PERTUMBUHAN
MIKROBA
MAKALAH
disusun untuk
memenuhi tugas matakuliah
Mikrobiologi
yang dibina
oleh Bapak M. Noviar Darkuni
Oleh
Kelompok 4/Offering
G
Rahmahsari
Nastiti R. 120342422484
Soyadesita 120342422490
Virginia Zapta
Dewi 120342422494
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN
BIOLOGI
September
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pada
dasarnya dalam kehidupan sehari-hari kita selalu melakukan kontak atau hubungan
secara langsung dengan jasad-jasad mikro atau yang dikenal dengan sebutan
mikroba. Di dalam perut kita misalnya, jasad-jasad mikro berperan baik secara
positif maupun negatif dalam proses dan sistem metabolism yang berlangsung di
dalam tubuh.
Populasi
memiliki pola-pola pertambahan khas yaitu meningkatnya jumlah sel atau massa
sel yang dapat dilihat melalui keturunan mikroba atau kecepatan pertumbuhan
pada waktu tertentu. Bakteri, virus, dan fungi memiliki pola pertumbuhan yang
berbeda.
Pertumbuhan
mikroba dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba terdiri dari faktor internal dan eksternal. Apabila
lingkungan sangat mendukung khususnya pengaruh suhu maka populasi mikroba akan
meningkat secara tidak terbatas.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian pertumbuhan?
2. Bagaimanakah
pola pertumbuhan bakteri, virus, dan fungi?
3. Apa
sajakah faktor penghambat dan pendukung pertumbuhan?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui
pengertian pertumbuhan
2. Mengetahui
pola pertumbuhan bakteri, virus, dan fungi
3. Mengetahui faktor penghambat dan pendukung
pertumbuhan
BAB
II
ISI
2.1
Pengertian
Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai
pertambahan jumlah atau volume serta ukuran sel. Pada organism prokariot
seperti bakteri, pertumbuhan merupakan pertambahan volume dan ukuran sel dan
juga sebagai pertambahan jumlah sel. Dalam membahas pertumbuhan mikrobia harus
dibedakan antara pertumbuhan masing-masing individu sel dan pertumbuhan kelompok
sel atau pertumbuhan populasi (Kusnadi, 2003).
a. Pertumbuhan
Individu sel
Pertumbuhan bakteri
umumnya pembiakan dengan pembelahan diri atau devisio. Jika faktor-faktor luar
menguntungkan, maka setelah terjadi pembelahan, sel-sel baru akan membesar
hingga sebesar sel induk. Hal ini dimungkinkan jika peresapan zat makanan yang
terseda di dalam medium (Dwidjoseputro, 1978).
b. Pertumbuhan
Populasi
Pertumbuhan dapat
diamati dari meningkatnya jumlah sel atau massa sel (berat
kering sel). Pada
umumnya bakteri dapat memperbanyak diri dengan pembelahan biner, yaitu dari
satu sel membelah menjadi 2 sel baru, maka pertumbuhan dapat diukur dari
bertambahnya jumlah sel. Waktu yang diperlukan untuk membelah diri dari satu
sel menjadi dua sel sempurna disebut waktu generasi. Waktu yang diperlukan oleh
sejumlah sel atau massa sel menjadi dua kali jumlah/massa sel semula disebut doubling
time atau waktu penggandaan. Waktu penggandaan tidak sama
antara berbagai mikrobia, dari beberapa menit, beberapa jam sampai beberapa
hari tergantung kecepatan pertumbuhannya. Kecepatan pertumbuhan merupakan perubahan
jumlah atau massa sel per unit waktu (UPI, Tanpa Tahun).
2.2
Pola
Pertumbuhan Mikroba
2.2.1 Pola
Pertumbuhan Bakteri
· Pembiakan atau
Reproduksi Bakteri
Sel
yang tumbuh dipersiapkan untuk membelah. Laju
pertumbuhan, dan frekuensi pembelahan bergantung pada spesies dan
kondisi lingkungan. Dalam periode yang
pendek, seringkali selama 20 menit, suatu bakteri dapat membentuk duplikatnya
yang lengkap, yang kemudian disebut kemampuan berduplikasi. Pada baiakan
pertumbuhan eksponensial, bakteri membelah
setelah menggandakan 55 volume
sel dengan menggandakan panjang sel (Kusnadi, 2003).
Reproduksi
atau pembiakan bakteri yaitu dengan pembelahan diri atau divisio. Pembelahan
biner bakteri dimulai dengan menempelnya bahan genetik pada salah satu sisi
membran dari sel dewasa, kemudian diikuti dengan proses sintesis DNA dan
replikasi. Setelah proses replikasi selesai maka salah satu sisi dari membran
akan membuat lekukan dan akhirnya diikuti dengan proses pemanjangan sel dan
pembelahan sel menjadi dua bagian yang memiliki bahan genetika yang sama.
· Pertumbuhan Populasi
Bakteri
Suatu bakteri yang dimasukkan ke dalam
medium baru yang sesuai akan tumbuh memperbanyak diri. Jika pada waktu-waktu
tertentu jumlah bakteri dihitung dan dibuat grafik hubungan antara jumlah
bakteri dengan waktu maka akan diperoleh suatu grafik atau kurva pertumbuhan. Pengamatan
jumlah sel dalam waktu yang cukup lama akan memberikan gambaran berdasarkan kurva
pertumbuhan bahwa terdapat fase-fase pertumbuhan. Fase pertumbuhan bakteri
dapat dipisahkan menjadi empat fase utama; fase lag (fase lamban), fase
pertumbuhan eksponensial (fase pertumbuhan cepat), fase stasioner( fase
stasis), dan fase penurunan populasi (fase pematian). Fase-fase tersebut
menunjukkan keadaan bakteri dalam biakan pada waktu tertentu. Di antara setiap
fase terdapat suatu periode peralihan dimana waktu dapat berlalu sebelum semua
sel memasuki fase yang baru (Kusnadi, 2003).
a. Fase
Lag
Setelah
inokulasi, terjadi peningkatan ukuran sel, mulai pada waktu sel tidak atau
sedikit mengalami pembelahan. Fase ini, ditandai dengan peningkatan komponen
makromolekul, aktivitas metabolic, dan kerentanan terhadap zat kimia dan faktr
fisik. Fase lag merupakan suatu periode penyesuaian yang sangat penting untuk
penambahan metabolit pada kelompok sel, menuju tingkat yang setaraf dengan
sintesis sel maksimum.
b. Fase
Log/Pertumbuhan Eksponensial
Pada
fase eksponensial atau logaritmik, sel berada dalam keadaan pertumbuhan yang
seimbang. Selama fase ini, masa dan volume sel meningkat oleh faktor yang sama
dalam arti rata-rata komposisi sel dan konsentrasi relative metabolit tetap
konstan.
c. Fase
Stasioner
Pada
saat digunakan kondisi bikan rutin, akumulasi produk limbah, kekurangan
nutrient, perubahan pH, dan faktor lain yang tidak diketahui akan mendesak dang
mengganggu biakam, mengakibatkan perununan kecepatan pertumbuhan. Selama fase
ini, jumlah sel yang hidup tetap kosntan untuk periode yang berbeda, bergantung
pada bakteri, tetapi akhirnya menuju periode perununan populasi.
d. Fase
Penurunan Populasi atau Fase Pematian
Pada
saat medium kehabisan nutrient maka populasi bakteri akan mnurun jumlahnya.
Pada saat ini jumlah sel yang mati lebih banyak daripada sel yang hidup.
2.2.2 Pola Pertumbuhan Virus
· Reproduksi Virus
Karena memiliki substansi genetik, virus
dapat melakukan reproduksi atau replikasi. Virus hanya bisa bereproduksi di
dalam sel/jaringan yang hidup. Reproduksi virus terjadi dengan cara penggandaan
materi genetik inang yang disebut replikasi. Virus membutuhkan bahan-bahan dari
sel makhluk lain untuk bereplikasi (bereproduksi). Replikasi virus secara umum
terbagi menjadi 2 yaitu siklus litik dan siklus lisogenik (Winarsih dkk, 2011).
Untuk
melakukan reproduksi, partikel virus harus menginfeksi inang untuk mensintesa semua
komponen yang diperlukan dalam membuat lebih banyak partikel virus.
Komponen-komponen tersebut kemudian dirakit menjadi bentuk struktur virus dan
partikel virus yang baru dibentuk itu harus keluar dari sel inang untuk dapat menginfeksi
kembali sel-sel lain (Kusnadi dkk, 2003).
- Tahapan Replikasi Virus:
a.
Daur litik
Tahapan
reproduksi virus secara umum dilakukan dalam tujuh langkah, yaitu:
1. Adsorpsi
(penempelan) dari partikel virus (virion) pada sel inang yang
Sesuai
(Kusnadi dkk, 2003).
Gambar tahap adsorpsi
(Winarsih dkk, 2011)
2. Penetrasi
(injeksi) dari virion atau asam nukelat virus ke dalam sel inang (Kusnadi dkk, 2003). Virus melubangi
membran sel inang dengan enzim lisozim. Setelah berlubang, virus akan
menyuntikkan materi genetiknya kedalam sitoplasma sel inang (Winarsih dkk,
2011).
Gambar
tahap penetrasi/injeksi (Winarsih dkk, 2011)
3. Tahap
awal replikasi dari asam nukleat virus, dalam peristiwa ini mesin
biosintesa sel inang diambil alih untuk
memulai sintesa asam nukleat virus, enzim-enzim spesifik virus mulai dihasilkan
dalam tahap ini (Kusnadi dkk, 2003).
4. Replikasi
dari asam nukleat virus (Kusnadi dkk,
2003).
5. Sintesa
dari protein sub unit dari mantel virus (Kusnadi
dkk, 2003). Materi genetik dari virus akan menonaktifkan materi genetik
sel inangnya. Kemudian mengambil alih kerja sel inang. DNA dari virus akan
menjadikan sel inang sebuah tempat pembentukan virus baru (Winarsih
dkk, 2011).
Gambar
tahap sintesis (Winarsih dkk, 2011)
6. Perakitan
dari asam nukleat dan protein sub unit (dan komponen membran pada virus
bermembran) ke dalam partikel virus (Kusnadi
dkk, 2003). Molekul-molekul protein (DNA) yang telah terbentuk kemudian
diselubungi oleh kapsid yang berfungsi untuk memberi bentuk tubuh virus baru
(Winarsih dkk, 2011).
Gambar tahap perakitan (Winarsih dkk,
2011)
7. Pelapasan
partikel virus yang matang dari sel (lisis) (Kusnadi dkk, 2003). Virus-virus yang telah matang akan berkumpul
pada membran sel dan menyuntikkan enzim lisosom untuk menghancurkan membran
sel. Sel yang membrannya hancur itu akhirnya akan mati (Winarsih dkk, 2011).
Gambar
tahap lisis (Winarsih dkk, 2011)
b.
Daur lisogenik
·
Pada siklus ini sel
inangnya tidak hancur tetapi disisipi oleh asam nukleat dari virus. Meliputi
tahap adsorbs, injeksi, penggabungan, pembelahan, sintesis (Winarsih dkk,
2011).
·
Jika bakteri memiliki
kekebalan yang tinggi, bahan inti virus akan melebur dengan DNA bakteri dan
membentuk prophage (Kusnadi dkk, 2003).
·
Ketika bakteri
melakukan pembelahan, maka prophage tersebut akan ikut mengganda dan seterusnya
(Kusnadi dkk, 2003).
·
Suatu ketika prophage
tersebut dapat keluar dari tubuh bakteri dan masuk ke daur litik (Kusnadi
dkk, 2003).
Gambar siklus hidup virus: siklus litik
dan siklus lisogenik (Handrean, 2010)
·
Beberapa Penyakit yang
Disebabkan Oleh Virus
Berdasarkan sumber penularannya,
penyakit yang disebabkan oleh virus
dapat
digolongkan kedalam empat macam, yaitu: penyakit yang ditularkan melalui udara,
penyakit yang ditularkan melalui air, penyakit yang ditularkan melalui hubungan
kelamin, dan penyakit yang ditularkan melalui hewan (Kusnadi dkk, 2003).
a. Penyakit
yang ditularkan melalui udara
1.
Pilek
Pilek merupakan penyakit yang umum
diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Gejala yang diderita meliputi
kelelahan, dan banyaknya lendir yang keluar dari hidung. Penyakit ini
disebabkan oleh Rhinovirus (virus RNA rantai tunggal). Dari hasil penelitian
diketahui bahwa terdapat 100 macam rhinovirus dengan serotipe yang berbeda.
Virus-virus lain seperi adenovirus, coxsackie virus danorthomyxovirus juga
penyebab dari 10% penyakit pilek.
2.
Influenza
Influenza disebabkan oleh
Orthomyxovirus (virus RNA). Virus ini ditularkan dari orang ke orang melalui
udara, terutama dari cipratan pada saat batuk atau bersin. Virus ini kemudian
menginfeksi membran mukosa saluran pernafasan atas dan kadang-kadang masuk ke
dalam paru-paru. Gejala yang diderita biasanya demam ringan dari 3-7 hari,
dingin, lesu, pegal linu dan sakit kepala. Gejala yang lebih berat biasanya
bukan disebabkan oleh virus influenza, namun infeksi sekunder yang disebabkan oleh
bakteri yang masuk kedalam penderita ketika kekuatan tubuhnya mulai melemah akibat
influenza yang dideritanya (Kusnadi
dkk, 2003).
3. Campak
Campak merupakan penyakit yang
biasanya menyerang anak-anak. Penyakit ini ditandai dengan gejala-gejala pilek,
mata merah, batuk dan panas. Penyebab campak adalah paramxovirus yang masuk
melalui hidung dan tenggorokan dari udara dan secara cepat menyebar ke seluruh
tubuh. Masa inkubasi penyakit campak adalah 7 – 10 hari. Komplikasi dari campak
yang sering terjadi adalah infeksi telinga, pneumonia dan campak
enchephalomielitis (jarang terjadi). Namun apabila enchepalomielitis terjadi
maka dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf salah satu bentuk dari
epilepsi. Campak enchepalomielitis merupakan penyakit yang sangat berbahaya
pada anak-anak dan menjadi salah satu penyebab kematian anak (Kusnadi dkk, 2003).
4. Gondongan
Gondongan disebabkan oleh
paramyxovirus dengan tipe yang berbeda dari paramyxovirus penyebab penyakit
campak. Penyakit ini diedarkan melalui cipratan yang ditularkan melalui udara
yang kemudian mengalir dalam aliran darah. Penyakit gondogan ditandai dengan
membengkaknya kelenjar ludah yang menyebabkan pembekakan pada rahang dan leher.
Virus yang menyebar melalui aliran darah ini dapat memasuki organ lain seperti
otak, testes dan pankreas (Kusnadi dkk,
2003).
5. SARS
(Severe acute respiratory syndrome)
SARS merupakan penyakit yang
ditularkan melalui udara akibat ciparatan dahak atau bersin orang yang mengidap
penyakit tersebut. Penyakit ini menyerang saluran pernafasan, terutama bagian
paru-paru. Awalnya belum diketahui apa penyebab serangan dadakan infeksi
paru-paru ini, sehingga terkesan sebagai penyakit misterius, yang tidak jelas
identitas penyebabnya. Para ahli mikrobiologi menemukan virus penyebabnya penyakit
tersebut dengan mengisolasi virus dari dahak pasien ternyata virus keluarga
paramyxoviridae yaitu corona virus. Virus ini berkerabat dengan penyebab campak,gondong,
dan influenza (Kusnadi dkk, 2003).
b.
Penyakit yang
ditularkan secara sexual
1. Herpes
Herpes simpleks virus dapat
menyebabkan luka di sekitar mulut dan juga dapat menyebabkan infeksi saluran
kelamin. Penyakit ini disebabkan oleh virus Herpes virus. Penularan virus ini
adalah melalui kontak langsung dengan luka yang disebabkan karena virus tersebut.
Infeksi yang disebabkan oleh Herpes (Kusnadi
dkk, 2003).
2. AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome)
Pengobatan untuk penyakit ini
sampai saat ini masih dalam tahap penelitian. AIDS disebabkan oleh HIV (Human Immundeficiency Virus) yang
merupakan kelompok retrovirus (virus RNA rantai tunggal). Virus ini memiliki
enzim reverse transcriptase yang menggunakan RNA sebagai templat yang kemudian
diubah menjadi cDNA dan selanjutnya menjadi DNA rantai ganda. Dengan demikian
virus ini dapat berintegrasi dengan genom inang. Inang untuk HIV adalah CD4
yang dimiliki oleh T limposit, sehingga fungsi normal T limposit sebagai sistem
imun menjadi terganggu. Hal ini akan menimbulkan berkembangnya infeksi
oportunistik yang mengakibatkan kematian pada penderita (Kusnadi dkk, 2003).
c. Penyakit
yang ditularkan melalui hewan
1.
Rabies
Rabies disebabkan oleh virus dari kelompok
rhabdovirus (Virus RNA rantai tunggal). Virus ini dapat ditularkan pada manusia
melalui gigitan hewan peliharaan yang menderita rabies seperti misalnya kucing,
anjing dan monyet. Virus rabies menyerang sistem syaraf pusat hewan berdarah
panas dan pada umumnya mengakibatkan kematian apabila tidak diobati (Kusnadi dkk, 2003).
d.
Penyakit yang ditularkan melalui makanan
1.
Hepatitis
Hepatitis disebabkan oleh Hepatitis
virus. Penyakit ini ditularkan melalui air, makanan, saliva atau susu yang
terkontaminasi feses. Hepatitis virus ini dapat menyebabkan penyakit hepatitits
A, B, C, D, dan E. Infeksi yang disebabkan oleh Hepatitis A dapat mengakibatkan
gangguan hati apabila infeksinya bersifat kronis. Hepatitis A menyebar dari
usus melalui aliran darah menuju hati dan mengakibatkan kulit dan mata berwarna
kekuning-kuningan, air senin berwarna coklat akibat produksi getah empedu yang
dihasilkan oleh hati yang terinfeksi virus ini tidak normal. Jenis makanan yang
dapat menularkan virus ini adalah kerang yang diambil dari perairan yang
tercemari feses. Namun hanya kerang mentah yang dapat menimbulkan masalah,
karena virus ini akan mati dengan pemanasan. Hepatitis B disebabkan oleh DNA
yang mengandung hepatitis virus yang ditularkan melalui darah yang terinfeksi
atau produksi darah. Hepatitis B dapat juga ditularkan dari ibu ke anak pada
saat dalam kandungan atau melalui hubungan seksual. Hepatitis B dapat
mengakibatkan gangguan hati yang lebih akut dibanding hepatitis A, dan dapat
menyebabkan kematian. Hepatitis A jarang menjadi penyebab kematian. Infeksi
oleh Hepatitis B juga dapat mengakibatkan mudahnya terserang kanker hati. Jenis
hepatitis yang lain juga telah dikenali sebagai hepatitis C. Seperti halnya
hepatitis B, hepatitis C ditularkan melalui darah dan hubungan seksual. Meskipun
akibat yang ditimbulkannya tidak separah hepatitis A atau B, hepatitis C dapat
mengakibatkan sirosis (Kusnadi dkk,
2003).
2.2.3
Pola Pertumbuhan Jamur
·
Reproduksi
Jamur
Secara
alami fungi dapat berkembang biak dengan berbagai cara baik secara aseksual
maupun secara seksual. Secara aseksual fungi bereproduksi dengan cara pembelahan,
penguncupan dan pembentukan spora aseksual. Pada reproduksi seksual terjadi
peleburan dua sifat dari sel induk, sehingga individu baru yang dihasilkannya
merupakan gabungan dari kedua sifat sel induknya (Kusnadi dkk, 2003).
1.
Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual dapat dilakukan melalui
pembelahan atau pertunasan. Pada proses pembelahan, sel anakan yang dihasilkan
relatif sama dengan sel induknya, sedangkan pada pertunasan sel anak yang dihasilkan
tidak selalu sama ukurannya dengan sel induk dan sering tunas atau kuncup yang
dihasilkan sel induk tidak segera dipisahkan. Selain itu reproduksi aseksual
fungi juga dilakukan dengan cara fragmentasi atau pemisahan sebagian
miseliumnya, sehingga terbentuk koloni individu baru. Fungi juga melakukan
reproduksi dengan menghasilkan spora aseksual yang tahan terhadap kondisi lingkungan
yang kurang menguntungkan. Spora pada umumnya bersifat resisten terhadap
kondisi lingkungan yang kurang baik dan sangat ringan sehingga mudah disebarkan
oleh angin. Selain itu beberapa spora juga dilengkapi dengan permukaan yang
kasar sehingga mempermudah penempelannya pada hewan sebagai pembawa spora ke
lokasi baru. Sehingga spora dapat menyebarkan spesies jamur tersebut ke tempat
yang lebih luas (Kusnadi dkk, 2003).
Macam-macam spora aseksual pada jamur:
1.
Sporangiospora yaitu spora biasa yang terjadi karena protoplasma dalam
suatu sel tertentu berkelompok-kelompok kecil, masing-masing mempunyai membran
serta inti sendiri. Sel tempat terjadinya spora ini disebut sporangium, dan sporanya
disebut sporangiospora (Dwidjoseputro, 1978).
2.
Konidiospora yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hifa
berbelah-belah seperti tasbih. Tidak ada sporangium, tiap spora disebut
konidiospora atau konidia saja, sedangkan tangkai pembawa konidia disebut
konidiofor (Dwidjoseputro, 1978).
3.
Klamidospora yaitu memiliki bagian-bagian miselium yang membesar serta
berdinding tebal yang merupakan alat perkembangbiakan (chlamydospora = spora yang berkulit tebal) (Dwidjoseputro,
1978).
4.
Artospora/Oidiospora/Oidia yaitu memiliki bagian-bagian miselium yang
tidak menjadi lebih besar daripada aslinya (Dwidjoseputro, 1978).
Gambar
macam-macam spora aseksual pada jamur (fungi)
2.
Reproduksi Seksual
Pada reproduksi seksual fungi, prosesnya diawali
dengan terjadinya plasmogami (penyatuan sitoplasma) dari dua individu
yang cocok dimana sitoplasma yang bersatu tersebut masing-masing membawa inti
yang terkandung di dalamnya. Kariogami adalah penyatuan atau fusi
nucleus dari kedua individu untuk membentuk nucleus yang diploid (2n) (Kusnadi
dkk, 2003).
Tipe-tipe spora seksual:
1. Askospora yaitu spora bersel satu dan terbentuk di
dalam suatu struktur semacam pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya
terdapat askospora di setiap askus.
2. Basidiospora yaitu spora seksual yang terbentuk di
atas struktur seperti gada yang disebut basidium.
3. Zigospora yaitu spora berdinding tebal yang
terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi (disebut juga
gametangia) saling melebur.
4. Oospora yaitu spora yang terbentuk di dalam struktur
betina khusus yang disebut oogonium. Dalam setiap oogonium bisa ada satu atau
beberapa oosfer.
Gambar spora
seksual (A) Askospora, (B) Basidiospora
2.3
Faktor Penghambat dan Pendukung Pertumbuhan
Semua
makhluk hidup mempunyai persamaan dalam hal persyaratan nutrisi berupa zat-zat
kimiawi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan aktivitas lainnya. Pertumbuhan
didefinisikan sebagai peningkatan seluruh unsur pokok kimia sel. Hal tersebut
merupakan suatu proses yang memerlukan replikasi seluruh struktur, organel, dan
komponen protoplasma seluler dengan adanya nutrien dalam lingkungan
sekelilingnya (Kusnadi, 2003)
Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran yang
memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbedadan pada akhirnya memberikan
gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya (Darkuni, 2001).
Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua
komponen sel suatu jasad. Pembelahan sel adalah hasil dari pertumbuhan sel.
Pada jasad bersel tunggal (uniseluler), pembelahan atau perbanyakan sel
merupakan pertambahan jumlah individu. Misalnya pembelahan sel pada bakteri
akan menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri. Pada jasad bersel
banyak (multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah
individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besar
jasadnya. Dalam membahas pertumbuhan mikrobia harus dibedakan antara pertumbuhan masing- masing
individu sel dan pertumbuhan kelompok sel atau pertumbuhan populasi (Suharjono,
2006).
2.3.1 Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan
Faktor nutrisi, mikrobia dapat tumbuh dalam medium
yang mengandung satu atau lebih nutrisi. Keragaman nutrisi akan mempercepat
pertumbuhan mikrobia. Sumber karbon yang biasa diserap oleh fungi adalah
glukosa. Pada bakteri, mereka memiliki kemampuan yang sangat besar dalam
menggunakan bahan makanan yang tersebar.
Temperatur
atau suhu, Faktor temperatur merupakan faktor lingkungan
terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan mikroba karena enzim
yang menjalankan metabolisme sangat peka terhadap temperatur. Berdasarkan
temperatur minimum, optimum dan
maksimum yang dimiliki mikrobia digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu
mikrobia psikofil, mikrobia mesofilik, dan mikrobia termofilik (Suharni, 2008).
Setiap mikrobia memiliki temperatur optimal dimana
meraka dapat tumbuh sangat cepat dan memiliki rentangan temperatur dimana
mereka dapat tumbuh. Rentangan itu adalah temperatur minimum dan maksimum,
sedangkan temperatur yang baik ntuk aktivitas kehidupan disebut temperatur
optimum. Berdasar hal tersebut bakteri dikelompokkan menjadi tiga:
·
Psikofil -5oC – 30oC,
optimum 10-20oC
·
Mesofilik 10-45oC,
optimum 20-40oC
·
Termofilik 25-80oC,
optimum 50-60oC
Pada umumnya
temperatur minimum yang dapat ditolerir oleh fungi adalah antar 2-5oC
dan temperatur maksimum yang dapat ditolerir fungi adalah 35-40oC.
Konsentrasi
ion hidrogen, pH medium biakan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan.
Untuk mikrobia juga terdapat rentangan pH dan pH optimal. Pada fungi secara
umum pH optimum bagi fungi adalah antara 3.8-5.6.
Konsentrasi
osmotik, konsentrasi larutan yang aktif secara osmotik didalam
sel bakteri, umumnya lebih tinggi dari konsentrasi diluar sel. Faktor ini biasa
disebut dengan faktor-faktor kimia atau
desinfektan. Dimana desinfektan merupakan bahan kimia yang menyebabkan
desinfeksi, yaitu proses untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme terutama yang bersifat patogen.
Air, seperti
halnya makhluk hidup yang lain, air merupakan kebutuhan mutlak yang harus ada
selama kehidupan. Sebagai contoh, miselium fungi hanya akan dapat tumbuh pada
larutan yang mengandung air tau pada keadaan yang lembab.
Kebutuhan
Oksigen, mikroba juga dapat dibedakan berdasarkan kebutuhannya
terhadap oksigen, yakni mikroorganisme aerob adalah mikroorganisme yang
memerlukan oksigen untuk metabolismenya, mikroorganisme anaerob adalah
mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen untuk metabolismenya,
mikroorganisme anaerob fakultatif adalah mikroorganisme yang dapat hidup secara
aerob atau pun anaerob dan mikroorganisme mikro aerofilik adalah mikrooganisme
yang dapat hidup dengan menggunakan sedikit oksigen.
2.3.2 Faktor yang
menghambat pertumbuhan
Pada prinsipnya mikroorganisme dapat dikendalikan,
yaitu dengan cara dibasmi, dihambat pertumbuhannya dalam lingkungan, dengan
menggunakan berbagai proses atau sarana fisik. Faktor-faktor yang dapat
menghambat pertumbuhan mikrobia, antara lain:
Faktor Biotik
Faktor-faktor
biotik ialah faktor-faktor yang disebabkan jasad (mikrobia) atau kegiatannya
yang dapat mempengaruhi kegiatan (pertumbuhan) jasad atau mikrobia lain.
Faktor-faktor tersebut antara lain ialah adanya asosiasi atau kehidupan bersama
diantara jasad. Asosiasi dapat dalam bentuk komensalisme, mutualisme,
parasitisme, simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme.
·
Komensalisme
Merupakan asosiasi yang sangat renggang, dimana salah satu jenis mendapatkan keuntungan sedang lainnya tidak mendapat keuntungan atau kerugian.
Merupakan asosiasi yang sangat renggang, dimana salah satu jenis mendapatkan keuntungan sedang lainnya tidak mendapat keuntungan atau kerugian.
·
Mutualisme
Merupakan bentuk assosiasi dimana masing-masing jenis mendapat keuntungan. Sering simbiosis dipakai untuk menyatakan bentuk assosiasi yang mutualistik, tetapi sekarang orang lebih banyak menggunakan istilah mutualisme. Sebagai contoh mutualisme antara bakteri Rhizobium dengan polong-polongan.
Merupakan bentuk assosiasi dimana masing-masing jenis mendapat keuntungan. Sering simbiosis dipakai untuk menyatakan bentuk assosiasi yang mutualistik, tetapi sekarang orang lebih banyak menggunakan istilah mutualisme. Sebagai contoh mutualisme antara bakteri Rhizobium dengan polong-polongan.
·
Parasitisme
Merupakan bentuk assosiasi diantara parasit dengan jasad inang. Jasad parasit yang obligat dapat merusak jasad inang dan pada akhirnya memusnahkan. Keadaan ini akan dapat pula memusnahkan (melenyapkan) parasitnya sendiri, karena jasad inang sebagai sumber kehidupannya.
Merupakan bentuk assosiasi diantara parasit dengan jasad inang. Jasad parasit yang obligat dapat merusak jasad inang dan pada akhirnya memusnahkan. Keadaan ini akan dapat pula memusnahkan (melenyapkan) parasitnya sendiri, karena jasad inang sebagai sumber kehidupannya.
·
Simbiosis
Simbiosis ialah asosiasi antara dua atau lebih jasad (mikrobia) di mana satu jenis (spesies) di antara jasad yang berasosiasi tersebut mendapat keuntungan, Sedangkan jasad yang lain mungkin mengalami kerugian atau tidak, tergantung pada macamnya simbiose. Simbiose dapat dibedakan tiga macam, ialah komensalisme, mutualisme, dan parasitisme.
Simbiosis ialah asosiasi antara dua atau lebih jasad (mikrobia) di mana satu jenis (spesies) di antara jasad yang berasosiasi tersebut mendapat keuntungan, Sedangkan jasad yang lain mungkin mengalami kerugian atau tidak, tergantung pada macamnya simbiose. Simbiose dapat dibedakan tiga macam, ialah komensalisme, mutualisme, dan parasitisme.
·
Sinergisme
Sinergisme ialah suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk melakukan perubahan kimia tertentu dalam suatu subtrat atau medium. Tanpa sinergisme masing-masing mikkroba tidak mampu melakukan perubahan tersebut.
Sinergisme ialah suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk melakukan perubahan kimia tertentu dalam suatu subtrat atau medium. Tanpa sinergisme masing-masing mikkroba tidak mampu melakukan perubahan tersebut.
·
Antibiosis
Antibiosis disebut juga antagonisme atau amensalisme ialah suatu bentuk asosiasi antara jasat (mikkroba) yang menyebabkan salah satu pihak dalam asosiasi tersebut terbunuh. tErhambat pertumbuhannya atau mengalami gangguan-gangguan yang lain. Contohnya adanya pembentukan toksindan sat-sat antibiotika oleh salah satu mikroorganisme pada suatu asosiasi.
Antibiosis disebut juga antagonisme atau amensalisme ialah suatu bentuk asosiasi antara jasat (mikkroba) yang menyebabkan salah satu pihak dalam asosiasi tersebut terbunuh. tErhambat pertumbuhannya atau mengalami gangguan-gangguan yang lain. Contohnya adanya pembentukan toksindan sat-sat antibiotika oleh salah satu mikroorganisme pada suatu asosiasi.
·
Sintropisme
Sintropisme disebut juga nutrisi bersama atau mutualnutrition ialah bentuk asosiasi yang lebih komplek . sebab biasanya terdiri atas berjenis-jenis mikroorganisme yang satu dengan yang lainnyaakan saling menstimulasi kegiatan {pertumbuhan}-nya misalnya mikrobia jenis pertama akan menguraikan suatu subtrad yang hasilnya dapat digunakan dan di uraikan oleh mikrobia jenis kedua dan yang hasil hasilnya dapat digunakan oleh mikrobia jenis ketiga dan seterusnya yang hasil hasilnya akhirnya dapat menstimulasi kegiatan mikrobia jenis pertama.
Sintropisme disebut juga nutrisi bersama atau mutualnutrition ialah bentuk asosiasi yang lebih komplek . sebab biasanya terdiri atas berjenis-jenis mikroorganisme yang satu dengan yang lainnyaakan saling menstimulasi kegiatan {pertumbuhan}-nya misalnya mikrobia jenis pertama akan menguraikan suatu subtrad yang hasilnya dapat digunakan dan di uraikan oleh mikrobia jenis kedua dan yang hasil hasilnya dapat digunakan oleh mikrobia jenis ketiga dan seterusnya yang hasil hasilnya akhirnya dapat menstimulasi kegiatan mikrobia jenis pertama.
Faktor
Abiotik
Temperatur,
pembelahan sel sangat sensitif terhadap
efek kerusakan yang disebabkkan oleh suhu. Temperatur yang tinggi juga dapat
menyebabkan denaturasi protein dan enzim, sehingga aktivitas metabolisme
terhenti. Waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi umumnya berhubungan dengan
temperatur paparan, hubungan ini disebut waktu kematian termal, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk membunuh mikroorganisme
pada temperatur yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Konsentrasi
bahan, beberapa bahan bersifat mematikan untuk
bakteri, ketika digunakan pada konsentrasi yang tinggi. Bahan lain, pada
konsentrasi rendah dapat menstimuli, memperlambat, bahkan membunuh organisme.
Konsentrasi
ion hidrogen, konsentrasi hidrogen mempengaruhi
peranan bakterisida dengan cara mempengaruhi organisme dan bahan kimia dalam
bakterisida. Suatu peningkatan pH akan meningkatkan muatan dan dapat merubah
konsentrasi efektif bahan kimia pada permukaan sel.
Bahan
yang merubah grup fungsional:
·
Logam
berat, logam berat berfungsi sebagai
antimikroba, karena dapat mempresipitasikan enzim-enzim atau protein esensial
lain dalam sel. Logam-logam yang dapat berpengaruh secara umum adalah Hg, Ag,
As, Zn, Cu
Radiasi,
sinar matahari memiliki aktivitas
bakterisida dan memainkan peranan penting dalam sterilisasi yang bersifat spontan
yang terjadi dalam keadaan alami. Peran desinfektan tersebut terutama karena
kandungan sinar ultravioletnya. Efektivitasnya cahaya ultraviolet sebagai bahan
mutagenik dan mematikan berhubungan erat dengan panjang gelombangnya. Mekanisme
efek mematikan pada bakteri karena absorbsi menyebabkan kerusakan DNA. Virus
juga akan mengalami penghambatan pertumbuhan jika diberi radiasi ultraviolet.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan jumlah atau volume serta ukuran
sel. Pada organism prokariot seperti bakteri, pertumbuhan merupakan pertambahan
volume dan ukuran sel dan juga sebagai pertambahan jumlah sel.
2.
Pola pertumbuhan bakteri yaitu dengan pembelahan diri atau divisio.Pola pertumbuhan
virus terjadi melalui dua tipe replikasi yaitu siklus litik dan siklus
lisogenik yang terdiri dari tahapan-tahapan secara umun yaitu adsorpsi
(penempelan), penetrasi (injeksi), tahap awal replikasi, replikasi, sintesis,
perakitan, dan lisis. Pola pertumbuhan jamur yaitu bereproduksi secara aseksual
dan seksual, reproduksi aseksual yaitu melalui proses pembelahan, pertunasan,
fragmentasi, dan spora aseksual (konidiospora, sporangiospora, oidiospora,
klamidospora); reproduksi seksual diawali dengan plasmogami kemudian kariogami
dan spora seksual (askospora, basidiospora, zigospora, oospora).
3. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan meliputi, nutrisi, suhu, pH,
konsentrasi osmotik, air, kebutuhan oksigen. Faktor penghambat pertumbuhan
mikrobia dipengaruhi faktor abiotik dan biotik. Faktor biotik meliputi, faktor-faktor biotik
ialah faktor-faktor yang disebabkan jasad (mikrobia) atau kegiatannya yang
dapat mempengaruhi kegiatan (pertumbuhan) jasad atau mikrobia lain. Faktor abiotik meliputi, temperatur, konsentrasi bahan,
konsentrasi ion hidrogen, logam berat, radiasi.
DAFTAR RUJUKAN
Darkuni, M.
N., 2001, Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi), Universitas
Negeri Malang, Malang.
Dwidjoseputro,
D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Djambatan.
Kusnadi
dkk. 2003. Mikrobiologi.
Bandung: JICA Universitas Pendidikan
Indonesia.
http://zaifbio.wordpress.com/2010/11/08/faktor-lingkungan-yang-mempengaruhi-mikroba/ (diakses
pada tanggal 20 September 2014)
Suharjono,
2006. Komunitas Kapang Tanah di Lahan Kritis Berkapur DAS Brantas Pada Musim
Kemarau. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Brawijaya. Malang.
Suharni,
Theresia Tri dkk., 2008, Mikrobiologi Umum, Penerbit Universitas Atma Jaya,
Yogyakarta.
UPI. Tanpa
Nama. BAB IV. (Online) (file.upi.edu/Direktori/.../BAB_IV_PERTUMB.BAKTERI.pdf),
diakses 23 September 2014.
Winarsih,
Sri dkk. 2011. Reproduksi dan Pertumbuhan
Mikroorganisme. Palangkaraya: Universitas Palangkaraya.
HIV / Herpes hakkındaki araştırmam sırasında Hiv / Herpes bilgisine rastladım; google'da STD araması yaparken bulması oldukça kolay olan bilgiler. HIV / Herpes Cured'in komplo olduğunu düşünerek komplo içindeydim. Komplo olmak bir cehaletti, bitkisel ilaç konusunda oldukça ilginç buldum. Bitkisel tedavinin resmi HIV / Herpes web sitelerinde soru sordum ve Hiv / Herpes propagandasını papağanladığımı söyleyen moderatörler tarafından yasaklandım. Bu, Hiv / Herpes tedavisinin olduğuna dair inancımı pekiştirdi. Daha sonra almanca adında bir bayan buldum Achima Abelard Dr Itua Hiv'i tedavi ettim. iki hafta boyunca.Ve bugün hayatımda hiçbir Hiv / Herpes Tedavi Edilmedim, Hiv / Herpes gruplarının Hiv / Herpes Bitkisel Tedavisi hakkında daha fazla bilgi edinmek için insanlarla iletişim kurma girişiminde bulunmaya çalıştım. aynı hastalıkta bu bilgiler size yardımcı olur ve bu bilgiyi diğer insanlara yardım etmek umuduyla yaymak için elimden gelenin en iyisini yapmak istedim. Bu Dr Itua Bitkisel Tıp, acı çeken insanlar için bir umut olduğuna inanmamı sağladı , Şizofreni, Kanser, Skolyoz, Fibromiyalji, Florokinolon Toksisite Sendromu Fibrodysplasia Ossificans Progressiva.Infertilite, Epilepsi, Diyabet, Çölyak hastalığı, Artrit, Amyotrofik Lateral Skleroz, Alziyer hastalığı s.Hiv_ AIDS, Herpes, İnflamatuar barsak hastalığı, Copd, Diyabet, Hepatit, Tasha ve Tara, Conley, Mckinney'i ve her türlü hastalığa karşı çok daha fazla iğrenç olduğunu nasıl tedavi ettiğimi çevrimiçi olarak okudum. Kendisi Tanrı'nın eşsiz bir kalbi olan bir bitkisel doktordur, Contact Emal..drituaherbalcenter @ gmail.com Telefon veya whatsapp .. + 2348149277967.
BalasHapus