BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bioteknologi
berasal dari dua kata, yaitu ‘bio’ yang berarti makhuk hidup dan ‘teknologi’
yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua
kata tersebut European Federation of Biotechnology (1989)
mendefinisikan bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan
ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian
dari organisme hidup, dan/atau analog molekuler untuk menghasilkan produk dan
jasa (Goenadi & Isroi, 2003).
Produk-produk
yang dihasilkan dari bioteknologi memiliki nilai guna yang sangat mempengaruhi
kehidupan. Hal itu disebabkan produk bioteknologi tidak hanya dapat dihasilkan
pada satu bidang saja, melainkan hampir semua bidang makhluk hidup dapat dapat
dibantu dari produk tersebut. Seperti pada bidang kedokteran yang memanfaatkan
bioteknologi pada pembuatan antibodi monoklonal, terapi genetika, vaksin,
pengendalian demam berdarah dengan Baclhis
thuringiensis, memangkas malaria secara genetika, usaha pencangkokan gen
pada penderita Thalassemia, bayi
tabung, dan lainnya.
Secara umum, bioteknologi dapat dibedakan
menjadi bioteknologi konvensional (tradisional) dan modern. Keduanya memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda. Pada
bioteknologi konvensional memiliki ciri sebagai berikut : 1) Dilakukan
tanpa dilandasi prinsip-prinsip ilmiah, 2) Dilakukan hanya berdasarkan
pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun, dan 3) Belum dapat diproduksi
secara masal. Sedangkan bioteknologi modern memiliki ciri sebagai berikut : 1) Dilakukan menggunakan prinip-prinsip
ilmiah, 2) Dilakukan tidak hanya berdasarkan prinsip turun menurun tetapi
berdasarkan pengkajian yang mendalam, dan 4) Dapat diproduksi secara masal.
Kemajuan di bidang bioteknologi ini tidak lepas dari berbagai
kontroversi yang melingkupi perkembangan teknologinya. Sebagai contoh,
teknologi kloning dan rekayasa genetika terhadap tanaman pangan mendapat
kecaman dari bermacam-macam golongan.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
penerapan bioteknologi secara konvensional?
2. Bagaimana
penerapan bioteknologi secara modern?
3. Bagaimana
cara membedakan antara bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern?
4. Bagaimana
kelebihan dan kekurangan dari bioteknologi konvensional dan bioteknologi
modern?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui penerapan bioteknologi secara konvensional.
2. Untuk
mengetahui penerapan bioteknologi secara modern.
3. Untuk
mengetahui cara membedakan antara bioteknologi konvensional dan bioteknologi
modern.
4. Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari bioteknologi konvensional dan
bioteknologi modern.
BAB II
ISI
2.1 Bioteknologi Konvensional
Bioteknonologi
konvensional adalah bioteknologi yang memanfaatkan mikroorganisme untuk
memproduksi produk-produk dari mikroorganisme tersebut, seperti alkohol, bahan
makanan dan gula. Bioteknologi dalam artian pemanfaatan
mikroorganisme untuk mengolah makanan dan minuman, telah dikenal sejak jaman
dahulu sebelum masehi. Proses yang biasa
dilakukan mikroorganisme ini disebut dengan proses fermentasi dan akan
menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia seperti tempe, tape, yoghurt
dan keju. Salah satu ciri dari bioteknologi tradisional adalah penggunaan
mikroorganisme secara langsung dalam mengubah bahan pangan. Bioteknologi mikroba ini merupakan suatu perkembangan ilmu teknologi yang menggunakan agen hayati dalam menghasilkan suatu produk, dan agen tersebut adalah mikroba (Wijharutami, A.Z., 2010).
Penggunaan mikroba dalam ilmu bioteknologi pada umumnya menggunakan teknik fermentasi. Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu
yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba.
Produk-produk tersebut biasanya dimanfatkan sebagai minuman atau makanan. Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak
lama. Sebagai suatu proses fermentasi memerlukan
(Waites, et. al, 2001):
1.
Mikroba sebagai inokulum.
2.
Tempat (wadah) untuk menjamin proses fermentasi berlangsung dengan
optimal.
3.
Substrat sebagai tempat tumbuh
(medium) dan sumber nutrisi bagi mikroba.
Medium untuk fermentasi biasa disebut substrat. Biasanya pada teknologi fermentasi digunakan bahan dasar
yang mengandung karbon. Oleh karena itu,
kebanyakan berasal dari tumbuhan dan sedikit dari produk hewani. Sebagai contoh biji-bijian
(grain) dan susu (milk).
Teknik fermentasi merupakan teknik yang digunakan pada bioteknologi
konvensional. Berikut contoh dari beberapa penerapan bioteknologi
konvensional:
a. Pembuatan
tempe
Tempe merupakan
salah
satu
makanan
hasil
fermentasi yang dilakukan
oleh
spesies
jamur
tertentu.
Selama proses fermentasi
ini
terjadi
perubahan
fisik
dan
kimiawi
pada
kedelai
sehingga
menjadi
tempe. Banyak
faktor yang mempengaruhi
keberhasilan proses
pembuatan tempe. Salah satu
factor
adalah
aerasi (Hastuti, 2008).
Tempe adalah
hasil fermentasi dari kacang kedelai. Raginya adalah Rhizopus oligosporus
atau Rhizopus oryzae. Berbeda dengan kacang kedelai yang strukturnya
keras, tempe cenderung lunak, empuk, dan memiliki aroma yang khas (Pujosusilo, 1997).
Banyak bahan makanan yang dibuat dengan bantuan fermentasi oleh mikroba.
Yang terutama menyebabkan fermentasi dalam pembuatan produk-produk makanan
tersebut ialah bakteri asam laktat. Mikroorganisme yang menyebabkan
perubahan-perubahan ini dapat berupa flora normal yang terdapat pada bahan
makanan yang akan difermentasikan atau dapat ditambahkan sebagai biakan pemula
(Irianto, 2007). Rhizophus sp. Merupakan organisme yang
dipergunakan sebagai biakan pemula didalam pembuatan tempe.
Beberapa
faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tempe adalah sebagai berikut:
1.
Oksigen→
Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran udara yang terlalu cepat
menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga dihasilkan panas
yang dapat merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena itu apabila digunakan
kantong plastik sebagai bahan pembungkusnya maka sebaiknya pada kantong
tersebut diberi lubang dengan jarak antara lubang yang satu dengan lubang
lainnya sekitar 2 cm.
2.
Uap air → Uap
air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan
karena setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum untuk pertumbuhannya.
3.
Suhu → Kapang
tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu dapat
tumbuh baik pada suhu ruang (25-27oC). Oleh karena itu, maka pada waktu
pemeraman, suhu ruangan tempat pemeraman perlu diperhatikan.
4.
Keaktifan Laru→
Laru yang disimpan pada suatu periode tertentu akan berkurang keaktifannya.
Karena itu pada pembuatan tape sebaiknya digunakan laru yang belum terlalu lama
disimpan agar dalam pembuatan tempe tidak mengalami kegagalan (Sumantri, 2007).
Berdasarkan
atas tingkat kemurniannya, inokulum atau laru tempe dapat dibedakan atas:
inokulum murni tunggal, inokulum campuran, dan inokulum murni campuran. Adapun
perbedaannya adalah pada jenis dan banyaknya mikroba yang terdapat dan berperan
dalam laru tersebut. Mikroba yang sering dijumpai pada laru tempe adalah kapang
jenis Rhizopus oligosporus, atau kapang dari jenis R. oryzae.
Sedangkan pada laru murni campuran selain kapang Rhizopus oligosporus,
dapat dijumpai pula kultur murni Klebsiella. Selain bakteri Klebsiella,
ada beberapa jenis bakteri yang berperan pula dalam proses fermentasi tempe
diantaranya adalah: Bacillus sp., Lactobacillus sp., Pediococcus
sp., Streptococcus sp., dan beberapa genus bakteri yang memproduksi
vitamin B12. Adanya bakteri Bacillus sp pada tempe merupakan kontaminan,
sehingga hal ini tidak diinginkan (Sumantri, 2007).
Pada tempe yang
berbeda asalnya sering dijumpai adanya kapang yang berbeda pula (Dwidjoseputro
dan Wolf, 1970). Jenis kapang yang terdapat pada tempe Malang adalah R.
oryzae., R. oligosporus., R. arrhizus dan Mucor rouxii.
Kapang tempe dari daerah Surakarta adalah R. oryzaei dan R.
stolonifer sedangkan pada tempe Jakarta dapat dijumpai adanya kapang Mucor
javanicus., Trichosporon pullulans., A. niger dan Fusarium
sp. Masing-masing varietas dari kapang Rhizopus berbeda reaksi
biokimianya, hal ini terutama disebabkan adanya perbedaan dari enzim yang
dihasilkan. Pektinase hanya disintesa oleh R. arrhizus dan R.
stolonifer. Sedangkan enzim amilase disintesa oleh R. oligosporus dan
R. oryzae tetapi tidak disintesa oleh R. arrhizus (Sumantri,
2007).
Selama proses
fermentasi, kedelai akan mengalami perubahan baik fisik maupun kimianya.
Protein kedelai dengan adanya aktivitas proteolitik kapang akan diuraikan
menjadi asan-asam amino, sehingga nitrogen terlarutnya akan mengalami
peningkatan. Dengan adanya peningkatan dari
nitrogen terlarut maka pH juga akan mengalami peningkatan. Nilai pH untuk tempe
yang baik berkisar antara 6,3 sampai 6,5. Kedelai yang telah difermentasi
menjadi tempe akan lebih mudah dicerna. Selama proses fermentasi karbohidrat
dan protein akan dipecah oleh kapang menjadi bagian-bagian yang lebih mudah
larut, mudah dicerna dan ternyata bau langu dari kedelai juga akan hilang
(Sumantri, 2007).
Kadar air
kedelai pada saat sebelum fermentasi mempengaruhi pertumbuhan kapang. Selama
proses fermentasi akan terjadi perubahan pada kadar air dimana setelah 24 jam
fermentasi, kadar air kedelai akan mengalami penurunan menjadi sekitar 61% dan
setelah 40 jam fermentasi akan meningkat lagi menjadi 64% (Sudarmaji dan
Markakis, 1977 dalam Sumantri, 2007).
Perubahan-perubahan
lain yang terjadi selama fermentasi tempe adalah berkurangnya kandungan
oligosakarida penyebab flatulence. Penurunan tersebut akan terus
berlangsung sampai fermentasi 72 jam (Sumantri, 2007). Selama fermentasi, asam
amino bebas juga akan mengalami peningkatan dan peningkatannya akan mencapai
jumlah terbesar pada waktu fermentasi 72 jam (Murata et al., 1967 dalam
Sumantri , 2007). Kandungan serat kasar dan vitamin akan meningkat pula selama
fermentasi kecuali vitamin B1 atau yang lebih dikenal dengan thiamin (Shurtleff
dan Aoyagi dalam Sumantri, 2007).
b. Pembuatan
Tuak
Tuak adalah minuman
beralkohol khas Batak, yang terbuat dari batang kelapa atau batang Aren yang di
ambil airnya kemudian dicampurkan dengan raru, Ada juga tuak yang tidak
dicampur dengan raru atau yang disebut dengan
tuak tangkasan. Proses pembuatan tuak bagi menjadi dua yaitu ada tuak
yang terbuat dari batang Aren dan batang kelapa, masing-masing pembuat tuak
atau yang disebut dengan paragat mempunyai resep masing-masing dalam
membuat tuak, biasanya resep ini akan
turun-temurun kepada anak-anak pembuat tuak tersebut:
1. Tuak
dari batang aren
Tuak merupakan sadapan yang diambil dari mayang enau
atau aren (Arenga pinnata). Kalau dalam bahasa Indonesia, sadapan dari enau
atau aren disebut nira. Nira tersebut manis rasanya, sedangkan ada dua jenis
tuak sesuai dengan resepnya, yaitu yang manis dan yang pahit (mengandung
alkohol).Hatta Sunanto (1983:17), seorang Insinyur pertanian, menerangkan
"Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada
daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800m di atas permukaan laut.
Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500m dan lebih dari
800m, tanaman aren tetap dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan”.
Penyadap tuak disebut paragat (semacam pisau yang dipakai waktu
menyadap tuak). Setelah dipukul tandannya berulang-ulang dengan alat dari kayu
yang disebut balbal-balbal selama
beberapa minggu, setelah itu mayangnya sudah dapat dipotong, kemudian ujung
tandan tersebut dibungkus dengan obat (kapur sirih atau keladi yang ditumbuk) selama dua-tiga
hari. Dengan prosedur ini barulah mulai datang airnya dengan lancar.
Seorang peragat menyadap tuak dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.Tuak yang
ditampung pagi hari dikumpulkan di rumah paragat. Setelah ujicoba rasanya,
paragat memasukkan ke dalam bak tuak sejenis kulit kayu yang disebut raru supaya cocok rasanya dan alkoholnya,
raru inilah yang mengakibatkan peragian. Resep membuat tuak berbeda-beda
sedikit demi sedikit tergantung para
paragat. Resep masing-masing boleh dikatakan sebagai rahasia perusahaan, maka
tidak menjadi masalah siapa pun bisa berhasil sebagai paragat. Paragat harus
belajar dahulu cara kerjanya.
2. Tuak
dari batang kelapa
Produksi dan distribusi tuak dari batang kelapa hampir sama dengan yang di ambil dari
batang aren. Di Medan Pohon aren tidak dapat tumbuh karena sejajar dengan
permukaan air laut,maka tuak di sadap dari batang kelapa, untuk membuat tuak
harus terlebih dahulu memanjat pohon kelapa.
Manggar ialah bakal buah kelapa yang umurnya sekitar tiga bulan. Artinya, manggar
sudah tua, tetapi belum muncul kelapanya. Manggar muda belum banyak niranya,
sementara yang sudah keluar kelapanya sudah tidak bisa disadap. Penyadapan
dilakukan dengan memotong ujung manggar sekitar lima sentimeter. Setelah itu,
selama tiga hari setiap pagi dan sore ujung manggar tersebut dipotong lagi
sekitar satu sentimeter hingga akhirnya mengeluarkan nira. "Nira baru
dapat keluar kira-kira tiga hari setelah pemotongan pertama Setelah
mengeluarkan nira, pelepah yang
membungkus manggar dapat dibuka. Manggar selanjutnya disatukan dan diikat kuat
lalu diarahkan ke bawah supaya nira dapat menetes. Tetesan nira itulah yang kemudian ditampung di
jerigen-jerigen.
Manggar yang baik, dapat terus meneteskan nira
hingga satu bulan. Sementara yang kurang baik, penyadapan hanya bisa
berlangsung dua minggu. Manggar yang baik biasanya dimiliki pohon kelapa lokal
berumur di atas enam tahun yang daunnya tampak mengkilap dan turun ke bawah. Di
setiap pohon, dalam waktu yang sama
sebaiknya hanya ada dua manggar yang disadap. Sebab, jika terlalu banyak
manggar yang disadap, kualitas dan kuantitas nira yang dihasilkan akan
berkurang, Setiap pagi antara pukul 08.00 hingga 10.00, nira yang sudah
ditampung itu diambil para peragat dan kemudian diolah. Sorenya para peragat
harus kembali memanjat untuk memotong manggar agar nira tetap menetes. Dalam
sehari para paragat biasanya hanya bisa memanjat menyadap 20 pohon.
Untuk memaksimalkan nira yang didapat, setiap dua
minggu sekali mereka mencari manggar baru untuk disadap. Jadi, meski pohon yang disadap terbatas, jumlah
tuak yang mereka peroleh relatif stabil, setiap hari antara 25 sampai 30 liter,
tuak hasil sadapan yang berwarna putih seperti susu itu lalu disaring hingga benar-benar bersih.
Penyaringan kadang harus dilakukan sampai tiga kali karena tuak yang diambil
dari pucuk pohon kelapa sering bercampur dengan sisa-sisa potongan manggar atau
lebah pencari tuak.
Setelah bersih, di dalam tuak yang rasanya manis itu
lalu dimasukkan potongan kulit pohon (kulit raru). Kulit raru dapat digunakan
hingga empat kali. Setelah itu harus dibuang karena sarinya sudah habis, hal
ini bias diketahui dengan melihat bahwa kulit raru tersebut telah layu dan
warnanya berubah dari cokelat segar menjadi keputih-putihan. Setelah direndam
selama enam sampai delapan jam di dalam tuak, kulit raru diambil lagi dan
dicampurkan dengan tuak. Jika kulit pohon raru yang direndam terlalu banyak,
tuak akan berwarna cokelat dan rasanya terlalu pahit. Dan kalau kurang, tuak
akan manis dan berwarna putih. Menurut para paragat dari 30 liter nira hasil
sadapan, dapat dibuat 45 botol tuak, biasanya tuak akan bertahan sekitar dua
hari. Setelah itu, tuak harus dibuang karena rasanya sudah masam.
c. Tape
Tape adalah produk yang dihasilkan
dari proses fermentasi, di mana terjadi suatu perombakan bahan-bahan yang
tidak sederhana. Zat pati yang ada dalam bahan makanan diubah menjadi bentuk
yang sederhana yaitu gula, dengan bantuan suatu mikroorganisme yang disebut
ragi atau khamir (Hasanah dkk., 2012). Tape merupakan makanan fer mentasi
tradisional yang sudah tidak asing lagi. Tape
dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon).. Inokulum
tape, atau sering disebut ragi tape, telah lama diteliti. Pada dasarnya
ada dua tipe tapai, tapai ketan dan tapai singkong. Tape memiliki rasa manis
dan sedikit mengandung alcohol, memiliki aroma yang menyenangkan, bertekstur
lunak dan berair. Tapai sebagai produk makanan cepat rusak karena adanya
fermentasi lanjut setelah kondisi optimum fermentasi tercapai, sehinnga rasaya
asam dan tidak untuk dikonsumsi.
Ragi tape adalah bahan yang dapat
digunakan dalam pembuatan tape, baik dari singkong dan beras ketan. Menurut
Dwijoseputro (1988) ragi tape merupakan populasi campuran yang tediri
dari spesies-spesies genus Aspergilius,
Saccharomyces, Candida, Hansenulla, dan
bakteri Acetobacter. Genus tersebut
hidup bersama-sama secara sinergis. Aspergillus
menyederhanakan tepung menjadi glukosa serta memproduksi
enzim glukoamilase yang akan memecah pati dengan mengeluarkan unit-unit glukosa,
sedangkan Saccharomyces, Candidadan
Hansenulla dapat menguraikan
gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik lain sementara
itu Acetobacter dapat merombak
alkohol menjadi asam. Beberapa jenis jamur juga terdapat dalam ragi tape,
antara lain Chlamydomucororyzae, Mucor sp, dan Rhizopus sp.
Di dalam
ragi ini terdapat
mikroorganisme yang dapat mengubah karbohidrat
(pati) menjadi
gula sederhana (glukosa)
yang selanjutnya diubah lagi menjadi
alkohol.
Singkong
merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein.
Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong. Selain
singkong, semua makanan yang mengandung karbohidrat bisa diolah menjadi tape.
Tetapi sampai sekarang yang sering diolah adalah ketan dan singkong (berdaging
putih atau kuning). Singkong adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari
keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil
karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.
2.2 Bioteknologi
Modern
Seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, para ahli telah mulai mengembangkan bioteknologi dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip ilmiah melalui penelitian. Bioteknologi modern
merupakan praktik bioteknologi yang didasari dengan prinsip-prinsip ilmiah
hasil penelitian sebelumnya. Perkembangan bioteknologi modern ini dimuali sejak
ditemukannya struktur helik ganda DNA dan teknologi rekombinasi DNA pada awal
tahun 1950-an. Bioteknoligi modern didasari oleh beberapa ilmu biologi yaitu
mikrobiologi, genetika dan biokomia, dengan dasar ketiga ilmu tersebut dan
ditemukannya struktur helik ganda DNA memungkinkan manusia untuk memanipulasi
suatu organisme pada taraf seluler ataupun molekuler.dengan bioteknologi modern
dapat dilakukan perbaikan galur dengan cepat dan tepat serta dapat diprediksi,
dapat merancang galur dengan bahan genetik tambahan yang tidak pernah ada pada
galur induknya. Ciri-ciri bioteknologi modern biasanya steril, produksi dalam
jumlah banyak (massal), kualitas berstandar. Adapun beberapa contoh dari
bioteknologi modern yaitu :
1.
Tanaman atau Hewan transgenik
Tanaman
atau hewan transgenik merupakan salah satu produk bioteknologi modern yang
dilakukan dengan suatu metode untuk merekayasa genetik dengan cara menyisipkan
gen yang dikehendaki ke dalam suatu organisme (Nurcahyo, 2011).
2.
Hibridoma
Hibridoma
merupakan suatu metode untuk menggabungkan dua jenis sel dengan tujuan
mendapatkan sel hibrid yang memiliki kemampuan kedua sel induknya (Nurcahyo,
2011). Pembuatan antibodi monoklonal dapat dilakukan dengan metode hibridoma.
Hibridoma dilakukan dengan cara menggabungkan sel meiloma dengan sel limfosit
spesifik. Sel gabungan tersebut memilki sifat gabungan dari kedua sel asalnya,
yaitu menghasilkan antibodi spesifik yang diturunkan dari sel limfosit spesifik
dan mempunyai sifat dapat hidup terus menerus yang didapat dari sel meiloma
(Hasibuan, 1998).
3.
Rekayasa Genetika
Rekayasa
genetika yaitu metode untuk memanipulasi genetik suatu organisme dengan cara
menambahkan atau mengurangi gennya sehingga memiliki sifat sesuai dengan yang diharapkan.
Ilmuwan menggunakan rekayasa genetika untuk membuat sel bakteri dapat
menghasilkan hormon insulin manusia (Nurcahyo, 2011).
Dengan
adanya bioteknologi modern secara prospektif akan mampu menghasilkan
produk-produk penemuan baru (Nurcahyo, 2011). Selanjutnya penemuan baru ini
akan membantu dalam hal perkembangan bioteknologi yang lebih spesifik dalam
bidang farmasi, kedokteran, pertanian, peternakan, forensik, kelautan,
lingkungan serta lingkungan dan sosial.
2.3 Perbedaan Bioteknologi
Konvensional dan Modern
Bioteknologi
konvensional dan modern memiliki ciri-ciri yang khusus. Seperti hal
bioteknologi konvensional yang ditemukaan saat perkembangan ilmu pengetahuan
kurang begitu diperhatikan. Hal itu menyebabkan penemuan yang ada masih sangat
sederhana, sehingga masih banyak kekurangan yang ditemukan pada hasil maupun
prosesnya. Sedangkan produk bioteknologi modern lebih baik yang disebabkan
adanya pertimbangan dari berbagai prinsip ilmu yang ada. Untuk dapat mengetahui
perbedaan antara bioteknologi konvensional dan modern dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel .
Perbedaan Bioteknologi Konvensional dan Modern
No.
|
Karakteristik
|
Bioteknologi
|
|
Konvensional
|
Modern
|
||
1.
|
Asal
|
Berdasarkan
keterampilan yang diwariskan turun temurun
|
Berdasarkan hasil
kajian berbagai disiplin ilmu yang mendalam
|
2.
|
Sifat
|
Teknologi sederhana
|
Teknologi modern
|
3.
|
Teknik yang digunakan
|
Fermentasi oleh
Mikroorganisme
|
Rekayasa Genetika
|
4.
|
Bahan
|
Menggunakan makhluk
hidup secara langsung
|
Menggunakan makhluk
hidup dan komponennya secara langsung
|
5.
|
Keterlibatan manusia
|
Tidak mengubah sifat
(proses) pada agen biologi yang digunakan
|
Mengubah sifat
(proses) pada agen biologi (organisme) yang digunakan
|
6.
|
Prinsip ilmiah
|
Tidak menerapkan
prinsip ilmiah
|
menerapkan prinsip
ilmiah
|
7.
|
Kebersihan
|
Belum steril
|
Steril
|
8.
|
Produk yang
dihasilkan
|
Sedikit
|
Masal
|
2.4 Kelebihan dan Kekurangan
Bioteknologi (Konvensional dan Modern)
Berbagai produk
yang dihasilkan dari bioteknologi tidak
a. Bioteknologi
Konvensional
Ø Kelebihan
: - Relatif murah.
- Teknologi
sederhana.
- Pengaruh
jangka panjang umumnya sudah diketahui karena sistemnya sudah mapan.
- Meningkatkan
nilai gizi dari produk-produk makanan dan minuman, seperti air susu
menjadi yoghurt, mentega, keju.
- Menciptakan
sumber makanan baru, misalnya dari air kelapa dapat dibuat Nata de coco.
- Secara tidak
langsung dapat meningkatkan perekonomian rakyat karena bioteknologi
konvensional tidak banyak membutuhkan biaya karena biaya yang digunakan
relatif murah
Ø Kekurangan
: - Perbaikan sifat genetik tidak
terarah.
-
Tidak dapat menatasi masalah ketidak sesuaian genetik.
-
Hasil tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
-
Memerlukan waktu lama untuk menghasilkan galur baru.
-
Tidak dapat mengatasi kendala alam dalam mengatasi budidaya
tanaman misal masalah hama
b.
Bioteknologi Modern
Ø Kelebihan : - Perbaikan sifat genetik dilakukan secara terarah.
-
Dapat mengatasi kendala ketidaksesuaian genetik.
-
Hasil dapat diperhitungkan.
-
Dapat menghasilkan jasad baru dengan sifat baru yang
tidak ada pada jasad alami.
-
Dapat memperpendek jangka waktu pengembangan galur
jasad / tanaman baru.
-
Dapat
meningkatkan kualitas dan mengatasi kendala alam dalam sistem budidaya tanaman.
Ø Kelebihan
pada berbagai bidang :
-
Pertanian dan Peternakan, menciptakan bibit-bibit
unggul yang akan memberikan produk bermutu tinggi secara kualitas dan kuantitas,
meningkatnya sifat resistensi tanaman terhadap hama, dan penyakit tanaman.
-
Lingkungan dan Pelestarian, mengatasi masalah
pelestarian spesies langka dan hampir punah.
-
Kesehatan, mampu menciptakan produk obat untuk
penyakit.
-
Industri, menciptakan pemberantas hama secara biologis
dan tanaman tahan hama dalam tubuhnya disisipi gen bakteri.
-
Pertambangan, melakukan pengolahan biji besi dan masalah
sumber daya energi.
Ø Kekurangan : - Relatif mahal.
-
Memerlukan kecanggihan tekhnologi.
-
Pengaruh jangka panjang belum diketahui
Ø Kekurangan
pada berbagai bidang :
-
Etika/ Moral, bertentangan dengan nilai budaya dan
agama, merusak etika dan moral, serta melanggar hukum alam.
-
Sosial ekonomi, menimbulkan kesenjangan antara negara/
perusahaan, harus adanya perizinan dalam menggunakan produk, menimbulkan
kesenjangan ekonomi, dan menyingkirkan plasma nutfah.
-
Kesehatan, kematian, gen yang resisten terhadap
antibiotik, dan adanya kandungan bahan kimia yang baru pada produk.
-
Lingkungan, mengganggu keseimbangan alam dan
kelestarian organisme, pencemaran biologi, dan penyalahgunaan hak pribadi.
DAFTAR RUJUKAN
Hastuti, Utami Sri. 2010. Petunjuk
Praktikum
Mikrobiologi. Malang: UMM
Press.
Hasibuan,
Adria P.M. 1998. Pembuatan Antibodi
Monoklomal Terhadap Salmonella typhimurium Dengan Teknik Hibridoma. Batan:
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi.
Nurcahyo,
Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi
Menguak
Dunia
Mikroorganisme. Bandung: YramaWidya.
Pujosusilo, W. A. 1997. Pengaruh Dosis Ragi dan Macam Pembungkus terhadap
Kadar Asam Amino Bebas dalam Tempe. (Online), (http://pembuatan- tempe-ragi). Diakses tanggal 3 Februari 2015.
Sumantri, Debby.
(2007). Cara Pembuatan Tempe. (Online). (http://software- komputer.blogspot.com/2007/08/cara-pembuatan-tempe.html). Diakses tanggal 3Februari 2015.
Winarno, F.G., (1997), Kimia PangandanGizi. Jakarta:
Gramedia
Dwidjoseputro. 1989. Dasar-dasar
Mikrobiologi. Malang: Djambatan
Hai Vir,.... rajine rek ngisi blok,. :d
BalasHapusTerimakasih kak
BalasHapusSebagai pengguna smartphone android pastinya anda akan selalu ketagihan dengan fitur-fitur aplikasi maupun game yang tersedia di Google Play Store. Banyaknya aplikasi yang tersedia membuat penggunanya ingin selalu mengunduh semua yang disajikan di Play Store Cara Menambahkan Gopay di Play Store Ufa Bunga SMartphone
BalasHapus