Kamis, 05 Maret 2015

UJI KUALITAS MAKANAN SANTAN BUBUR



A.    TUJUAN
1.      Mengetahui Angka Lempeng Total (ALT) koloni bakteri yang terdapat dalam sampel bahan makanan cair yaitu santan bubur.
2.      Menentukan kualitas mikrobiologi sampel makanan yang diperiksa berdasarkan  ALT koloni bakteri

B.     DASAR TEORI
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik  yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Dalam bahan pangan, tentu saja belum sepenuhnya steril dan masih dimungkinkan terdapat suatu koloni bakteri, oleh sebab itu perlu dilakukan pengujian bahan makanan (Jutono, 1980).
Cemaran mikroba merupakan mikroba yang keberadaanya dalam pangan pada batas tertentu dapat menimbulkan resiko terhadap kesehatan. Secara kuantitatif batas maksimum dinyatakan sebagai jumlah maksimum mikroba yang diizinkan terdapat dalam pangan. Jumlah maksimum ini dinyatakan dalam angka atau jumlah koloni per satuan berat atau volume.secara kualitatif batas maksimum dinyatakan sebagai negatif per satuan berat atau volume tertentu (Primasanti, 2014).  
Menurut Fardiaz (1992), metode yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikrobia di dalam bahan pangan adalah metode hitungan cawan. Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitung cawan dapat dibedakan atas dua cara, yaitu metode tuang dan metode permukaan. Pada metode tuang, jumlah sampel (1 ml atau 0,1 ml) dari pengenceran yang dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian digoyangkan supaya sampel tersebar merata. Pada metode permukaan, agar-agar steril dituangkan ke dalam cawan petri setelah membeku sebanyak 0,1 ml, contoh yang telah diencerkan diinokulasikan pada permukaan agar-agar dan diratakan dengan batang gelas melengkung (hockey stik) steril.
Perhitungan jumlah koloni dilakukan dengan hitungan cawan (Total Plate Counts) berdasarkan pertumbuhan dapat dilihat langsung tanpa mikroskop (Fardiaz, 1992).  Menurut Jutono (1980), tidak semua jumlah bakteri dapat dihitung. Ada beberapa syarat perhitungan yang harus dipenuhi, yaitu :
1.        Jumlah koloni tiap petridish antara 30-300 koloni, jika memang tidak ada yang memenuhi syarat dipilih yang jumlahnya mendekati 300.
2.        Tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas petridish, koloni tersebut dikenal sebagai spreader.
3.        Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang bertururt-turut antara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya, jika sama atau lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata, tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai jumlah mikrobia dari hasil pengenceran sebelumnya.
4.        Jika dengan ulangan setelah memenuhi syarat hasilnya dirata-rata. Dalam perhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan pengenceran. Pada pengenceran dengan menggunakan botol cairan terlebih dahulu dikocok dengan baik sehingga kelompok sel dapat terpisah. Pengenceran sel dapat membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar. Namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan jumlah koloni yang umumnya relatif rendah.
5.        Pengenceran dilakukan agar setelah inkubasi, koloni yang terbentuk pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Dimana jumlah terbaik adalah antara 30 sampai 300 sel mikrobia per ml, per gr, atau per cm permukaan (Fardiaz, 1992).
Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, makin sedikit sedikit jumlah mikrobia, dimana suatu saat didapat hanya satu mikrobia pada satu tabung. Inkubasi dilakukan selama 2 x 24 jam karena jumlah mikrobia maksimal yang dapat dihitung, optimal setelah masa tersebut yaitu akhir inkubasi. Selama masa inkubasi, sel yang masih hidup akan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung oleh mata (Waluyo, 2004).
Adapun rumus untuk menghitung jumlah koloni per ml adalah sebagai berikut:
Batas maksimum cemaran mikroba berdasarkan PBOM untuk santan cair :




C.    ALAT DAN BAHAN
·         Alat :
1.      Laminar Air Flow (LAF)
2.      Lampu spirtus
3.      Incubator
4.      Pipet ukur 10 ml, 1 ml, 0,1 ml
5.      Rak tabung reaksi
6.      Tabung reaksi
7.      Vortex
8.      Gelas ukur
9.      Koloni counter
·         Bahan:
1.      Santan bubur sumsum 10 ml
2.      Medium lempeng plate Counter Agar (PCA) 6 buah
3.      Larutan air pepton 0,1 sebanyak  90 ml
4.      Larutan air pepton 0,1 @ 90 ml sebanyak 5 tabung
5.      Alcohol 70 %
6.      Lisol
7.      Sabun cuci
8.      Korek api
9.      Lap
D.   
Disediakan 10 ml bahan makanan cair , menyediakan 5 tabung reaksi berisi air pepton 0,1 ml @ 9ml dan memberi kode A,B,C,D,E, F dan menyediakan 6 medium lempeng yang telah diberi kode A,B,C,D,E,F.

 
PROSEDUR 















Dimasukkan bahan cair tersebut ke dalam 90 ml air pepton 0,1 % dalam labu Erlenmeyer dan dikocok.

 





Diambil 1 ml suspensi kemudian memasukkan ke dalam tabung reaksi A

 





dikocok tabung reaksi A dengan stirrer.

 





diambil 1 ml suspensi dari tabung reaksi A kemudian memasukkan ke dalam tabung reaksi B.


 





dilakukan pengenceran bertahap tersebut sampai pada tabung reaksi F. Tingkat pengenceran susupensi yaitu 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, dan 10-6 .



 
 

















diambil 1 ml dari masing-msing suspensi secara aseptik dan memercikkan ke permukaan medium lempeng dengan kode yang sesuai.

 
                                                                  












ditutup cawan petri yang berisi medium agar dan memutar-mutar cawan petri sehingga inokulum yang ada di permukaan medium tersebut tersebar merata.

 





dilakukan inkubasi biakan pada medium  lempeng tersebut dengan suhu 37 o C selama 1x 24 jam.

 





diamati dan menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada medium lempeng setelah 1 x 24 jam

 


 
















E.     DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Data Hasil Pengamaatan Jumlah Koloni Bakteri Santan Bubur
Cawan
Tingkat Pengenceran
Jumlah Koloni
(Inkubasi 1x24 jam)
A
10-1
277
B
10-2
224
C
10-3
116
D
10-4
66
E
10-5
15
F
10-6
1

F.     ANALISIS
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan pangan yang berupa cairan yaitu santan bubur yang di beli dari pedagang X yang berjualan di sekitar Jalan Sumbersari, Lowokwaru, Malang. Sampel makanan diencerkan sebanyak enam kali. Tingkat pengenceran yang digunakan yaitu  10-1, 10-2 , 10-3 , 10-4,10-5,10-6. Sampel yang telah diencerkan pada masing-masing tingkat pengenceran kemudian di inokulasi pada medium lempeng dan diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 370C.
Berdasarkan pengamatan didapatkan hasil pada cawan petri A dengan tingkat pengenceran 10-1 terdapat 277 koloni bakteri, pada cawan petri B dengan tingkat pengenceran 10-2 terdapat 224 koloni bakteri, pada cawan petri C dengan tingkat pengenceran 10-3 terdapat 116 koloni bakteri, pada cawan petri D dengan tingkat pengenceran 10-4 terdapat 66 koloni bakteri, pada cawan petri E dengan tingkat pengenceran 10-5 terdapat 15 koloni bakteri, pada cawan petri F dengan tingkat pengenceran 10-6 terdapat 1 koloni bakteri. Untuk menghitung ALT ada ketentuan bahwa jumlah koloni bakteri pada cawan yang dapat dihitung Angka Lempeng Totalnya adalah  yang miliki rentangan 30–300 koloni. Berdasarkan hasil pengamatan  maka cawan yang dapat di hitung adalah cawan A, B, C, dan D. Perhitungan ALT adalah dengan menggunakan rumus:


Tabel 2 Angka Lempeng Total Koloni Bakteri Santan Bubur
Cawan
Tingkat Pengenceran
Jumlah Koloni
(Inkubasi 1x24 jam)
Volume
ALT
A
10-1
277
0,1
2,8 X 102
B
10-2
224
0,1
2,2 X 103
C
10-3
116
0,1
1,2X 104
D
10-4
66
0,1
6,6 X 104
E
10-5
15
0,1
TSUD
F
10-6
1
0,1
TSUD
Keterangan : TSUD= Terlalu Sedikit Untuk Dihitung

Dari ke empat ALT tersebut kemudian dipilih dua ALT  pada tingkat pengenceran 10-1 dan 10-2. Kedua ALT tersebut kemudian dicari perbandingannya antara hasil tertinggi dan terendah jika ≤ 2 maka harus harus ditentukan rerata dari kedua nilai tersebut dengan memperhitungkan tingkat pengenceranya tetapi jika > 2 maka yang digunakan sebagai ALT adalah yang pada tingkat pengenceran  kecil. Perhitungan perbandingan nilai ALT adalah sebagai berikut:

Sehingga ALT yang digunakan adalah yang pada pengenceran 10-1 yaitu 2,8 x 102 koloni /gram. 
Nilai ALT (300C, 72 jam) untuk produk santan menurut SK cemaran BPOM adalah sebesar 1x106 koloni/g sedangkan ALT santan bubur hasil analisis adalah 2,8 x 102 koloni /g sehingga berdasarkan hasil diketahui bahwa santan bubur memiliki nilai ALT yang lebih rendah daripada ALT  untuk produk santan yang dikeluarkanoleh BPPOM. Berdasarkan ALT maka santan bubur dalam batas aman untuk dikonsumsi.  

G.    PEMBAHASAN
Percobaan uji makanan pada santan bubur sumsum yang telah dilakukan, ditentukan angka cemaran mikroba atau angka lempeng total (ALT). Angka lempeng total (ALT) adalah metode kuantitatif yang yang digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba pada suatu sampel (BPOM RI, 2008).
Angka lempeng total menunjukan jumlah koloni bakteri tiap milliliter atau gram suatu sampel makanan pada tingkat pengenceran tertentu. Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual dan dihitung, kemudian hasil diinterpretasi sebagai jumlah koloni (cfu) per ml/g atau koloni/100 ml (Mansauda dkk.,2014).
Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang, cara tetes dan cara sebar (BPOM RI,2008). Penentuan ALT pada percobaan ini digunakan metode penuangan agar. Untuk metode ini dilakukan pengenceran serial. Serial Dilution adalah pengenceran bertahap dari suatu zat dalam larutan. Biasanya faktor pengenceran di setiap langkah adalah konstan, sehingga dalam perkembangan geometris dari konsentrasi dalam mode logaritmik. Sebuah pengenceran sepuluh kali lipat serial dapat 1 M, 0,1 M, 0,01 M, 0,001 M. Pengenceran serial digunakan untuk menciptakan solusi yang sangat akurat diencerkan serta solusi untuk percobaan menghasilkan kurva konsentrasi dengan skala logaritmik (Akib,2009).
Analisis ALT menggunakan media Plate Count Agar dengan menanam 0,1 ml sampel yang telah diencerkan ke dalam cawan petri. Perhitungan pada koloni hanya dihitung dengan jumlah koloni antara 30-300. Hal ini dikarenakan media agar dengan jumlah koloni tinggi (> 300 koloni) sulit untuk dihitung, sehingga kemungkinan besar kesalahan perhitungan sangat besar. Sedangkan untuk jumlah koloni sedikit (< 30 koloni) tidak absah dihitung secara statistik (Fardiaz, 1993).
ALT  yang ada di bawah batas maksimum suatu sampel makanan   merupakan salah satu syarat suatu makanan layak dikonsumsi ataukah sebaliknya.  Hal tersebut dikarenakan pangan dapat menjadi beracun karena telah terkontaminasi oleh bakteri patogen yang kemudian dapat tumbuh dan berkembang biak selama penyimpanan, sehingga mampu memproduksi toksin yang dapat membahayakan manusia. Jika  jumlah koloni bakteri yang mencemari suatu makanan melebihi jumlah batas maksimum  ALT maka makanan tersebut tidak layak dikonsumsi (BPOM RI, 2008).
Bakteri yang terdapat pada suatu makanan bermacam-macam.  Umumnya bakteri yang dapat menyebabkan keracunan yaitu Salmonella, Shigella, Campylobacter, Listeria monocytogenes, Yersinia enterocolityca, Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens, Clostridium botulinum, Bacillus cereus, Vibrio cholerae. Vibrio parahaemolyticus, E.coli enteropatogenik dan Enterobacter sakazaki (BPOM RI,2008).
Berdasarkan hasil analisis ALT diketahui bahwa pada santan bubur sumsum yang dibeli di Jalan Ambarawa Kota Malang, memiliki ALT yang lebih kecil dari batas maksimum ALT BPOM RI untuk produk santan cair. Santan kelapa tersebut memilki ALT (Angka Lempeng Total) sebesar 2,8 x 102 koloni/ml sedangkan batas maksimum  Angka lempeng total maksimum  yang diizinkan oleh BPOM RI  untuk produk santan cair, pasta kelapa, dan kelapa adalah 1 x106 koloni/gram. Nilai ALT dari santan bubur sumsum dibawah nilai ALT yang ditetapkan oleh BPOM. Berpedoman pada batas maksimum cemaran mikroba dalam makanan tahun 2009 yang dikeluarkan oleh BPOM RI maka dapat disimpulkan bahwa ALT koloni bakteri santan bubur sumsum yang dibeli di Jalan Ambarawa Kota Malang masih dalam batas aman untuk dikonsumsi.
Komposisi santan kelapa yang digunakan meliputi santan cair, gula merah, gula putih, dan garam. Dari komposisi santan kelapa tersebut dapat diketahui bahwa ada sumber makanan organik yang dapat digunakan sebagai sumber makanan mikroba, yaitu santan cair. Bahan ini diduga dapat memapaparkan cemaran mikroba,serta ditinjau dari tempat penjualan sampel yaitu di jalan ambarawa tepat menghadap persimpangan yang sering dilewati oleh kendaraan, pelajar, penduduk sekitar, dan makanan ini dijual tepat di sebelah got besar yang kurang bersih dapat menjadi kemungkinan sampel dapat terpapar oleh mikroba karena mikroba dapat tersebar dan hidup bebas terutama dalam lingkungan yang padat penduduk dan lalu lintasnya (Adam,1992).
Menurut BPOM RI (2008) banyak faktor yang  mempengaruhi jumlah serta jenis mikroba yang terdapat dalam makanan, diantaranya adalah sifat makanan itu sendiri (pH, kelembaban, nilai gizi), keadaan lingkungan dari mana makanan tersebut diperoleh, serta kondisi pengolahan dan  penyimpanan. Jumlah mikroba yang terlalu tinggi dapat mengubah karakter organoleptik, mengakibatkan perubahan nutrisi/ nilai gizi atau bahkan merusak makanan tersebut.
Adapun syarat-syarat tempat pengolahan makanan/dapur yang baik antara lain, seperti: harus tersedia persediaan air yang cukup dan memenuhi syarat-syarat kesehatan. Syarat kesehatan yang dimaksud diantaranya adalah tempat pengolahan harus selalu bersih, terlindung dari insekta dan binatang pengerat lainnya (Depkes RI, 1991). Menurut Fardiaz (1993)  koloni yang tumbuh menunjukkan jumlah seluruh mikroorganisme yang ada di dalam sampel, seperti: bakteri, kapang dan khamir.
Kebersihan seorang pengolah makanan sangat perlu diterapkan dalam pengolahan makanan untuk mencegah penularan penyakit melalui makanan. Karena itu pengetahuan pengolah santan kelapa tentang kebersihan perlu ditingkatkan. Salah satu caranya adalah dengan memberikan penyuluhan kepada para pedagang mengenai pentingnya kebersihan perorangan, seperti: selalu mencuci tangan dengan sabun dan pada air mengalir sebelum mengolah makanan , setelah memegang makanan mentah dan setelah dari kamar mandi, tidak memakai perhiasan saat bekerja, selalu menutup makanan yang telah dimasak agar terhindar dari lalat dan serangga lainnya terutama mikroba yang terbawa angin, menggunakan penjempit makanan, sendok, atau garpu pada saat mengambil makanan yang dijual. Selain tentang kebersihan perorangan, pengolah makanan juga perlu diberitahukan mengenai dampak yang dapat terjadi akibat pengolahan makanan yang tidak baik (Yunita, 2010).
Walaupun nilai ALT santan bubur sumsum dibawah batas yang telah ditetapkan BPOM, harus dipehatikan juga penggunaan bahan bakunya. Makanan yang dijual biasanya menggunakan zat aditif agar makanan tampak lebih cantik dan meningkatkan nilai rasa. Zat aditif yang dipakai seperti pewarna makanan, pemanis buatan, juga penambah aroma mkanan dan minuman. Faktor kandungan zat aditif tersebut dapat mempengaruhi jumlah mikroba yang ada makanan yang bersangkutan.

H.    KESIMPULAN
1.      ALT (Angka Lempeng Total) santan bubur sumsum adalah 2,8 x 102 koloni/ml. ALT tersebut kurang dari batas maksimum cemaran koloni bakteri dalam pangan yang ditetapkan oleh BPOM RI untuk produk santan cair, krim kelapa, dan pasta cair yaitu dengan ALT (300C, 72 jam) 1 x106 koloni/g.
2.      Berdasarkan nilai ALTnya santan bubur sumsum yang dijual di Jalan Ambarawa Kota Malang masih dalam batas aman untuk dikonsumsi.  










Rujukan :
Akib, Hasniah. 2009. Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia  dalam Makanan. Jakarta : BPOM
Adam, S., 1992. Hygiene Perseorangan. Bhratara, Jakarta.
BPOM RI.2008. InfoPOM: Pengujian Mikrobiologi Pangan. Online. www.infoPOM.go.id. diakses pada 14 Oktober 2014.
Departemen Kesehatan RI. 1991. Petunjuk Pemeriksaan Mikrobiologi Makanan dan Minuman. Jakarta: Depkes RI Press.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Jutono, J. 1980.  Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Yogyakarta:
Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011. Penetapan Batas Maksimum Cemaran. Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Mansauda, Karlah L. R., Fatimawali & Kojong Novel .2014. Analisis Cemaran Bakteri Coliform Pada Saus Tomat Jajanan Bakso Tusuk Yang Beredar Di Manado. Pharmacon: Jurnal Ilmiah Farmasi. III(2): 37-44. Online ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/.../4300 diakses pada 29 Oktober 2014.
Primasanti. 2014. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Pangan. (online) http://ub.ac.id/cdrhprimasanti90/files/2014/03/SNI-7388-2009-Batas maksimum-cemaran-mikroba-dalam-pangan.pdf diakses pada tanggal 18 Oktober 2014 Buckle, K. A. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia press. Jakarta.
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press, Malang.
Yunita.2010. Kualitas Mikrobiologi Nasi Jinggo Berdasarkan Angka Lempeng Total Coliform Total dan Kandngan E. Coli. (online), (http://ojs.unud.ac.id/index.php/BIO/article/download/588/397) , diakses pada tanggal 14 Oktober 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar