Kamis, 05 Maret 2015

MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN : BIOREMIDIASI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Mikroba terdapat dimana-mana di sekitar kita, ada yang menghuni tanah, air, dan atmosfer. Studi tentang mikroba yang ada di lingkungan alamiahnya disebut ekologi mikroba. Ekologi merupakan bagian biologi yang berkenaan dengan studi mengenai hubungan organisme atau kelompok organisme dengan lingkungannya.
Ekologi mikroba sangat berperan membantu memperbaiki kualitas lingkungan. Misalnya mikroba yang menguraikan sampah yang berasal dari manusia dan industry yang dibuang ke dalam.
Suatu mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik jika kondisi lingkungan sekitarnya sangat mendukung. Mikroorganisme yang tumbuh adalah pertambahan jumlah mikroba sehingga dapat membentuk suatu populasi mikroba yang dapat disebut dengan koloni dan bukan sel-sel yang bertambah besar atau bertambah panjang. Populasi mikroorganisme dapat menjadi besar sekali dala jangka waktu yang relatif singkat dan pertumbuhan mikroorganisme yang tidak dapat dikendalikan. Kehadiran mikroorganisme di lingkungan dapat memberikan keuntungan dan kerugian.

1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.2.1.           Untuk mengetahui kehidupan mikroba yang ada di tanah, air, dan udara.
1.2.2.           Untuk mengetahui pemanfaatan mikroba dalam mengatasi pencemaran lingkungan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Mikrobiologi Lingkungan
2.1.1. Mikrobiologi Udara
Mikroorganisme memiliki cakupan habitat yang luas. Ukuran mikroorganisme yang kecil mempermudahnya untuk berpindah. Mikrobiologi udara berkaitan dengan mikroorganisme yang ada di udara. Pembahasan mengenai mikrobiologi udara di beberapa buku sangat jarang. Udara merupakan media perantara bagi beberapa mikroorganisme yang menyerang manusia, hewan maupun tumbuhan. Jamur Rhizopus sp. merupakan jamur terbanyak yang biasanya tumbuh pada roti, sayuran, buah-buahan, dan produk makanan lainnya. Namun apabila jamur tersebut tersebar di udara dan terhirup melalui saluran pernafasan, secara klinis dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe II dan III seperti asma dan pneumonitis hipersensitivitas (Pelczar, 2008; Anonim,2000).
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan mikroorganisme dalam udara adalah temperature, kelembapan udara, dan iklim (Cotty and Garcia,2007). Kedua faktor ini akan mempengaruhi interaksi mikroorganisme dengan inang. Cotty dan Gracia (2007) menjelaskan bahwa ketiga faktor tersebut mempengaruhi jamur dalam menyerang tanaman jagung. Mikrobiologi udara berkaitan dengan bidang kesehatan, makanan, dan pertanian.
2.1.2. Mikrobiologi Tanah
Tanah merupakan campuran yang terdiri dari bahan organik, anorganik, air dan udara yang semuanya tercampur menjadi satu sehingga sulit dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Senyawa organik merupakan kumpulan sisa-sisa makanan yang sebagian telah diuraikan. Bahan organik tersebut merupakan bagian yang mudah dihancurkan oleh organisme tanah seperti bakteri, jamur,  mikro-alga dan protozoa. Dengan demikian mikroorganisme termasuk bagian tanah yang berperan penting dalam menentukan sifat dan tekstur tanah (Kusnadi, dkk. 2003).
Menurut Hamdiyati (tanpa tahun) tanah merupakan campuran kompleks dengan komposisi sebagai berikut:
ü  Materi Anorganik (45 %) : Si, Al, Fe, Ca, Mg, K, Na, P, dan lain-lain.
ü  Materi Organik (5 %) : Karbohidrat, Protein, Lipid, dan lain-lain.
ü  Air (25 %) dan Udara (25 %)
ü  Organisme : Vertebrata, Invertebrata, Mikroba
Kelimpahan mikroorganisme tanah bervariasi untuk setiap kedalamam tertentu, seperti yang terlihat pada table di bawah ini.
Tabel Data kandungan mikroba tanah kebun (per gram) menurut kedalaman
Proses perkembangan tanah melibatkan interaksi yang kompleks antara bahan baku (batu, pasir, dan lain-lain), topografi, iklim, dan organisme hidup. Berdasarkan asal usulnya, tanah dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu tanah mineral dan tanah organik.
Secara langsung maupun tidak langsung, bahan buangan dari makhluk hidup pada umumnya dibuang atau dikubur dalam tanah. Dalam waktu yang cukup lama bahan buangan tersebut akan berubah menjadi komponen organik dan komponen anorganik tanah. Perubahan tersebut juga dilakukan oleh organisme yaitu perubahan dari bahan organik menjadi substansi yang menyediakan nutrien bagi tumbuhan.
Bentuk tanah merupakan hasil dari penggabungan antara proses fisik, kimia dan biologi. Suatu pengamatan terhadap batuan terbuka menun jukkan adanya alga, lichen dna lumut. Organisme tesebut dapat melakukan dormansi pada batuan yang kering dan akan tumbuh ketika batuan tersebut lembab. Organisme-organisme tersebut bersifat fototropik dan menghasilkan bahan organik yang membantu pertumbuhan bakteri dan fungi organotrof.
a.    Tanah sebagai Habitat mikroorganisme
Di bumi ini ada beberapa lingkungan yang mengandung banyak jenis mikroorganisme, salah satunya lingkungan dalam tanah yang subur. Bakteri, fungi, alga, protozoa dan virus bersama-sama membentuk kumpulan mikroorganisme yang jumlahnya dapat mencapai milyaran organisme per gram tanah.
Untuk mengamati mikroorganisme pada partikel tanah secara langsung dapat dilakukan dengan pewarnaan yang berpendar pada tanah yang diamati. Akibatnya setiap sel mikroorganisme akan memiliki sumber cahaya sehingga bentuk dan letaknya pada permukaan partikel tanah dapat dilihat. Untuk pengamatan mikroorganisme yang spesifik, biasanya digunakan pewarnaan antibodi-fluoresen. Dengan menggunakan mikroskop elektron morfologi mikroorganisme dapat dilihat dengan baik dan dapat dihitung jumlah sel mikroorganisme pada permukaan tanah.

b.    Faktor yang mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dalam tanah
Menurut Kusnadi, dkk. (tanpa tahun) faktor yang mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dalam tanah adalah air dan nutrisi dalam tanah.
·      Air
Air merupakan komponen variabel tanah. Keberadaannya bergantunng pada komposisi tanah, curah hujan, drainase (aliran udara) dan penutupan tumbuhan (kanopi). Air terperangkap dalam tanag dengan dua cara, yaitu adsorpsi pada permukaan tanah atau sebagai air bebas seperti lembaran tebal atau lapisan tipis diantara partikel tanah. Air dalam tanah memiliki berbagai bahan yang terlarut di dalamnhya dan keseluruhan bercampur menjadi larutan tanah. Dalam tanah yang memiliki drainase baik, tekanan air cepat dan konsentrasi oksigen menjadi cukup tinggi. Dalam tanah rawa hanya terdapat oksigen yang terlarut dalam air dan akan segera dikonsumsi oleh mikroorganisme tanah. Tanah yang seperti itu akan bersifat anaerobik, memperlihatkan perubahan yang sangat cepat dalam komponen biologiknya.
·         Nutrisi
Aktivitas mikroorganisme terdapat dalam lapisan permukaan tanah yang kaya akan bahan organik khususnya daerah yang dekat dengan akar tumbuhan (rizofer). Jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah tergantung besarnya tingkat keseimbangan jumlah nutrisi. Dalam tanah berkarnon tidak terdapat batas nutrisi bahkan terdapat nutrisi organik seperti fosfor dan nitrogen yang membatasi produktivitas mikroorganisme.
Populasi mikroorganisme dalam tanah dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
·         Autotonus
Golongan ini merupakan suatu golongan mikroorganisme yang selalu dapat ditemukan dalam tanah dan hidupnya tidak terpengaruh oleh lingkungan luar seperti iklim, suhu dan kelembaban.
·         Zimogenik
Golongan imi adalah golongan mikroorganisme yang keberadaannya dalam tanah disebabkan olehb adanya pengaruh dari luar misalnya adanya penambahan senyawa organik.
·         Transien
Golongan ini merupakan golongan mikroorganisme yang keberadaannya bersamaan dengan penambahan mikroorganisme lain secara sengaja misalnya dalam bentuk inokulum  atau sediaan mikroorganisme hidup berupa Rhizobium atau Acetobacter ke dalam tanah.

c.          Peranan mikroorganisme tanah
Menurut Kusnadi, dkk. (2003) mikroorganisme tanah berfungsi merubah senyawa kimia dalam tanah terutama mengubah senyawa organik yang mengandung karbon, nitrogen, sulfur dan fosfor menjadi senyawa anorganik. Proses ini disebut mineralisasi yang di dalamnya terlibat sejumlah besar perubahan senyawa kimia serta peranan bermacam-macam spesies mikroba. Rangkaian reaksinya dapat digambarkan sebagai suatu proses siklik, misalnya diawali dengan unsur nitrogen  yang mengalami perubahan persenyawaan anorganik menjadi senyawa organik. Kemudian dibebaskan dari protein dan proses tersebut berulang kembali.
Description: C:\Users\Icha\Downloads\C cycle.jpg
Gambar daur karbon

Description: C:\Users\Icha\Downloads\daur-belerang.jpg
Gambar daur belerang dan sulfur

Menurut Hamdiyati (tanpa tahun), mikroorganisme memiliki peranan positif dan peranan negatif. Peranan positif mikroorganisme tanah contohnya adalah mikroorganisme berperan dalam proses biogeokimia yang meliputi:
a. Siklus Karbon.
b. Siklus Nitrogen, terjadi beberapa reaksi / proses pada siklus nitrogen, yaitu:
1) Amonifikasi
2) Nitrifikasi
3) Denitrifikasi
4) Fiksasi Nitrogen
Mikroorganisme yang berperan dalam proses fiksasi nitrogen ada yang bersimbiosis ada yang tidak.
·      Tidak bersimbiosis : Azotobacter, Beijerinckia, Clostridium, Klebsiella,
Enterobacter, Bacillus, Rhodospirillum, Chlorobium, Cyanobacteria, populasi tertinggi ditemukan di Rizosfir.
·      Bersimbiosis, dapat dibedakan simbiosis antara :
1.    Mikroorganisme dengan selain Leguminoseae. Beberapa contoh simbiosis dengan selain Leguminoseae :
a.       Cyanobacteria (Blue Green Algae) dengan paku : Anabaena azolla hidup pada rongga udara daun paku air Azolla pinnata.
b.      Anabaena cycadae pada akar Cycas (pakis).
c.       Nostoc spp. Pada akar karang cemara laut (Cassuarina equisetifolia).
d.      Lichens : Cyanobacteria dengan jamur.
2.      Mikroorganisme dengan Leguminoseae. Beberapa species yang bersimbiosis dengan Leguminoseae contohnya Rhizobium leguminosarum, Rhizobium phaseoli, Rhizobium trifolii, dan Bradyrhizobium. Ada hubungan spesifik antara species mikroba dengan Species tanaman leguminoseae, contohnya R. trifolii dengan white Clover (Trifolium spp.).
Sedangkan peranan negatif mikroorganisme antara lain adalah sebagai berikut:
a.    Patogen pada manusia dan hewan contohnya Salmonella sp., Bacillus anthracis (antrax, bertahan 10 tahun) Clostridium tetani, C. botulinum, C. perfringens (habitat normal di tanah, masuk melalui makanan atau luka tumbuh toksin)
b.    Patogen pada tumbuhan misalnya fungi, paling banyak dapat tumbuh pada kelembaban yang rendah. Sebagai contoh yaitu rebah kecambah dan busuk akar (Rhizoctonia solani), penyakit karat daun yang disebabkan oleh jamur karat.

2.1.3. Mikrobiologi Air
Air merupakan materi penting dalam kehidupan. Semua makhluk hidup membutuhkan air. Misalnya sel hidup, baik hewan maupun tumbuhan, sebagian besar tersusun oleh air, yaitu lebih dari 75% isi sel tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel hewan. Dari sejumlah 40 juta milkubik air yang berada di permukaan dan di dalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Karena dari jumlah 40 juta mil-kubik, 97% terdiri dari air laut dan jenis air lain yang berkadar-garam tinggi, 2,5% berbentuk salju dan es-abadi yang dalam keadaan mencair baru dapat dipergunakan secara langsung oleh manusia. Kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari, berbeda untuk setiap tempat dan setiap tingkatan kehidupan. Biasanya semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat pula jumlah kebutuhan air. Di Indonesia, berdasarkan catatan dari Departemen Kesehatan, rata-rata keperluan air adalah 60 liter per kapita, meliputi:
Tabel 2 Kebutuhan air per kapita di Indonesia.
Air untuk keperluan
Jumlah (liter)
Mandi
30
Masak
10
Mencuci
5
Minum
5
Lain-lain
5









Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, tidak dapat dihindari adanya peningkatan jumlah kebutuhan air, khususnya untuk keperluan rumah tangga, sehingga berbagai cara dan usaha telah banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air, antara lain dengan :
·         Mencari sumber-sumber air baru (air-tanah, air danau, air sungai, dan sebagainya);
·         Mengolah dan mentawarkan air laut;
·         Mengolah dan memurnikan kembali air kotor yang berada di sungai, danau, dan sumber lain yang umumnya telah tercemar baik secara fisik, kimia maupun mikrobiologis.
Komponen kehidupan di dalam air, terdiri dari
1. Mikroba : bakteri, jamur, mikroalga, protozoa, virus
2. Hewan dan tumbuhan air
Mikroba dalam air ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Mikroba air yang menguntungkan, berperan sebagai :
·      Makanan ikan : fitoplankton dan zooplankton. Contoh : mikroalga (chlorella, scenedesmus, hydrodiction, pinnularia, dan lain-lain)
·      Dekomposer : pengolahan limbah secara biologis
·      Produsen : adanya mikroalga yang dapat berfotosintesis sehingga meningkatkan oksigen terlarut
·      Konsumen : hasil rombakan organisme dimanfaatkan oleh mikroalga, bakteri, jamur
·      Penyebab penyakit : Salmonella (tipus / paratipus), Shigella (disentri basiler), Vibrio (kolera), Entamoeba (disentri amoeba)
·      Penghasil toksin : bakteri anaerobik (Clostridium), bakteri aerobik (Pseudomonas, Salmonella, Staphylococcus, dan lain-lain), mikroalgae (Anabaena, Microcystis)
Mikroba air yang merugikan dapat menyebabkan :
·         Blooming menyebabkan perairan berwarna, ada endapan, dan bau amis, disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan mikroalga (Anabaena flos-aquae dan Microcystis aerugynosa)
·         Bakteri besi : Fe2+ (oksidasi oleh bakteri Crenothrixsphaerotilus) menjadi Fe3+
·         Bakteri belerang : SO4 (reduksi oleh bakteri Thiobacillus cromatium) menghasilkan H2S (bau busuk).
Lingkungan Akuatik
Berbagai macam mikroorganisme ditemukan dalam lingkungan akuatik, penyebarluasannya ditentukan oleh faktor kimia dan fisik yang terdapat dalam lingkungan tersebut. Faktor lingkungan ini sangat berbeda satu dengan yang lainnya seperti suhu, tekanan hidrostatik, cahaya, salinitas, turbiditas, pH dan nutrient.
a.       Temperatur
Temperature air permukaan berkisar antara 0oC di daerah kutub sampai 40oC di daerah aquator. Di bawah permukaan lebih dari 90% lingkungan laut memiliki temperatur di bawah 5oC, suatu kondisi yang disukai untuk pertumbuhan mikroorganisme psikofilik.
Sejumlah bakteri termofilik dapat diisolasi dari endapan anaerobic dekat palung pada dasar lautan. Archaebacteria Pyrodictium occutum, diisolasi dari bawah laut dekat pulau Volcano. Italia, air bertemperatur 103oC. Dari hasil penelitian di laboratorium bakteri tersebut dapat tumbuh secara optimum pada suhu 105oC dan tidak tumbuh pada temperature di bawah 82oC.
b.      Tekanan Hidrostatik
Tekanan hidrostatik merupakan tekanan pada dasar suatu kolom vertical air. Tekanan tersebut meningkat menurut kedalaman pada kisaran 1 atmosfer tekanan dari setiap 10 m. pada daerah yang sangat dalam, seperti dekat dasar lautan, tekanan hidrostatik sangat besar dan dapat menyebabkan perubahan dan mempengaruhi system biologic, seperti perubahan kelarutan nutrient, titik didih air.
Organisme basofilik merupakan organisme yang tidak dapat tumbuh pada tekanan atmosfer normal. Sejumlah bakteri basofilik dapat diisolasi dari parit lautan Pasifik pada kedalaman 1000-10.000 m. Umumnya bakteri basofilik dapat tumbuh baik pada tekanan yang kurang dari tempat asalnya dan hampir seluruhnya diinkubasi pada temperature psikrofilik (sekitar 2oC).


c.       Cahaya
Sebagian besar bentuk kehidupan bergantung (baik langsung maupun tidak langsung) pada produk metabolic organism fotosintetik. Organisme fotosintetik utama dalam sebagian besar habitat aquatic adalah alga dan Cyanobacteria, pertumbuhannya dibatasi oleh lapisan permukaan air yang cahaya dapat menembus. Bagian dalam air tempat terjadi fotosintesis disebut zona fotik. Ukuran zona ini berbeda bergantung pada kondisi daerah seperti posisi matahari, musim, dan khususnya kekeruhan air.
d.      Salinitas
Salinitas atau konsentrasi NaCl air alami berkisar antara 0% dalam air tawar sampai 32% NaCl dalam danau asin. Air laut mengandung NaCl sekitar 2,75%, konsentrasi garam total air laut berkisar 3,3 – 3,7%. Sebagian besar mikroorganisme laut merupakan halofilik, yang tumbuh dengan baik pada konsentrasi NaCl kurang dari 2,5 – 4,0%. Dengan kata lain, mikroorganisme dari danau dan sungai dapat dihambat pertumbuhannya dengan konentrasi NaCl lebih dari 1%.
Mikroorganisme Dalam Air Jernih
Dalam air yang dianggap jernih, misalnya berasal dari sumur biasa, sumur pompa, sumber mata air dan sumber air lainnya, bisa terdapat mikroorganisme misalnya:
a)      Kelompok bakteri besi (contoh Crenothrix dan Sphaerotilus) yang mampu mengoksidasi senyawa besi (II) menjadi besi (III). Akibat kehadiran mikroorganisme tersebut, air sering mengalami perubahan warna kehitam-hitaman, kecoklat-coklatan dan lain-lain.
b)       Kelompok bakteri belerang (contoh, Chromatium dan Thiobacillus) yang mampu mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S. akibatnya jika air disimpan lama akan tercium bau busuk.
c)      Kelompok mikroalga (misalnya yang termasuk kelompok mikroalga hijau biru, biru dan kersik) sehingga jika air disimpan lama, didalamnya akan Nampak kelompok mikroorganisme yang berwarna hijau, biru atau kekuning-kuningan, tergantung dominasi mikroalga yang terdapat dalam air serta lingkungan yang mempengaruhinya.
Lebih jauh lagi akibat kehadiran kelompok bakteri mikroalga dalam air dapat mendatangkan kerugian. Misalnya karena terjadi peningkatan kekeruhan dan hambatan aliran, hal tersebut disebabkan kelompok bakteri besi dan belerang dapat membentuk serat atau lender.
Akibat lainnya adalah terjadinya proses korosi (pengkaratan) terhadap benda-benda logam yang berada di dalamnya maupun pipa saluran air, menyebabkan bau, berubah warna, dan lain-lain.
Kualitas Air
Kualitas air harus memenuhi 3 persyaratan, yaitu kualitas fisik, kimia, dan biologis. Kualitas fisik berdasarkan pada kekeruhan, temperatur, warna, bau, dan rasa. Kualitas kimia adanya senyawa-senyawa kimia yang beracun, perubahan rupa, warna, dan rasa air, serta reaksi-reaksi yang tidak diharapkan menyebabkan diadakannya standar kualitas air minum. Standar kualitas air memberikan batas konsentrasi maksimum yang dianjurkan dan yang diperkenankan bagi berbagai parameter kimia, karena pada konsentrasi yang berlebihan kehadiran unsur-unsur tersebut dalam air akan memberikan pengaruh negatif, baik bagi kesehatan maupun dari segi pemakaian lainnya. Kualitas biologis didasarkan pada kehadiran kelompok-kelompok mikroba tertentu seperti mikroba patogen (penyakit perut), pencemar (terutama Coli), penghasil toksin dsb.
a.       Parameter alami
Di bidang mikrobiologi air, kehadiran mikroorganisme tertentu khususnya bakteri dan mikroalga dapat digunakan sebagai mikroorganisme parameter/ indicator alami terhadap kehadiran pencemar organic.
Bakteri Sphaerotillus, kehadirannya dapat menjadi petunjuk terhadap kandungan senyawa organic tinggi di dalam air. Juga mikroalga Anabaena dan Mycrocystis dapat menjadi petunjuk kehadiran senyawa fosfat tinggi di dalam badan air. Sedangkan mikroalga kersik (Diatome) lebih cenderung menjadi petunjuk terhadap kehadiran senyawa kimia yang bersifat toksik di dalam badan air. 
Kehadiran materi fekal (dari tinja) di dalam badan air dapat diketahui dengan adanya kelompok bakteri Coli. Kehadiran materi fekal di dalam air minum sangat tidak diharapkan, baik ditinjau dari segi estetika, sanitasi maupun dengan alasan infeksi. Jika di dalam 100 ml sampel air didapatkan 500 sel bakteri Coli, memungkinkan terjadinya infeksi gastroenteritis yang segera diikuti oleh demam tifoid. E.coli sebagai salah satu contoh jenis Coli, pada keadaan tertentu dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh, sehingga dapat menyebabkan infeksi pada kandung kemih, ginjal dan hati. Juga dapat menyebabkan diare, peritonitis, meningitis, dan lain-lain.
Dari jumlah feses yang dihasilkan setiap hari oleh manusia (100-150 gram) di dalamnya terkandung 3 x 1011 (300 milyar) sel bakteri Coli. Sehingga kehadiran bakteri ini di dalam badan air diparalelkan dengan terjadinya kontaminasi materi fekal. Dengan kata lain, lebih tinggi kandungan bakteri Coli maka lebih kotor dan tidak memenuhi syarat keadaan air tersebut untuk kepentingan manusia, khususnya untuk air minum.
b.      Kualitas Biologi
Menurut WHO kualitas air ditentukan oleh kehadiran dan jumlah bakteri Coli di dalamnya, yaitu untuk minum dan untuk keperluan lain:
Keperluan air
Jumlah maksimum yang diperkenankan (per 100 ml sampel air)
Rekreasi
1000
Kolam renang
200
Minum
1

Secara umum berdasarkan sifat kimia, fisik, dan mikrobiologi, maka kualitas air akan ditentukan berdasarkan keperluannya. Penentuan kualitas air secara umum, misalnya ir sungai, air danau, ataupun air kolam dapat pula diukur berdasarkan Nilai Indeks Pencemar-biologi (IPB),
Nilai IPB
Nilai/keadaan air
0 - 8
Bersih, jernih
9 - 20
Tercemar-ringan
21 - 60
Tercemar-sedang
61 - 100
Tercemar-berat

Penentuan kualitas mikrobiologi sumber air dilatarbelakangi dasar pemikiran bahwa air tersebut tidak akan membahayakan kesehatan konsumen. Dalam konteks ini maka penetuan kualitas mikrobiologik air didasarkan pada analisis kehadiran mikroorganisme indicator yang selalu ditemukan dalam tinja manusia atau hewan berdarah panas. Mikroorganisme ini tinggal dalam usus manusia ataupun hewan dan merupakan bakteri yang dikenal dengan nama bakteri Coliform. Bila dalam sumber air ditemukan bakteri ini maka merupakan petunjuk bahwa air tersebut telah mengalami pencemaran oleh feses manusia ataupun hewan berdarah panas.
c.       Kualitas Fisik
Kualitas fisik yang umum dianalisis dalam penetuan kualitas air meliputi kekeruhan, suhu, warna, bau, dan rasa. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organic yang terkandung dalam air, seperti lumpur, dan bahan-bahan yang dihasilkan oleh industri. Bahan yang mengakibatkan kekeruhan air berdasarkan sifat pengendapannya dapat dibedakan menjadi bahan yang mudah mengendap (settleable) dan bahan yang sukar mengendap (koloidal). Bahan settleable dapat dihilangkan dengan proses-proses pengendapan (sedimentasi) dan penyaringan (filtrasi). Sedangkan bahan koloidal hanya dapat dihilangkan dengan proses flokulasi dan koagulasi yang diikuti dengan proses sedimentasi dan filtrasi, yng diperlukan penambahan koagulan ke dalam air. Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh kehadiran organism dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobic.
Dari segi estetika, air yang berbau dan mempunyai rasa, sangat tidak menyenangkan untuk diminum. Bau dan rasa dalam air juga dapat menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme penghasil bau dan rasa yang tidak enak serta adanya senyawa asing yang mengganggu kesehatan. Selain itu dapat pula menunjukkan kondisi anaerobic sebagai hasil aktivitas penguraian senyawa organic oleh kelompok mikroorganisme tertentu.
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran mikroorganisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna, dan ekstrak senyawa organic serta tumbuhan. Warna yang berasal dari bahan buangan industry kemungkinan dapat membahayakan kesehatan. Warna dalam air juga dapat mengandung senyawa-senyawa organic yang jika dilakukan proses klorinasi terhadap air tersebut akan mengakibatkan terbentuknya kloroform. Senyawa-senyawa organic tersebut juga dapat mengakibatkan peningkatan pertumbuhan mikroorganisme akuatik.
Kenaikan temperature air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau tidak sedap akibat terjadinya degradasi anaerobic oleh mikroorganisme. Kadar residu terlarut yang tinggi dapat menyebabkan rasa tidak enak dan dapat mengganggu system pencernaan makanan. Air dengan kadar residu terlarut yang tinggi, cenderung memiliki  kesadahan yang tinggi pula.
                        Standar kualitas fisik air kadar air minum
Parameter
Satuan
Minuman yang dianjurkan
Maksimum yang dianjurkan
Kekeruhan
Mg/L SiO2
5
25
Rasa
-
Tidak berasa
Tidak berasa
Warna
Unit Pt-Co
5
50
Temperature
oC
Suhu air normal
Suhu air normal
Residu terlarut
Mg/L
500
1500

d.      Kualitas Kimiawi
Standar kualitas air memberikan batas konsentrasi maksimum yang dianjurkan dan yang diperkenankan bagi berbagai parameter kimia, karena pada konsentrasi yang berlebihan kehadiran unsur-unsur tersebut dalam air akan memberikan pengaruh negative, baik bagi kesehatan maupun dari segi pemakaian lainnya. Pembatasan pH dilakukan karena pH akan mempengaruhi rasa, korosivitas air, dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksik dalam bentuk molekuler, yang disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.
Kehadiran unsur Arsen (As) pada kadar yang rendah, sudah bersifat racun untuk manusia, sehingga perlu dibatasi secara ketat (maksimum sekitar 0,05 mg/L). Demikian pula unsure sianida (Cn). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih menyebabkan timbulnya rasa dan bau logam, menimbulkan warna koloid merah (karat) dalam air akibat oksidasi oleh oksigen terlarut dan dapat bersifat racun bagi manusia.
Mikroorganisme Indikator
Kriteria untuk suatu mikroorganisme indicator yang ideal, adalah sebagai berikut:
1.             Harus merupakan anggota mikroflora intestinal hewan berdarah panas.
2.             Harus terdapat pada saat pathogen ada dan tidak ada pada sampel yang tidak terkontaminasi.
3.             Harus terdapat dalam jumlah yang lebih besar dari pathogen.
4.             Resistensinya terhadap lingkungan dan disiinfeksi dalam system pengolahan air dan air buangan, paling sedikit sebanding dengan pathogen.
Indikator kehadiran bakteri coliform merupakan polusi kotoran akibat kondisi sanitasi yang buruk terhadap air dan makanan.. Bakteri coliform ada 2 jenis :
1.      Fekal : berasal dari tinja manusia dan mamalia (misal : Escherichia coli)
2.      Nonfekal : berasal dari sumber lain (misal : Enterobacter aerogenes, Klebsiella).
Mikroorganisme indicator yang biasa digunakan atau dianjurkan:
a.             Coliform total
Kelompok Coliform total termasuk bakteri bentuk batang, Gram-negatif, tidak membentuk spora, aerobic dan anaerobic fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan gas dalam 48 jam pada suhu 35oC. Kelompok ini termasuk Escherichia coli, Enterobacter, dan Citrobacter. Coliform tersebut dikeluarkan dalam jumlah yang besar (2x109 coliform per hari per kapita) dalam feses manusia dan hewan, tetapi tidak semua bakteri tersebut berasal dari fekal.
Indikator tersebut sering digunakan untuk menentukan kualitas air minum, kerang air, air untuk rekreasi. Mikroorganisme tersebut kurang sensitif terhadap disinfekatan dan faktor lingkungan jika dibandingkan dengan virus atau kista protozoa.
b.                   Coliform Fekal
Coliform fekal termasuk semua coliform yang dapat memfermentasi laktosa pada suhu 44,5oC. Kelompok coliform fekal terdiri dari bakteri E.coli dan Kleibsiella pneumonia. Adanya coliform fekal menunjukkan adanya bakteri fekal dari hewan berdarah panas.
Coliform fekal kurang resisten terhadap disinfeksi dibandingkan dengan virus atau kista protozoa. Standar coliform tidak layak digunakan untuk menunjukkan polusi virus pada kerang dan air yang berhubungan. Coliform fekal juga tumbuh kembali pada air dan air limbah dalam kondisi yang memungkinkan.
c.                             Streptococcus fekal
Kelompok bakteri ini menempati saluran intestinal manusia dan hewan berdarah panas, sehingga kelompok ini digunakan untuk menentukan kontaminasi fekal dalam air. Anggota kelompok ini tetap ada dalam lingkungan tetapi tidak berkembangbiak. Subkelas dari kelompok streptococcus fekal dianggap sering digunakan untuk menunjukkan adanya virus, khususnya dalam lumpur dan air laut.
d.            Bakteri anaerobic
Clostridium perfringens, mikroorganisme ini merupakan bakteri bentuk batang, pembentuk spora, gram negative anaerobic yang menghasilkan spora jika terdapat tekanan lingkungan dan disinfeksi. Spora yang sangat kuat membuat bakteri ini sangat resisten untuk digunakan sebagai mikroorganisme indicator. Bakteri ini layak menjadi indicator untuk mengetahui asal polusi fekal pada lingkungan laut.
Bifidobacteria merupakan bakteri gram positif, tidak membentuk spora, anaerobic disarankan sebagai indicator fekal. Kelompok bakteri tersebut dapat membantu membedakan kontaminasi yang disebabkan oleh manusia ataupun disebabkan oleh hewan.
Bacteroides spp bakteri ini terdapat dalam saluran intestinal pada konsentrasi kira-kira 1010 sel per gram feses, dan ketahanan hidup bakteri ini dalam air lebih rendah dari E.coli.
Bakteriofaga, digunakan sebagai indicator kualitas air di daearh muara (estuaria), air laut, air bersih untuk rekreasi, dan air minum. Colifaga juga merupakan indicator untuk menaksir efisiensi pembersihan system pengolahan air limbah dan air.
2.2.        Biodegradasi dan Bioremediasi
Aktivitas metabolic mikroorganisme dapat dimanfaatkan di dalam lingkungan alam yang kompleks seperti di dalam air, tanah, atau kompos dengan kandungan organic tinggi dimana kondisi fisik dan nutrisi untuk pertumbuhan mikroba tidak bisa dikontrol secara teratur.
1.      Biodegradasi
Biodegradasi adalah pemecahan cemaran organik oleh aktivitas mikroba yang melibatkan serangkaian reaksi enzimatik. Umumnya terjadi karena senyawa tersebut dimanfaatan sebagai sumber makanan (substrat). Biodegradasi yang lengkap disebut juga sebagai mineralisasi, dengan produk akhirnya berupa karbondioksida dan air.  Proses ini dipakai dalam pengolahan limbah untuk menjadi CO2 dan air.Ko-metabolisma (co-metabolism) yaitu kemampuan mikroba dalam mengoksidasi atau metabolisasi suatu senyawa tetapi energi yang dihasilkan tidak dapat digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan. Terjadi jika mikroba secara kebetulan menghasilkan suatu enzim yang mampu mendegradasi senyawa tertentu, sehingga dikatakan enzim tersebut tidak spesifik. 
Penambahan N dan P pada lingkungan yang tercemar hidrokarbon pada rasio C:N:P = 100:10:1. Hal ini merupakan nilai N P ratio yang digunakan mikroorganisme untuk melakukan metabolisme.  Apabila kandungan N yang ada terdapat pada sumber lain maka ratio N P mungkin saja tidak sama.
Degradasi pada komponen yang kompleks membutuhkan beberapa tahapan yang berbeda, berkaitan dengan jenis mikrobanya. Biodegradasi dapat dipakai untuk menjelaskan tiga jenis utama pada perubahan molekul, yaitu : 1) perubahan minor di dalam sebuah senyawa organic seperti subsitusi pada golongan  hidroksil pada kelompok klorin, 2) fragmentasi pada senyawa organic komplek menjadi fragmen organic untuk dapat disusun kembali menjadi molekul semula, 3) degradasi lengkap senyawa organic pada mineral (Willey,etc.2008).
Biodegrabilitas (penguraian secara biologic/mikrobiologik) suatu senyawa bergantung pada sifat dan susunan bahan atau senyawa yang diurai, umumnya senyawa organic mempunyai sifat yang tinggi (cepat) sedangkan senyawa anorganik mempunyai sifat yang rendah ( lambat atau sangat lambat)  tetapi dalam kenyataannya khususnya di lingkungan alami, biodegrabilitas ditentukan oleh beberapa faktor, baik faktor biotik (bentuk dan sifat organism pengurai) dan faktor abiotik (bentuk, kadar air, suhu, sumber energi, sumber nutrisi, pH bahan yang akan diurai) (Kusnadi,2003).

2.      Bioremediasi  
Bioremediasi berasal dari dua kata yaitu bio dan remediasi yang dapat diartikan sebagai proses dalam menyelesaikan masalah. Menurut Munir (2006), bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran. Menurut Sunarko (2001), bioremediasi mempunyai potensi untuk menjadi salah satu teknologi lingkungan yang bersih, alami, dan paling murah untuk mengantisipasi masalah-masalah lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan, bioremediasi adalah salah satu teknologi untuk mengatasi masalah lingkungan dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang dimaksud adalah khamir, fungi, dan bakteri yang berfungsi sebagai agen bioremediator.
Sejumlah senyawa kimia berbahaya (kontaminan pencemaran) dan kelompok bahan buangan sudah diperbaiki melalui bioremediasi. Bioremediasi merupakan proses perbaikan bahan buangan atau limbah dengan melibatkan mikroorganisme. Terdapatya senyawa berbahaya dalam lingkungan karena , kondisi lingkungan tersebut tidak memungkinkan aktivitas mikroba untuk melakukan degradasi secara biokimia (Kusnadi,2003).
Teknik pertama yang digunakan adalah mengevaluasi, menentukan batas kondisi lingkungan pada daerahyang tercemar bahan tertentu. Rancangan akhir harus menyediakan control untuk memanpulasi keadaan lingkungan tersebut dalam rangka menigkatkan biodegradasi senyawa target. Senyawa target merupakan senyawa kimia berbahaya yang akan diremediasi  Limbah domestic (umumnya banyak mengandung bahan organic) dan limbah non domestic ( umumnya banyak mengandung bahan anorganik) memiliki kandungan senyawa yang berbeda serta perbedaan biodegrbilitas.
Terdapat sedikit perbedaan antara rancangan prinsip proses biologic/ biodgradasi air limbah dengan bioremediasi senyawa kimia berbahaya. Proses biologic merupakan proses katalis senyawa kimia oleh mikroorganisme yang terjadi secara alami. Pada bioremediasi menggunakan teknik kimia dan teknik lingkungan. Bioremediasi lebih rumit karena menggunakan katalis / enzim yang disuplai oleh mikroorganisme yang mengkatalisis penghancuran senyawa berbahaya spesifik (senyawa target) (Kusnadi,2003).
Keberhasilan proses bioremediasi dikontrol oleh sumber energi, sistem donor-akseptor electron, dan nutrient. Pelaksanaan bioremediasi membutuhkan pemahaman mengenai hubungan timbal balik dari fungsi-fungsi mikroorganisme tersebut. Rancangan suatu proses bioremediasi melibatkan optimalisasi dan pengendalian bagian tertentu dari siklus kimia (Kusnadi,2003).
Proses pengolahan limbah cair oleh mikroba dalam mendegradasi senyawa kimia yang berbahaya di lingkungan sangat penting. Dalam proses degradasinya, mikroba menggunakan senyawa kimia tersebut untuk pertumbuhan dan reproduksinya melalui berbagai proses oksidasi (Munir, 2006). Misalnya mengubah bahan kimia menjadi air dan gas yang tidak berbahaya misalnya CO2.
Saat terjadinya bioremediasi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroba memodifikasi senyawa kimia berbahaya dengan mengubah struktur kimianya biasa disebut biotransformasi. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, di mana senyawa kimia terdegradasi, strukturnya tidak kompleks dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun (Aguskrisno, 2011).
Proses Bioremediasi
Mikroba dalam mengolah senyawa kimia berbahaya dapat berlangsung apabila adanya mikroba yang sesuai dan tersedia kondisi lingkungan yang ideal tempat tumbuh mikroba seperti suhu, pH, nutrient, dan jumlah oksigen. Aplikasi bioremediasi di Indonesia mengacu pada keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun 2003 mengatur tentang tatacara dan persyaratan teknis pengolahan limbah dan tanah terkontaminasi oleh minyak bumi secara biologis. Bioremediasi dapat dilakukan dengan menggunakan mikroba lokal. Pada umumnya, di daerah yang tercemar jumlah mikroba yang ada tidak mencukupi untuk terjadinya bioproses secara alamiah (Suhardi, 2010).
Teknologi bioremediasi dalam menstimulasi pertumbuhan mikroba dilakukan dengan dua cara yaitu
1.      Biostimulasi adalah memperbanyak dan mempercepat pertumbuhan mikroba yang sudah ada di daerah tercemar dengan cara memberikan lingkungan pertumbuhan yang diperlukan, yaitu penambahan nutrien dan oksigen. Jika jumlah mikroba yang ada dalam jumlah sedikit, maka harus ditambahkan mikroba dalam konsentrasi yang tinggi sehingga bioproses dapat terjadi. Mikroba yang ditambahkan adalah mikroba yang sebelumnya diisolasi dari lahan tercemar kemudian setelah melalui proses penyesuaian di laboratorium di perbanyak dan dikembalikan ke tempat asalnya untuk memulai bioproses. Namun sebaliknya,  jika kondisi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, mikroba akan tumbuh dengan lambat atau mati. Secara umum kondisi yang diperlukan ini tidak dapat ditemukan di area yang tercemar.
2.      Bioaugmentasi merupakan penambahan produk mikroba komersial ke dalam limbah cair untuk meningkatkan efisiensi dalam pengolahan limbah secara biologi. Hambatan mekanisme ini yaitu sulit untuk mengontrol kondisi situs yang tercemar agar mikroba dapat berkembang dengan optimal. Selain itu mikroba perlu beradaptasi dengan lingkungan tersebut (Uwityangyoyo, 2011). Menurut Munir (2006), dalam beberapa hal, teknik bioaugmentasi juga diikuti dengan penambahan nutrien tertentu.
3.      Bioremediasi intrinsik terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang tercemar.
Keuntungan Bioremediasi
1.      Bioremediasi sangat aman digunakan karena menggunakan mikroba yang secara alamiah sudah ada dilingkungan (tanah).
2.      Bioremediasi tidak menggunakan/menambahkan bahan kimia berbahaya.
3.      Tidak melakukan proses pengangkatan polutan.
4.      Teknik pengolahannya mudah diterapkan dan murah biaya.
Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pengolahan tergantung pada faktor jenis dan jumlah senyawa kimia yang berbahaya yang akan diolah, ukuran dan kedalaman area yang tercemar, jenis tanah dan kondisi setempat dan teknik yang digunakan.
Kesimpulan:
1.      Mikrobiologi udara berkaitan dengan mikroorganisme yang ada di udara. Udara sebagai perantara bagi mikroba menuju ke inang.
2.      Biodegradasi adalah proses penguraian senyawa kimia melalui proses biologi. Bioremediasi merupakan proses perbaikan bahan buangan atau limbah dengan melibatkan mikroorganisme. Terdapatya senyawa berbahaya dalam lingkungan karena, kondisi lingkungan tersebut tidak memungkinkan aktivitas mikroba untuk melakukan degradasi secara biokimia
Rujukan :
Cotty, Peter J.Ramon Jaime Gracia.2007. Influences of climate on aflatoxin producing fungi and aflatoxin contamination. USA
Hamdiyati, Yanti. Tanpa tahun. Mikrobiologi Lingkungan (Mikrobiologi Tanah dan Mikrobiologi Air).
Imaniar, Erin. Ety Apriliana. Prambudi Rukmono. Tanpa tahun. Kualitas Mikrobiologi Udara di Inkubator Unit Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Kusnadi, dkk. 2003. Common Textbook Mikrobiologi. Bandung: FMIPA UPI.
Kusnadi. Peristiwati. Ammi Syulasmi. Widi Purwianingsih. Diana Rochintaniawati. 2003. Common Text Book (Edisi Revisi) Mikrobiologi. JICA: Universitas Pendiidikan Indonesia.
Willey, Joanne M., Linda M. Sherwood, ChristopherJ.Woolverton. 2008. Microbiology. 7 thedt. New York. McGraw Hill

2 komentar: