolisis pati, proteinase pada pengolahan kulit, pektinase untuk penjernihan
sari buah dan enzim-enzim lain yang digunakan di industri diperoleh dari biakan
mikroorganisme (Waluyo, 2004).
2.2 Syarat-syarat
yang Harus Dipenuhi dalam Proses Mikrobiologi Industri
Dari segi perindustrian, mikroba merupakan pabrik zat kimia yang mampu
melakukan perubahan yang dikehendaki. Mikroba merombak bahan mentah dan
mengubah bahan mentah menjadi suatu produk baru. Beberapa prasyarat yang harus
dipenuhi dalam proses mikrobiologi industri, antara lain (Waluyo, 2005):
a. Organisme
Organisme yang akan digunakan harus dapat menghasilkan produk dalam jumlah
yang cukup banyak. Karakteristik penting yang harus dimiliki mikroorganisme
industri yaitu harus tumbuh cepat dan menghasilkan produk yang diharapkan dalam
waktu yang relatif singkat, memiliki sifat-sifat genetik yang stabil, mampu
menghasilkan substansi yang menarik, serta dapat dipelihara dalam periode waktu
yang sangat panjang di laboratorium. Mikroba yang digunakan dalam industri
adalah kapang, khamir, bakteri, dan virus.
b. Medium
Substrat yang digunakan oleh
organisme untuk membuat produk baru harus murah dan tersedia dalam jumlah yang
banyak. Misalnya, limbah yang banyak mengandung nutrisi dari industri persusuan
dan industri kertas untuk menghasilkan bahan-bahan yang bernilai tinggi.
c. Hasil
Fermentasi industri dilakukan
dalam tangki-tangki yang besar kapasitasnya dapat mencapai 200.000 liter.
Produk metabolisme mikroba biasanya merupakan campuran heterogen yang terdiri
dari sel-sel mikroorganisme dalam jumlah yang sangat banyak, komponen-komponen
medium yang tidak terpakai, dan produk-produk metabolisme yang tidak
dikehendaki. Karena itu, harus dikembangkan metode-metode yang mudah
dilaksanakan dalam skala besar untuk memisahkan dan memurnikan produk akhir
yang diinginkan.
d. Tidak berbahaya
bagi manusia, dan secara ekonomik penting bagi hewan dan tumbuhan.
e. Bersifat
non-patogen dan bebas toksin, atau jika menghasilkan toksin harus cepat
di-inaktifkan.
f.
Mudah dipindahkan dari medium biakan. Di laboratorium, sel mikroorganisme
pertama kali dipindahkan dengan sentrifugasi, tetapi sentrifugasi bersifat
sulit dan mahal untuk industri skala-besar.
g.
Mikroorganisme lebih disukai jika berukuran besar, karena sel lebih mudah
dipindahkan dari biakan dengan penyaringan (dengan bahan penyaring yang relatif
murah). Sehingga, fungi, ragi, dan bakteri berfilamen lebih disukai. Bakteri
unisel, berukuran kecil sehingga sulit dipisahkan dari biakan cair.
h.
Mikroorganisme industri harus dapat direkayasa secara genetik. Rekayasa
genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba
tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara,
meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan makanan
ternak, mikroba prebiotik untuk makanan olahan), untuk menghasilkan bahan
obat-obatan dan kosmetika, serta Pembuatan insulin manusia dari bakteri (Sel
pankreas yang mempu mensekresi Insulin digunting, potongan DNA itu disisipkan
ke dalam Plasmid bakteri) DNA rekombinan yang terbentuk menyatu dengan Plasmid
diinjeksikan lagi ke vektor, jika hidup segera dikembangbiakkan
2.3 Syarat penggunaan
mikroba untuk makanan
Mikroba dalam industri fermentasi
merupakan faktor utama, sehingga harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu:
a.
Murni
Dalam proses-proses tertentu harus
menggunakan biakan murni (dari satu strain tertentu) yang telah diketahui
sifat-sifatnya. Untuk menjaga agar biakan tetap murni dalam proses maka kondisi
lingkungan harus dijaga tetap steril. Penggunaan kultur tunggal mempunyai
resiko yang tinggi karena kondisi harus optimum. Untuk mengurangi kegagalan
dapat digunakan biakan campuran. Keuntungan penggunaan biakan campuran adalah
mengurangi resiko apabila mikrobia yang lain tidak aktif melakukan fermentasi.
Dalam bidang pangan penggunaan biakan campuran dapat menghasilkan aroma yang
spesifik.
b.
Unggul
Pada kondisi fermentasi yang
diberikan, mikrobia harus mampu menghasilkan perubahan-perubahan yang
dikehendaki secara cepat dan hasil yang besar. Sifat unggul yang ada harus
dapat dipertahankan. Hal ini berkaitan dengan kondisi proses yang diharapkan.
Proses rekayasa genetik dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat jasad dengan
maksud mempertinggi produk yang diharapkan dan mengurangi produk-produk ikutan.
c.
Stabil
Pada kondisi yang diberikan,
mikrobia harus mempunyai sifat-sifat yang tetap, tidak mengalami perubahan
karena mutasi atau lingkungan.
d.
Bukan Patogen
Mikrobia yang digunakan adalah bukan
patogen bagi manusia maupun hewan, kecuali untuk produksi bahan kimia tertentu.
Jika digunakan mikrobia patogen harus dijaga, agar tidak menimbulkan akibat
samping pada lingkungan.
2.4 Pengendalian mikroba dalam pangan
Salah satu cara untuk mencegah kerusakan pada bahan pangan adalah proses
pengawetan. Proses ini meliputi pengawetan konvensional (meliputi
pengasinan, pengeringan dan pengasapan) dan pengawetan secara modern. Berikut
akan dipaparkan mengenai metode-metode pengawetan pada bahan pangan
1. Penanganan aseptik
Tujuan penanganan aseptik terhadap mikroba pada bahan makanan adalah
mengurangi terjadinya kerusakan makanan, memudahkan dalam hal pengawetan pangan
dan memperkecil adanya mikroba patogen. Pada bahan terdapat barier alami
terhadap mikroba pencemar yaitu kulit telur, kulit buah dan sayuran, kulit
jagung, kulit dan lemak pada daging. Proses pengemasan, pengalengan makanan
yang telah diolah dan pelaksanaan metode yang memenuhi syarat kebersihan dalam
menangani bahan pangan merupakan contoh penanganan aseptik
2. Penghilangan mikroorganisme
Penggunaan filter bakteriologik steril dapat digunakan untuk menjernihkan
zat alir serta menghilangkan mikroba. Metode ini umumnya digunakan pada bir,
makanan berlemak, sari buah anggur dan bir
3. Penggunaan suhu tinggi
Penggunaan suhu tinggi merupakan salah satu metode pengawetan yang paling
aman dan dapat diandalkan. Panas digunakan secara luas untuk menghilangkan
mikroba yang terdapat dalam kaleng, botol atau wadah lain.
a. Pengalengan
Pengalengan merupakan metode dasar sterilisasi bahan pangan. Bahan yang
umum dipakai adalah timah
b. Uap bertekanan
Penggunaan uap bertekanan misalnya pada “pressure cooker” menghasilkan suhu
di atas 1000C. Ini merupakan metode yang paling efektif, karena
dapat mematikan semua sel vegetatif dan spora. Pengawetan pangan menggunakan
panas membutuhkan pengetahuan tentang banyak hal hal seperti resistensi mikroba
dan spora terhadap panas. Juga perlu dipertimbangkan laju penembusan panas ke
dalam bahan makanan yang mempunyai konsistensi yang berbeda beda dan ukuran
wadah tempat bahan pangan itu dikemas. Mikroba patogen yang sangat berbahaya
yang harus dihilangkan pada prose pengalengan adalah Clostridium botulinum
c. Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan proses pemanasan partikel susu atau produk olahan
susu sampai pada suhu 62,80C dan dipertahankan selama kurang lebih
30 menit atau sampai pada suhu 71.70C dan dipertahankan selama 15
detik. Dua metode yang sering digunakan adalah metode suhu rendah (low
temperature holding) dan metode suhu tinggi waktu singkat (high
temperature short time atau HTST). Metode suhu rendah merupakan
pasteurisasi tong dimana susu dipanaskan sampai pada suhu 62,80C dan
dipertahankan selama kurang lebih 30 menit didalam peralatan yang dirancang
khusus. Metode HTST menggunakan pemanasan pada suhu 71.70C dan
dipertahankan selama 15 detik. Produk yang telah diproses harus disimpan pada
suhu rendah untuk mencegah kontaminasi mikroba. Contoh bahan pangan yang dapat
dipasteurisasi adalah sari buah, cuka dan bir
d. Sterilisasi susu
Untuk menghasilkan produk susu yang steril dan mampu bertahan lama makan
susu dipanaskan pada suhu ultratinggi dalam waktu yang sangat singkat, seperti
suhu 148,90C selama 1-2 detik
4. Penggunaan suhu rendah
Pada suhu 00C atau lebih rendah maka pertumbuhan atau aktivitas
metabolik mikroba tidak terjadi dalam jangka waktu yang lama. Adanya peralatan
seperti lemari pendingin dan kamar pendingin memudahkan manusia dalam
mengontrol jumlah mikroba. Sebelum dibekukan, pada umumnya hasil bumi
dipanaskan terlebih dahulu menggunakan uap untuk menginaktifkan enzim yang
dapat mengubah produk tersebut sekalipun pada suhu rendah. Beberapa produk yang
tidak membutuhkan perlakuan demikian adalah cabai, bawang dan buah-buahan.
Metode yang dianggap paling efektif adalah pembekuan dibawah 32 0C
karena kristal es yang terbentuk berukuran kecil dan struktur sel dalam makanan
tidak rusak.
Jumlah dan tipe mikroba yang hidup atau mati yang terdapat pada makanan
beku, mencerminkan tingkat pencemaran produk mentahnya, sanitasi pabrik
pengolahannya serta kecepatan dan ketelitian pengolahannya. Pada umumnya jumlah
mikroba makanan beku akan berkurang selama penyimpanan, tetapi banyak mikroba
patogen seperti spesies Salmonella dapat bertahan hidup lama pada suhu
-90C sampai -170C. Beberapa jenis mikroba pangan
seperti Clostridium botulinum tipe A dan B, Staphylococcus aureus dan
Salmonella dapat dicegah pertumbuhannya pada suhu 5,50C atau
lebih rendah
5. Dehidrasi
Dehidrasi berarti penghilangan air. Proses ini dapat dilakukan dengan cara
menggunakan sinar matahari, pemanasan, penggunaan gula atau garam
berkonsentrasi tinggi.
a. Pengawetan dengan cara dehidrasi
Pengawetan dengan cara ini
dapat mengawetkan bahan makanan namun tidak membunuh/menghambat pertumbuhan
mikroba. Pertumbuhan mikroba dapat dicegah dengan mengurangi kelembaban
lingkungannya sampai pada titik kritis. Titik kritis ditentukan oleh ciri
mikroba yang bersangkutan dan kapasitas bahan pangan untuk mengikat air
b. Pengawetan dengan cara meningkatkan
tekanan osmotik
Apabila suatu sel
dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung gula/garam berkonsentrasi
tinggi maka air yang terdapat di dalam sel akan tertarik keluar. Akibatnya sel
mengalami dehidrasi, metabolisme terhambat dan proses pertumbuhan mikroba
terhenti. Bahan pangan yang sering menggunakan cara ini adalah jeli dan selai,
dimana pangan ini diawetkan menggunakan gula sehingga tidak ditemukan adanya
mikroba yang tinggi, begitu juga daging atau makanan lain yang diawetkan dalam
larutan garam. Tekanan osmotik yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan
mikroba, tetapi tidak dapat diandalkan untuk mematikan mikroba.
6. Penggunaan bahan kimia
Menurut undang-undang “United States Food Drug and Cosmetic Act”
bahwa bahan makanan dianggap dipalsukan apabila ditambahkan dengan substansi
yang sifatnya beracun atau merusak sehingga menyebabkan makanan tersebut
berbahaya bagi kesehatan. Beberapa jenis bahan kimia yang dapat digunakan dalam
pengawetan bahan pangan yaitu asam benzoat, sorbat, asetat, laktat dan
propionat. Asam sorbat dan propionat digunakan untuk menghambat pertumbuhan
kapang pada roti, nitrat dan nitrit yang digunakan dalam pengawetan
daging bersifat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri anaerobik terutama Clostridium
botulinum.
Bahan makanan yang difermentasi seperti asinan, acar dan slage (makanan
ternak yang difermentasi) menjadi awet karena adanya asam-asam asetat, laktat
dan propionat yang dihasilkan oleh mikroba selama proses fermentasi
7. Radiasi
Radiasi merupakan cara pengawetan yang membawa perubahan radikal pada
bahan pangan. Sinar yang sering digunakan adalah sinar UV dan sinar gamma.
Sinar UV digunakan untuk menginaktifkan mikroba terutama kapang yang terdapat
dalam udara ruang penyimpanan serta ruang pengemasan perusahaan roti, kue dan
daging. Irradiasi pada daging yang digantung (untuk pemeraman dan supaya empuk)
dapat mengurangi pertumbuhan mikroba pada permukaan daging. Selain itu
irradiasi dapat mengurangi waktu pemeraman dari beberapa minggu pada suhu 2,2 –
330C menjadi 2-3 hari pada suhu 180C.
Penggunaan sinar gamma yang dipancarkan dari kobalt radioaktif mampu
mensterilkan berbagai macam bahan termasuk makanan yang sudah dikemas. Namun
dibalik kemampuannya ternyata sinar gamma dapat berpengaruh terhadap rasa, bau,
aroma, warna, tekstur dan mutu gizi pangan.
2.5 Keuntungan Dan Kerugian Keberadaan Mikroba Dalam Makanan
Kehadiran mikroba di dalam bahan makanan dapat mendatangkan
keuntungan dan juga kerugian. Mikroba mendatangkan keuntungan dalam bahan
pangan bila akibat kehadirannya baik secara langsung atau tidak langsung mendatangkan
keuntungan, keuntungan dari mikroba dalam pangan menurut Waluyo (2005) adalah:
- Berperan dalam proses pengolahan makanan. Proses pengolahan makanan menggunakan mikroba adalah proses fermentasi. Proses fermentasi yang melibatkan kemampuan mikroba sesuai dengan kondisi proses dan hasilnya dibagi menjadi dua bentuk yaitu fermentasi secara alkoholis dan fermentasi secara non alkoholis.
- Berperan dalam peningkatan nilai gizi makanan. Peran ini dapat terlihat dalam pembuatan tempe dari kedelai. Di samping akan menghasilkan zat gizi yang jauh lebih baik dan lengkap, juga meningkatkan nilai organoleptik makanan hasilnya.
- Berperan dalam pengadaan bau dan rasa. Proses ini dilalui setelah proses fermentasi. Produk yang dihasilkan berbeda dari produk yang sebelumnya. Dengan adanya proses ini maka sebagian orang akan lebih menyukai produk baru yang dihasilkan.
- Berperan dalam perubahan warna. Warna, seperti bau dan rasa mempunyai arti penting untuk bahan makanan. Warna makanan yang menarik, akan lebih banyak mendatangkan peminat bila dibandingkan makanan yang tidak berwarna. Penggunaan warna pada bahan makanan sintetis banyak dikeluhkan masyarakat karena dari penelitian pada batas tertentu dapat bersifat karsinogenik. Karena itu, orang mulai beralih ke zat warna yang dihasilkan mikroba.
Beberapa Mikroorganisme Yang
Dimanfaatkan Untuk Meningkatkan Produk Pangan adalah:
No
|
Bahan
Pangan
|
Mikroorganisme
|
Golongan
|
Produk
|
1
|
Susu
|
Lactobacillus
bulgaricus
Streptococcus
termophillus
Streptococus
lactis
Panicillium
requiforti
Propioni
bacterium
Lactobacillus
casei
|
Bakteri
Bakteri
Bakteri
Jamur
Bakteri
Bakteri
|
Yoghurt
Yoghurt
Menterga
Keju
Keju Swiss
Susu asam
|
2
|
Kedelai
|
Rhizopus
oligosporus
Rhizopus
stoloniferus
Rhizopus
oryzae
Aspergillus
oryzae
|
Jamur
Jamur
Jamur
Jamur
|
Tempe
Tempe
Tempe
Kecap
|
3
|
Kacang tanah
|
Neurospora
Sitophyla
|
Jamur
|
Oncom
|
4
|
Beras
|
Saccharomyces
cereviseae
Endomycopsis
fibulegera
|
Jamur
Jamur
|
Tape ketan
|
5
|
Singkong
|
Saccharomyces
cereviseae
Endomycopsis
fibulegera
|
Jamur
Jamur
|
Tape singkong
|
6
|
Air kelapa
|
Acetobacter
xylinium
|
Bakteri
|
Nata de coco
|
7
|
Tepung Gandum
|
Saccharomyces
elipsoides
|
Jamur
|
Roti
|
8
|
Kubis
|
Enterobacter
sp.
|
Bakteri
|
Asinan
|
9
|
Padi-padian atau umbi-umbian
|
Saccharomyces
cereviseae
Saccharomyces
caelsbergensis
|
Jamur
|
Minuman beralkohol
|
Mikroba dalam makanan mendatangkan kerugian bila kehadirannya
merubah nilai organoleptik yang tidak dikehendaki, menurunkan berat atau
volume, menurunkan nilai gizi, merubah bentuk dan susunan senyawa, serta
menghasilkan toksik yang membahayakan. Kerusakan bahan makanan yang paling umum
terjadi adalah pembusukan.
Beberapa
Mikroorganisme Yang Berperan Dalam Pembusukan Bahan Makanan:
Jenis
Makanan
|
Jenis
Mikroba
|
|
Asal
|
Genus
|
|
Telur
|
Lingkungan
(terutama udaradan air), waktu pengolahan, pengangkutan, dan penyimpanan.
|
Achromobacter
Pseudomonas
Flavobacterium
Paracolobacterium
|
Sayuran,
buah-buahan dan umbi-umbian
|
Lingkungan
(terutama udara, tanah, dan air), waktu pengolahan, pengangkutan, dan
penyimpanan.
|
Mucor
Lactobacillus
Rhizopus
Aspergillus
Penicillium
Lactobacillus
|
Daging
dan ikan
|
Lingkungan
(terutama udara, tanah, dan air), waktu pengolahan, pengangkutan, dan
penyimpanan. Juga berasal dari isi perut binatang.
|
Serratia
Micrococcus
Bacillus
Achromobacter
Pseudomonas
Staphylococcus
Flavobacterium
|
2.6 Pemanfaatan Mikroba Dalam Bidang
Pangan
Proses fermentasi dari suatu
organisme dapat mengubah suatu makanan dan minuman. Proses fermentasi merupakan
perubahan enzimatik secara anaerob dari suatu senyawa organik dan menjadi
produk organik yang lebih sederhana. Proses fermentasi yang melibatkan
kemampuan mikroba sesuai dengan kondisi proses dan hasilnya, sibagi menjadi dua
bentuk. Pertama yaitu fermentasi secara alkoholis, bila hasilnya didapatkan
alkohol. Misalnya dalam pembuatan beberapa jenis minuman: anggur, bir, sider dan
sebagainya. Kedua yaitu fermentasi nonalkoholik, bila hasilnya tidak dihasilkan
senyawa alkohol, tetapai dalam bentuk asam organik, vitamin, asam amino, dan
sebagainya. Misal pembuatan tempe, kecap, tauco, oncom, yogurt dan sebagainya
(Waluyo, 2004)
Mikroorganisme dijadikan sebagai
sumber makanan karena mikroorganisme
dapat tumbuh menjadi dua kali lipat juga massa mikroba minimal mengandung 40%
protein, memiliki kandungan vitamin dan
mineral yang tinggi. Beberapa jenis mikroorganisme dalam produk makanan dan
minuman adalah sebagai berikut.
1.
Yoghurt
Yoghurt merupakan minuman hasil kerjasama dengan
mikroorganisme. Tidak sembarangan mikroorganisme yang dapat membantu proses
pembuatan yogurt, terdapat dua bakteri utama yang membantu proses fermentasi
yogurt diantaranya adalan Streptococcus
thermophilus dan Lactobicillus
bulgaricus. Pada dasarnya kerja kedua bakteri ini yaitu menghasilkan asam
laktat sehingga rasa dari yogurt tersebut menjadi asam. Asam laktat ini dapat
membantu menjaga keseimbangan mikroflora pada usus. Tingkat keasaman yang
dihasilkan mampu menghambat bakteri penyebab penyakit yang pada umumnya tidak
tahan terhadap asam (Aguskrisno, 2012).
S. thermophilus
merupakan bakteri gram-positif yang bersifat anaerob. S.thermophilus merupakan bakteri yang paling komersial dari semua
bakteri yang penghasil asam laktat. S.
thermophilus banyak digunakan pada pembuatan keju, fermentasi makanan. S.thermophilus memiliki peran sebagai
probiotik, mengurangi gejala intoleransi laktosa dan gangguan gastrointestinal
lainnya. Lactobacillus bulgaricus
adalah bakteri yang membantu dalam proses fermentasi yoghurt. Bakteri ini
pertamakali diidentifikasi oleh seorang dokter yang bernama Stamen grigorov
pada tahun 1905 asal Bulgaria. Bakteri ini mengubah laktosa menjadi asam
laktat. Asam ini sekaligus dapat mengawetkan susu dan mendegradasi laktosa
sehingga orang yang toleran terhadap susu murni dapat mengkonsumsi yogurt tanpa
mendapat masalah kesehatan.
Gambar
1: Streptococcus thermophilus
Proses
Fermentasi Yoghurt
Yoghurt berasal susu
yang kemudian ditambahkan dengan bakteri yang akan membentuk asam laktat.
Bakteri yang biasa digunakan dalam proses pembuatan yogurt adalah bakteri Bifidobacterium
sp., Lactobacillus sp. atau bakteri Streptococcus
thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus (Aguskrisno, 2012).
Bakteri-bakteri ini yang akan memicu proses fermentasi dari
susu, mengubah laktosa pada susu menjadi asam laktat. Efek lain dari proses
fermentasi adalah pecahnya protein pada susu yang menyebabkan susu menjadi
kental. Hasil akhirnya susu akan terasa asam dan kental, inilah bentuk yoghurt
dasar yang telah jadi.
2. Keju
Gambar 2: keju
Susu memiliki reputasi yang baik sebagai makanan yang sangat
bergizi. Sayangnya, kandungan gizi yang tinggi tidak hanya menarik bagi
manusia. Jika dibiarkan untuk waktu yang lama, nutrisi yang ada di dalam susu
memungkinkan mikroorganisme untuk tumbuh sehingga menyebabkan susu tidak layak
untuk konsumsi manusia. Pada zaman kuno, cara utama untuk mengawetkan susu
adalah untuk mengubahnya menjadi keju.
Para sejarawan percaya bahwa keju menjadi bagian dari diet
manusia sekitar 800 tahun yang lalu, sehingga merupakan makanan yang pertama
difermentasi. Kemungkinan dihasilkan secara tidak sengaja melalui praktek
membawa susu dalam kantong yang terbuat dari perut hewan. Enzim dalam cairan
pencernaan dari perut dan bakteri dalam susu bekerja sama untuk membentuk dadih
(curd) dan kemudian keju mentah. Menurut FDA, keju adalah produk yang dibuat
dengan cara mengkoagulasikan kasein susu, susu krim atau susu yang kaya dengan
krim.
Koagulasi dapat dilakukan dengan koagulasi garam, asam atau
enzim, pemekatan atau kombinasinya. Setelah dikoagulasi, curd (padatan
yang sebagian besar kandungannya protein) yang dihasilkan diperam, ada juga
jenis keju yang tidak melalui pemeraman.
Jenis keju yang dihasilkan tergantung dari bermacam-macam
faktor. Faktor penting dalam pembuatan keju adalah kandungan air dan pemeraman.
Berdasarkan pada kandungan airnya keju dibagi dua kelas yaitu keju lunak yang
mengandung 40-75% air yang mudah busuk dan keju keras yang mengandung 30-40 %
air yang dapat disimpan beberapa tahun di bawah kondisi penyimpanan yang baik.
Keju merupakan salah satu bahan pangan dengan daya simpan
yang baik dan kaya akan protein, lemak, kalsium, fosfor, riboflavin dan
vitamin-vitamin lain dalam bentuk pekat (Volk, 1990).
Proses
fermentasi keju
Keju dadih sejati adalah massa susu fermentasi yang
dipadatkan. Susu biasanya dari sapi, namun susu kambing dan susu domba juga
digunakan sebagai bahan baku keju. Fermentasi dilakukan oleh bakteri yang
menghasilkan laktat dengan fermentasi laktosa (gula susu). Laktat menghambat
pertumbuhan organisme lain yang akan merusak makanan atau menyebabkan penyakit.
Dalam pembuatan keju, pada perlakuan awal, 2 spesies yang paling umum digunakan
bakteri Lactobacillus casei dan Streptococcus lactis.
Pembuatan keju modern menggunakan susu bebas bakteri yang kultur bakteri murni
ditambahkan sehingga populasi bakteri dalam keju mudah diprediksi dan aman
untuk dimakan (Aguskrisno, 2012).
Proses mengental selama pembuatan keju yang terjadi dalam
kondisi asam disebabkan oleh (asam laktat) laktat yang diekskresikan oleh
bakteri. Selama waktu pematangan keju, bakteri dalam dadih (curd) mati dan
dicerna oleh enzim mereka sendiri (suatu proses yang disebut dengan otolisis).
Ini mengeluarkan zat yang rasa keju. Bakteri yang menghasilkan asam propionat
bertanggung jawab atas rasa khas tersebut, dan karbon dioksida bertanggung
jawab atas ‘lubang-lubang’ yang terdapat pada keju.
Prinsip
pembuatan keju adalah bahwa protein dalam keju mengalami flokulasi dan mengikutkan
90% lemak susu dalam pengolahan. Keju dapat dibuat dengan mengendapkan protein
menggunakan suatu asam. Asam tersebut dapat dihasilkan oleh bakteri atau asam
yang ditambahkan. Apabila menggunakan asam, dapat digunakan asam asetat, asam
laktat, asam sitrat dan dapat pula digunakan asam alami seperti sari buah
sitrun. Susu dipanaskan 80-90ÂșC dan asam ditambahkan berupa tetesan sambil
dilakukan pengadukan sampai massa terpisah, setelah curd ditiriskan, dapat
diproses lebih lanjut
(Aguskrisno, 2012)
Gambar 3: Proses pembuatan keju
3. Yakult
Yakult adalah minuman susu fermentasi, yang dibuat dengan
cara memfermentasi susu bubuk skim yang mengandung bakteri asam laktat hidup
Lactobacillus casei Shirota strain. Di dalam setiap botol Yakult terdapat lebih
dari 6,5 milyar bakteri L. Casei Shirota Strein yang mampu melewati
asam lambung dan cairan empedu sehingga dapat berperan secara maksimal di dalam
usus. Pada tahun 1930, almarhum Dr. Minoru Shirota, pendiri perusahaan Yakult,
telah berhasil mengkulturkan berbagai jenis bakteri asam laktat dan memilih
satu jenis bakteri yang bersifat paling tahan terhadap cairan pencernaan (www. yakult.co.id).
Gambar
4: bakteri L. Casei Shirota
Di samping itu, Dr. Minoru Shirota juga memperkuatnya
sehingga menjadi strain baru yang unggul. Karena itu, berbeda dengan bakteri
lain, bakteri ini dapat menaklukkan berbagai hambatan fisiologis seperti asam
lambung dan cairan empedu sehingga dapat mencapai dan bertahan hidup dalam usus
manusia (www. yakult.co.id).
Dari dalam usus bakteri ini membantu meningkatkan kesehatan
kita dengan cara mengaktifkan sel-sel kekebalan, meningkatkan jumlah bakteri
berguna, dan mengurangi jumlah bakteri yang merugikan (www.yakult.co.id).
Proses
fermentasi Yakult
Proses pembuatan yakult adalah dengan cara memfermentasi
campuran susu bubuk skim dan glukosa menggunakan bakteri Lactobacillus
casei Shirota strain. Yakult dibuat dari bahan-bahan bakteri Lactobacillus
casei Shirota strain hidup, susu bubuk skim, sukrosa dan glukosa, perisa,
air, serta yakult ini tidak menggunakan bahan pengawet.
Yakult dapat bertahan sejak pembuatannya sampai dengan
tanggal kadaluwarsa tanpa menggunakan pengawet adalah dikarenakan asam laktat
yang dihasilkan secara alami selama proses fermentasi dapat memperpanjang umur
simpannya, pembuatannya secara hygienis penyimpanannya pada suhu dibawah 10°C.
Yakult merupakan produk susu fermentasi dengan menggunakan
starter tunggal yaitu Dornic atau 0,5% asam Lactobacillus casei. Kecepatan
pertumbuhan bakteri ini berkisar 50 laktat setelah 48 jam. Lactobacillus casei
berbentuk batang tunggal dan termasuk golongan bakteri heterofermentatif,
fakultatif, mesofilik, dan berukuran lebih kecil dari pada Lactobacillus
bulgaricus, Lactobacillus acidophillus, dan Lactobacillus helveticus.
Lactobacillus casei akan merubah ribosa menjadi asam laktat dan asam asetat,
perubahan ribosa diinduksi oleh faseketolase (www.yakult.co.id).
Bakteri asam laktat akan menghidrolisis laktosa yang ada di
dalam susu menjadi berbagai macam senyawa karbohidrat yang lebih sederhana
misalnya glukosa dan galaktosa seperti yang terdapat dalam produk yakult.
Gambar 5: produk yakult
4. Mentega
Mentega atau disebut juga buttermilk dihasilkan dari
susu skim atau susu rendah lemak dengan bantuan bakteri asam laktat. Buttermilk
mempunyai karakteristik pada tekstur, rasa asam dan aroma. Tekstur dihasilkan
dari pemecahan dadih. Aroma dan rasa disebabkan oleh diasetil, asetildehid dan
produk metabolik lain dilepaskan oleh bakteri fermentasi. Kultur yang digunakan
untuk membuat buttermilk merupakan kultur asam laktat yang terdiri dari Streptococcus
cremoris, S.diacetylactis, dan Leuconostoc cremoris. Jenis biakan
bakteri pemula (starter culture) berbeda diantara pabrikan (manufaktur) dan
beberapa menggunakan Lactobacillus bulgaricus untuk membuat butter
milk Bulgaria. Produksi asam dan pembentukan dadih dihasilkan oleh Streptococcus
cremoris sedangkan aroma dan rasa dihasilkan dari metabolisme dan
multifikasi oleh dua jenis bakteri yang lain yaitu : S.diacetylactis, dan
Leuconostoc cremoris (Ali, 2008).
Gambar 6: mentega
5.
Tempe
Gambar 7. tempe
Tempe merupakan
makanan yang populer di negara kita. Meskipun merupakan makanan yang
sederhana, tetapi tempe mengandung sumber protein nabati yang cukup tinggi.
Jenis tempe sebenarnya sangat beragam, tergantung pada bahan dasarnya, namun
yang paling luas penyebarannya adalah tempe kedelai. Untuk membuat tempe,
selain diperlukan bahan dasar kedelai juga diperlukan ragi. Tempe terbuat dari
kedelai dengan bantuan jamur rhizopus sp. Miselium dari kapang tersebut akan
mengikat keping-keping biji kedelai dan memfermentasikannya menjadi produk
tempe. Jamur ini akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna
menjadi protein sederhana yang mudah dicerna. Proses fermentasi tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat
(Sarwono, 1982).
6.
Kecap
Gambar
8: kecap
Kecap
terbuat dari kacang kedelai berwarna hitam. Pada proses fermentasi pembuatan kecap dengan menggunakan
jamur aspergillus wentii dan rhizopus sp. Jamur Aspergillus
wentii dibiakkan pada kulit gandum terlebih dahulu. Jamur Aspergillus
wentii bersama-sama dengan bakteri asam laktat yang tumbuh pada
kedelai yang telah dimasak menghancurkan campuran gandum. Kecap terbuat dari kacang kedelai
berwarna hitam. Setelah proses fermentasi karbohidrat
berlangsung cukup lama akhirnya akan dihasilkan produk kecap. Perendaman kedelai dilakukan dalam
larutan garam, maka pembuatan kecap dinamakan fermentasi garam. Ada juga kecap ikan, kecap udang, dan sebagainya. Itu bisa
dilakukan karena selama proses pembuatan ada penambahan sari ikan ataupun sari
udang ke dalamnya (Soedjarwo, 1982).
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Syarat mikroba yang dapat digunakan untuk pengolahan makanan
adalah murni, unggul, stabil dan bukan patogen.
2.
Cara pengendalian mikroba yang digunakan dalam pengolahan
pangan adalah penanganan aseptik, penggunaan filter bakteriologik, pemanasan
dengan suhu tinggi atau bisa juga dengan pendinginan, pengurangan jumlah air,
penggunaan bahan kimia dan radiasi.
3.
Beberapa mikroba yang dapat digunakan untuk pengolahan
makanan adalah Lactobacillus bulgaricus digunakan
untuk proses pembuatan yoghurt, Rhizopus
oryzae digunakan untuk pembuatan tempe, Neurospora Sitophyla digunakan
untuk pembuatan oncom, Saccharomyces cereviseae digunakan untuk membuat tape
ketan dan Acetobacter xylinium digunakan untuk membuat nata de coco.
DAFTAR RUJUKAN
Ali,
Iqbal. 2008. Peran Mikroorganisme Dalam
Kehidupan. (online). http://iqbalali.com/2008/02/18/peran-mikroorganisme-dlm-kehidupan/
Diakses pada tanggal 6 November 2014.
Aguskrisno. 2012. Pemanfaatan Mikroorganisme Bidang Pangan.
(online) diakses pada tanggal 6 November 2014.
FDA
[US Food and Drug Administration]. 2001. Rapid
Methods for Detecting Foodborne Pathogens. Bacteriological Analytical
Manual Online. Center for Food Safety
and Applied Nutrition.
Sarwono,
B. 1982.Membuat tempe dan oncom. Jakarta : PT. Penebar Swadaya
Soedjarwo,
E. 1982. Kecap kecipir. Jakarta : PT. Penebar Swadaya
Waluyo,
Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang:
Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang
Waluyo,
Lud.2005. Mikrobiologi Umum. Malang:
Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang
www.yakult.co.id. Tanpa tahun. Pembuatan Yakult. (online) diakses pada
tanggal 6 November 2014.
Volk,
Wesley A dan Wheeler, Margaret F. 1990. Basic Microbilogy fifth edition. Jakarta. Penrbit Erlangga.
(diterjemahkan oleh Soenartono Adisoemarto. 1990. Mikrobiologi Dasar edisi
kelima jilid 2).
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusHarga
Terjangkau
Spesial
Solusi
Penawaran spesial
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO